Mohon tunggu...
Arif L Hakim
Arif L Hakim Mohon Tunggu... Konsultan - digital media dan manusia

digital media dan manusia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Suguhan Sunset Saat Ngabuburit di Candi Ijo

1 Juli 2014   19:50 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:58 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_313445" align="aligncenter" width="640" caption="Sunset di Candi Ijo (dok. pribadi)"][/caption]

“...anak wanua i wuang hijo....”, itulah salah satu kalimat yang tertulis di prasasti Poh 906 Masehi untuk mengungkapkan tentang seorang hadirin upacara yang berasal dari Wuang Hijo.

Mengacu pada prasasti Poh, Candi Ijo yang merupakan kompleks percandian bercorak hindu di Dusun Groyokan, DesaSambirejo, KecamatanPrambanan,Kabupaten Sleman, Yogyakarta dinamakan sesuai dengan lokasinya yakni berada di lereng bukit padas yang bernama Gunung Ijo. Koordinat candi yang berada di ketinggian 375 di atas permukaan laut ini ada di -7.783795, 110.512079, atau sekitar 8,7 km dari Candi Prambanan (20-30 menit) dan sekitar 5 km dari Kompleks Ratu Boko (10-15 menit). Candi Ijo menjadi candi dengan lokasi tertinggi di propinsi DIY. Candi ini pula yang membuat landasan bandara Adisucipto Yogyakarta tak bisa diperpanjang ke arah timur.

[caption id="attachment_313446" align="aligncenter" width="640" caption="Petunjuk arah dari Candi Prambanan atau Ratu Boko ke Candi Ijo (google maps)"]

14041483921531288113
14041483921531288113
[/caption]

Candi Ijo adalah tujuan jalan-jalan kami kali ini. Sore yang semriwing karena tiupan angin kemarau seolah menyemangati kami untuk segera menelusuri relung-relung candi yang berdasarkan gaya bangunannya diperkirakan dibangun pada abad ke-9 hingga ke-10 Masehi ini.

Mungkin sudah menjadi informasi umum bahwa di Candi Ijo kita bisa menikmati keindahan sore. Selain pemandangan kota dari atas yang tersuguh indah, kesyahduan sore di Candi Ijo akan mencapai puncaknya saat sunset tiba. Bagi kami, Candi Ijo cocok sebagai salah satu tempat untuk ngabuburit sambil bertadabbur dan bertafakkur menjelang berbuka puasa.

[caption id="attachment_313447" align="aligncenter" width="640" caption="View dari kompleks Candi Ijo (dok. pribadi)"]

1404148488198439520
1404148488198439520
[/caption]

Dari papan informasi yang ada di depan Candi Ijo, candi ini pertama kali ditemukan tanpa sengaja oleh seorang administratur pabrik gula Sorogedug yang bernama H.E. Doorepaal saat ia sedang mencari lahan untuk penanaman tebu pada 1886. Berikutnya C.A. Rosemeier juga mengunjungi Candi Ijo dan menemukan tiga buah arca batu. Pada 1887, Dr. J. Groneman melakukan penggalian arkeologis di sumuran candi induk. Dari penggalian tersebut diperoleh lembaran emas bertulis, cincin emas serta beberapa jenis biji-bijian.

Situs Candi Ijo yang terletak di bukit kapur ini menempari 11 teras dengan ketinggian berbeda-beda yang membujur dari barat ke timur. Pada teras-teras tersebut ditempatkan 17 gugusan bangunan candi yang dibedakan menjadi dua jenis; beratap dan tidak beratap. Untuk bangunan yang tidak beratap diperkirakan sebagai bangunan dengan struktur kayu karena di sana ditemukan sisa-sisa umpak batu.

Bangunan inti dari kompleks Candi Ijo berada di teras paling atas, terdiri dari 1 candi induk dan 3 candi perwara. Bangunan candi induk berdiri di atas kaki candi dengan denah dasar berbentuk persegi. Saat memasuki ruang utama, kita akan disambut dengan sepasang lingga dan yoni yang disangga oleh figur ular sendok. Konon makhluk ini adalah lambang dari penyangga bumi. Sedangkan penyatuan lingga dan yoni melambangkan kesatuan antara Syiwa dan Parwati shaktinya.

