Puasa adalah menahan makan, minum serta nafsu dari matahari terbit hingga matahari tenggelam. Seringkali kita lupa bahwa puasa bukan hanya soal makan saja, tetapi juga soal nafsu yang perlu kita tahan. Menahan nafsu berbelanja juga bagian dari upaya untuk mengalahkan nafsu duniawi ketika puasa.
Diskon berlimpah yang ditawarkan e-commerce menjadi godaan yang dahsyat saat ramadhan. Bagaimana tidak,ia memaksa secara halus supaya kita rela mengeluarkan penghasilan dan THR untuk dibelanjakan begitu saja. Nafsu membeli takjil pun berusaha mengikis isi dompet. Mata disuguhi aneka minuman menyegarkan, jajanan menggoda yang dipadukan dengan keringnya kerongkongan membuat ingin selalu membeli apa yang ada didepan mata.
Ramadhan menjadi momen pas untuk latihan pengelolaan keuangan. Dimana saat ramadhan kita digoda dari berbagai arah mata angin yang datangnya tak terduga. Kita harus benar-benar cermat untuk membeli apa yang benar-benar kita butuhkan, jangan sampai membeli sesuatu yang nantinya akan terbuang sia-sia. Kita diingatkan dalam surat Al isra ayat 27 yang artinya "Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya." Pemborosan bukanlah hal baik dan sifat tersebut dekat dengan setan seperti yang dijelaskan dalam surat diatas. Pengeluaran tidak boleh lebih besar dari pendapatan, jika pengeluaran lebih besar dari pendapatan maka keuangan akan minus yang membuat keuangan kita tidak sehat. Memang dalam merayakan idulfitri orang yang sudah bekerja biasanya mendapat tunjangan hari raya dari perusahaan atau bos, tetapi alangkah lebih baik uang yang didapatkan bisa ditabung dan digunakan untuk hal-hal lain yang lebih mendesak atau diinvestasikan jangka panjang guna menyehatkan keuangan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H