[caption caption="Pantai berpasir putih, salah satu view di Pulau Bidadari (dok. pribadi)"][/caption]
Deru mesin telah meraung, sejurus kemudian speed boat bertolak dari Dermaga 15, di Kawasan Ancol. Speed boat melaju cepat membelah gulungan ombak yang tergiring oleh sepoi angin Laut Jawa. Di tengah cuaca yang terik, perjalanan di atas Teluk Jakarta yang pertama kali akhirnya saya alami. Dengan penuh rona cerah, Sabtu (24/10/2015) yang lalu saya bersama rombongan Kompasiana, Kementerian Pariwisata, dan PT Seabreeze Indonesia berada di dalam speed boat ini dalam acara blog trip eksplorasi pesona bahari.
Setelah menempuh sekitar 20 menit perjalanan laut, pasir pantai yang putih mulai terlihat di depan pelupuk mata. Speed boat pun merapat di dermaga kayu, dan seketika terlihat patung wanita berwarna putih berdiri anggun di atas deretan meriam khas masa kolonial di bawahnya.
[caption caption="Patung wanita berwarna putih di atas meriam kolonial (dok. pribadi)"]
“Selamat datang di Pulau Bidadari”, demikian tertulis di sebuah papan di atas front office. Sejenak kami tiba di pulau cantik ini, welcome drink segera menyambut kedatangan kami, sangat tepat di antara panas matahari yang mulai menyengat.
Pulau dengan luas sekitar 6 ha ini mungkin cukup familiar bagi masyarakat Jakarta. Jaraknya yang hanya 15 km dari Jakarta Barat membuat Pulau Bidadari sering disebut sebagai pintu gerbang saat akan mengeksplorasi gugusan Kepulauan Seribu.
Yosh Aditya yang didapuk sebagai MC mulai membuka rangkaian acara blog trip dengan beragam kicauannya. Berikutnya Pak Aji Wiratmoko yang menjabat sebagai Kepala Divisi Resort menyambut kami dan berharap segala fasilitas yang diberikan selama berada di kawasan eco resort Pulau Bidadari bisa memuaskan para peserta. Kemudian dari pihak Kementerian Pariwisata diwakili oleh Mbak Leonita melanjutkan prosesi penyambutan kami sebelum lebih jauh menjelajah pulau ini.
Perjalanan mengeksplorasi salah satu potongan pesona Indonesia ini semakin menarik karena rombongan kami didampingi oleh Pak Candrian Attahiyat, arkeolog senior yang sekarang menjadi salah satu tim ahli cagar budaya Pemprov DKI.
[caption caption="Pak Can diantara peserta blogtrip (dok. pribadi)"]
Pak Can, sapaan akrab Pak Candrian, kemudian mulai bercerita. Sebelum dikelola oleh PT Seabreeze Indonesia pada tahun 1970-an, Pulau Bidadari menjadi salah satu pulau penunjang kegiatan yang dilakukan VOC di Pulau Onrust yang tak jauh lokasinya. Dulunya nama Pulau Bidadari dikenal dengan Pulau Sakit. Hal ini dikarenakan pada 1679 VOC membangun sebuah rumah sakit yang digunakan untuk mengobati pasien lepra atau kusta. Di saat yang sama, VOC juga membangun benteng martello, sejenis benteng yang digunakan untuk melakukan pengawasan sekaligus pertahanan dari serangan musuh.