Mohon tunggu...
Arif L Hakim
Arif L Hakim Mohon Tunggu... Konsultan - digital media dan manusia

digital media dan manusia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Raja Jogja Bersatu Bersama Warga untuk Pancasila

3 Juni 2017   22:55 Diperbarui: 4 Juni 2017   18:19 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sri Sultan HB X berorasi dalam rangka Hari Lahir Pancasila di Kraton Ngayogyakarta (dok. pribadi)

Orasi Sultan HB X (dok. pribadi)
Orasi Sultan HB X (dok. pribadi)
Sultan kemudian mengungkapkan tentang makna sila-sila dalam Pancasila yang hingga saat ini masih tetap layak diimplementasikan dalam berbagai kehidupan berbangsa. "Luar biasa ide para pendiri bangsa yang telah merumuskan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, yang menunjukkan arah dan orientasi perjuangan".

Sultan juga mengamati masih minimnya tokoh yang memiliki perhatian terhadap tuntutan penerapan Pancasila sebagai ideologi praktis. Menurut Sultan, Pancasila perlu ditransformasikan ke bentuk dan model-model aplikatif dalam kehidupan. Pancasila tidak bisa hanya dijadikan ideologi yang berwajah mitis atau politis. 

Mengenai kondisi pertarungan politik akhir-akhir ini, Sultan menganalogikan layaknya sebuah pagelaran wayang kulit di mana kita tidak mendengar sebuah 'suluk ki dalang' yang menyejukkan penuh harmoni, tetapi semua terjebak dalam 'greget saut' beradu benar dan menangnya sendiri disertai ujaran kebencian. "Dalam pentas politik, yang terdengar hanya debat penuh paradoksal, kontroversial, bahkan cenderung vulgar. Saling-silang pernyataan terjadi. Pendapat satu ditimpa yang lain, tetapi tidak menyentuh makna yang substansial. Semua terpenjara dalam adegan 'gara-gara' yang vulgar, melupakan bagaimana mengutamakan Pancasila sebagai basis rekonsiliasi demi kepentingan yang lebih besar bagi bangsa," seru Sri Sultan. 

Di akhir orasinya, Raja Kasultanan Ngayogyakarta ini memberi wejangan meneduhkan, "Saya mengajak masyarakat untuk membangkitkan Gerak Pancasila dari Yogya untuk Indonesia, seperti halnya 'serangan kejut' 1 Maret 1949, bukan lagi dengan simbol janur kuning, tetapi pita merah putih yang membawa impresi jiwa Pancasila dan semangat kebangsaan itu masih hidup di hari rakyat guna merawat NKRI tetap lestari". Masyarakat pun bertepuk tangan riuh mendengarkan pungkasan orasi ini. 

Acara peringatan Hari Lahir Pancasila kemudian dilanjutkan dengan berbuka puasa bersama. Puluhan ribu nasi bungkus yang disumbang dari berbagai lapisan masyarakat dibagikan. Sri Sultan beserta seluruh undangan yang hadir pun duduk bersama, berbuka dengan nasi bungkus seperti masyarakat lainnya.

kebersamaan para mahasiswa (dok. @berandajogja)
kebersamaan para mahasiswa (dok. @berandajogja)
buka bersama keluarga saat perayaan pancasila ((dok. @berandajogja)
buka bersama keluarga saat perayaan pancasila ((dok. @berandajogja)
masyarakat lesehan di Alun-alun Lor sambil berbuka puasa (dok. @berandajogja)
masyarakat lesehan di Alun-alun Lor sambil berbuka puasa (dok. @berandajogja)
Berbagai kalangan pelajar, mahasiswa, santri, dan masyarakat yang tidak bisa tertampung dalam ruang besar Pagelaran Keraton memilih lesehan di rumput Alun-alun Lor. Sembari berbuka bersama, keromantisan dan keguyuban khas Jogja sangat terasa. 

Semoga Pancasila tetap terjaga di Bumi Mataram maupun Nusantara. 


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun