[caption id="attachment_338924" align="aligncenter" width="640" caption="Foto bersama saat acara Terima kasih Jogja #UntukPapua (dok. pribadi)"][/caption]
Gerimis yang membasahi Jogja tak menyurutkan langkah saya untuk datang ke Tickles Café malam minggu kemarin. Ada event anti-mainstream di sana, sebuah acara dari anak-anak muda yang mengangkat isu Papua dan sangat berbeda dengan anggapan masyarakat bahwa orang Papua biasanya mendapat stereotype sering membuat keributan.
Terima Kasih Jogja #UntukPapua adalah tajuk yang disematkan di acara yang diselenggarakan oleh komunitas #UntukPapua ini. Acara dimulai dengan pemutaran video dokumenter tentang kegiatan-kegiatan yang sudah dijalankan oleh komunitas #UntukPapua selama melaksanakan kegiatannya di Kampung Manyaifun, Kabupaten Kepulauan Raja Ampat.
Berikutnya komunitas #UntukPapua melaporkan pertanggungjawaban kegiatan mereka dengan sharing saat menjalankan bermacam program mulai dari kluster pendidikan, kesehatan, agro, teknik, hingga ekonomi.
Dari sharing yang dipaparkan mereka, beberapa program seperti pembuatan rumah belajar, penyuluhan tentang HIV, pemasangan lampu solar-cell, pengembangan ekonomi kreatif menjadi program unggulan selama 11 bulan berada di Papua.
[caption id="attachment_338925" align="aligncenter" width="640" caption="Perwakilan dari tiap kluster saat sharing kegiatan #UntukPapua (dok. pribadi)"]
[caption id="attachment_338927" align="aligncenter" width="640" caption="Fajar, Koordinator #UntukPapua (dok. pribadi)"]
“Kegiatan yang kami laksanakan sifatnya pemberdayaan, sehingga masyarakat terlibat dari awal hingga akhir proses setiap program.”, begitu ucap mereka. Aktivitas mereka ini membuat bangga, karena ternyata masih ada anak-anak muda yang tak hanya jago selfie di social media, melainkan mau ikut turun tangan langsung mengurus bagian Indonesia.
Acara semakin meriah dengan penampilan Funky Papua yang selalu khas menyajikan gerakan tradisi dan selingan humor dalam koreografinya. Tak ketinggalan pula hadir Putri Agustine, Miss Papua 2006 dan komunitas Buku Untuk Papua (BUP) yang sama-sama menekankan bahwa pengembangan SDM Papua sangat penting untuk diprioritaskan, karena kekayaan terbesar Papua sebenarnya terletak pada manusianya, bukan hanya pada alamnya.
Kelompok vocal Soa-soa yang juga ikut hadir menghentak acara dengan lagu andalan mereka, Papua Dalam Cinta. Segera semua orang hadir bernyanyi bersama, “Harumkan Indonesia dari sini. Satukan tujuan dalam cinta.”
Pak Velix Wanggai (mantan staf ahli presiden) yang secara mengejutkan hadir akhirnya ‘dipaksa’ untuk memberi wejangan. “Papua dan Jogja punya ikatan kuat, mari jaga terus keharmonisan ini. Dan jangan lupa, untuk terus bersama-sama membangun Papua.”
[caption id="attachment_338928" align="aligncenter" width="640" caption="Penampilan funky papua di acara Terima kasih Jogja #UntukPapua (dok. pribadi)"]
[caption id="attachment_338929" align="aligncenter" width="640" caption="Pak Velix Wanggai, Chun Funky Papua, dan Putri Agustine (dok. pribadi)"]
Sebenarnya rangkaian acara sudah ditutup dengan penampilan Soa-soa yang memungkasi penampilannya dengan lagu “Aku Papua”, namun segenap audiens yang hadir rupanya masih belum mau beranjak meninggalkan acara. Dengan spontan, seluruh ruangan bergoyang bersama dalam tarian Yospan ala Papua yang dikomandoi oleh Bang Chun-Funky Papua.
Tak hanya Papua, warna-warni Indonesia sangat terasa dari acara ini. Kulit hitam, kulit putih, rambut keriting, rambut lurus, mata sipit, mata besar, dan segala macam kebhinekaan menyatu dalam semangat persaudaraan yang kuat.
[caption id="attachment_338930" align="aligncenter" width="640" caption="Kelompok vocal Soa-soa yang menghentak acara dengan lagu-lagu andalannya (dok. pribadi)"]
[caption id="attachment_338931" align="aligncenter" width="640" caption="Warna-warni bhineka dalam acara Terima kasih Jogja #UntukPapua (dok. pribadi)"]
[caption id="attachment_338933" align="aligncenter" width="640" caption="Bersama-sama berdendang dan bergoyang dalam tarian Yospan (dok. pribadi)"]
Memang sudah waktunya semua kalangan diajak untuk tidak hanya menikmati alamnya saja saat datang ke Papua, melainkan ikut berkontribusi dalam mengembangkan segenap potensi yang ada di bumi cenderawasih, terutama manusianya.
Saya pun sepakat dengan kutipan komunitas #UntukPapua yang dengan lantang diucapkan: “Masyarakat Papua bukanlah orang Papua yang tinggal di Indonesia, tetapi orang Indonesia yang tinggal di Papua”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H