Di tengah dinding bagian dalam sisi utara, timur dan selatan masing-masing terdapat sebuah relung. Setiap relung diapit oleh pahatan pada dinding yang menggambarkan sepasang Apsara (bidadari) yang terkesan terbang menuju ke arah relung.

Sementara bagian atap candi induk bertingkat-tingkat seperti undakan, terbentuk dari susunan segi empat yang makin ke atas makin mengecil. Di setiap sisi terdapat deretan tiga ratna di masing-masing tingkat. Sebuah ratna berukuran lebih besar terdapat di puncak atap. Sepanjang batas antara atap dan dinding tubuh candi dihiasi dengan deretan pahatan dengan pola berselang-seling antara sulur-suluran dan gana (makhluk kerdil). Sepanjang tepi atap dihiasi dengan deretan antefiks dengan bingkai sulur-suluran. Dalam masing-masing bingkai terdapat arca setengah badan yang menggambarkan dewa dalam berbagai posisi tangan.

[caption id="attachment_313448" align="aligncenter" width="640" caption="Kompleks Candi Ijo tampak dari teras bawah (dok. pribadi) "]

1404148605314849391
1404148605314849391
[/caption]

[caption id="attachment_313449" align="aligncenter" width="640" caption="Sepasang lingga-yoni yang disangga ular sendok (dok.pribadi) "]

1404148676295912594
1404148676295912594
[/caption]

[caption id="attachment_313450" align="aligncenter" width="640" caption="Candi induk tampak dari luar (dok. pribadi)"]

1404148746841061471
1404148746841061471
[/caption]

Mungkin kolaborasi antara pemandangan, indahnya sunset, dan tidak dipungutnya biaya untuk memasuki candi ini, membuat Candi Ijo selalu ramai pengunjung setiap sorenya.

Sayangnya, seperti yang sering terlihat di Candi Borobudur atau Candi Prambanan, beberapa pengunjung tampak hanya menuruti ‘hasrat eksistensinya’ dan menghiraukan keselamatan dirinya, apalagi kelestarian candinya. Kearogansian pengunjung terlihat saat mereka beradu pose se-model-like mungkin dengan semena-mena. Bahkan ada juga jenis pengunjung yang tak hanya puas berfoto dengan background candi, kemudian menaiki relung arca. Sungguh, sangat disayangkan.

[caption id="attachment_313451" align="aligncenter" width="640" caption="Aksi pengunjung yang sangat disayangkan (dok. pribadi) "]

1404148787430678896
1404148787430678896
[/caption]

Setelah puas mengamati dan mencoba belajar beberapa hal yang kami temui di Candi Ijo, tiba saatnya merebahkan diri di rerumputan yang asri di sekitar Candi Ijo untuk menunggu sunset.

Semilir angin lamat-lamat mulai menusuk di tulang rusuk. Rona semburat jingga perlahan mengarsir langit. Senja seolah mengepung Jogja. Di Candi Ijo seakan kami menyalami mentari yang pamit diri dari angkasa. Selamat berbuka puasa alam raya!

[caption id="attachment_313452" align="aligncenter" width="640" caption="Candi induk dan 3 candi perwara (dok. pribadi)"]

1404148938142519449
1404148938142519449
[/caption]

[caption id="attachment_313453" align="aligncenter" width="640" caption="Siluet candi perwara di antara kepungan semburat jingga (dok. pribadi)"]

1404149008859959800
1404149008859959800
[/caption]

[caption id="attachment_313454" align="aligncenter" width="640" caption="Sunset telah tersuguh di antara celah-celah angkasa (dok. pribadi)"]

14041490691351465890
14041490691351465890
[/caption]

________

Referensi:

Papan informasi di Candi Ijo

http://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Ijo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun