Ingar-bingar peringatan hari lahir Pancasila mengemuka di berbagai media. 1 Juni 2017 menjadi titik peringatannya, karena baru di tahun inilah Hari Pancasila dikuatkan setelah Peraturan Presiden (Perpres) No 24 Tahun 2016 Tentang Hari Lahir Pancasila diterbitkan. Pun sejak beberapa waktu sebelum tanggal 1 Juni datang, telah dikumandangkan berbagai rangkaian kegiatan Pekan Pancasila.
Dengan pekikan "Saya Indonesia, Saya Pancasila", luapan semangat kebangsaan disuarakan. Pekikan yang menjadi tema Hari Pancasila ini bagi saya terasa emosional, karena peringatan Pancasila tahun ini memang hadir di saat polemik pemicu perpecahan mengemuka di beberapa sisi, meskipun didominasi dari kanal politik.Â
Peringatan Hari Lahir Pancasila bukan hanya terjadi di Jakarta, tetapi diselenggarakan di berbagai kawasan, menasional. Tak terkecuali di Jogja, peringatan kelahiran dasar negara ini juga digelar secara istimewa.
Jogja sebagai daerah perjuangan, tak sekadar melakukan peringatan biasa untuk Pancasila. Setelah paginya melaksanakan upacara, sore jelang berbuka puasa peringatan Pancasila dilangsungkan di Rumah Sang Raja.
Iring-iringan lagu kebangsaan menggelegar di Pagelaran Kraton Ngayogyakarta di mana peringatan digelar. Ratusan anak sekolah di Jogja menyanyi dalam sebuah kelompok aubade. Lagu-lagu seperti Satu Nusa Satu Bangsa, Indonesia Pusaka, Rayuan Pulau Kelapa, dan Dari Sabang Sampai Merauke yang didendangkan pun membuat merinding, serasa ada yang menghentak di dada.Â
Di dunia maya, hashtag #PancasilaAgaweGuyub yang diinisiasi oleh Masyarakat Digital Jogja (Masdjo) telah meramaikan timeline dan melejit menjadi trending topic Indonesia. Semua komponen nyengkuyung (mendukung) acara ini dari berbagai ranah.
"Acara ini dihadiri sekitar 15.000 orang, bahkan mungkin lebih. Mengingat beberapa saudara-saudara kita masih berada dalam perjalanan menuju Kraton Ngayogyakarta ini", ungkap Widihasto, Ketua Penyelenggara dari Gerakan Rakyat (Gerak) Pancasila. "Antusiasme masyarakat sangat luar biasa dan harapan kami semangat Pancasila bisa mengilhami semua yang hadir di acara ini. Semua elemen sama rata dan sama rasa di sini," ungkapnya seperti dikutip dari krjogja.com.
Sri Sultan HB X mengawali orasinya dengan mengkritisi Pancasila yang sebaiknya bukan hanya dijadikan slogan. "Meski penting, Pancasila tidak cukup hanya dengan menggelorakan ikrar, tetapi harus diamalkan dalam peri kehidupan oleh setiap warga negara Indonesia. Demikian juga, kita tidak cukup dengan meneriakkan slogan 'Pancasila Sudah Final', atau 'NKRI Harga mati' saja. Namun momentum hari ini sejatinya ingin menggugah ingatan kita, bahwa Pancasila adalah Jiwa Bangsa. Bung Karno menyebutnya geest atau roh yang mampu memperteguh semangat kebangsaan terhadap pengaruh apapun yang mengingkari Pancasila sebagai dasar negara serta ideologi dan pandangan hidup bangsa."
Berikutnya, Ngarsa Dalem juga menggarisbawahi bahwa Pancasila kini menghadapi berbagai tantangan seperti paham radikalisme, pesimisme, apatisme, dan fatalisme yang berujung pada politik identitas yang menafikan kebhinnekaan bangsa Indonesia.Â
"Pancasila adalah dasar negara, ideologi bangsa dan falsafah serta pandangan hidup bangsa, yang didalamnya terkandung nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praksis. Oleh sebab itu, kita wajib 'menghidupi dan membadankan' Pancasila, untuk kemudian menginternalisasi, membumikan, dan menggerakannya sehingga menjadi sumber kebijakan dan perilaku masyarakat," imbuh Sultan.Â