Komplek Candi Sambisari yang terpendam 6,5 m di bawah tanah (dok. pribadi)
Jogja sering menjadi tujuan traveling bagi para pelancong, baik domestik maupun mancanegara. Aneka destinasi wisata dapat ditemui di Jogja; wisata alam, wisata budaya, wisata belanja, wisata kuliner, dan lainnya.
Namun, terkadang banyak pelancong yang mengeluh karena menghadapi trade-off; ingin mengunjungi seluruh obyek wisata, namun waktu yang dimiliki sangat terbatas. Ingin berkunjung ke sana dan ke sini, tapi uangnya sudah tidak mencukupi.
Terlebih jika tujuan utama datang ke Jogja bukan untuk traveling, melainkan untuk sebuah tugas pekerjaan atau urusan penting lainnya, mungkin keluhan akan semakin banyak karena waktu yang dimiliki tak bisa diperpanjang.
Salah satu cara untuk memaksimalkan waktu saat berkunjung ke Jogja adalah membuat paket wisata sendiri dengan rajin bertanya, browsing, atau apapun untuk mengumpulkan informasi tentang atraksi wisata yang menarik dikunjungi.
Menurut saya tak lengkap rasanya jika ke Jogja tidak mengunjungi obyek wisata budaya. Sebagai sebuah saran, Candi Sambisari layak menjadi tujuan bagi “pelancong-kilat”(flashpacker) yang memiliki keterbatasan waktu selama di Jogja. Apalagi saat menghadapi waktu yang nanggung sebelum ke bandara Adisucipto. Karena jarak Candi Sambisari hanya sekitar 3,2 km dari bandara atau ditempuh selama kurang lebih 10 menitan menggunakan kendaraan bermotor. Sedangkan dari Candi Prambanan dan dari Ratu Boko sekitar 10 km (15-20 menit).
Candi Sambisarisecara administratif terletak di Dusun Sambisari, Kelurahan Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman. Candi yang diperkirakan dibangun di awal abad ke-9 Masehiini diduga dibangun di masa Rakai Garung, salah satu raja mataram hindu dari Wangsa Syailendra.
Candi Sambisari pertama kali ditemukan Juli 1966 secara tidak sengaja oleh petani yang sedang mencangkul. Setelah dilakukan penelitian, ternyata temuan tersebut merupakan bagian kecil dari gugusan candi yang terpendam. Setelah melalui berbagai proses pemugaran, pembuatan gorong-gorong, hingga penataan lingkungan, candi yang terdiri dari 1 candi induk dan 3 candi perwara ini menunjukkan keelokannya setelah terpendam 6,5 meter di bawah permukaan tanah.
Kompleks Candi sambisari dikelilingi oleh dua lapis pagar. Halaman luar seluas 50 x 48 m dikelilingi pagar batu rendah, sedangkan halaman dalam dikelilingi pagar batu setebal sekitar 50 cm dengan tinggi sekitar 2 m.
Candi utama yang menghadap ke barat kondisinya relatif utuh, tingginya sekitar 7,5 m, dan dikelilingi langkan (semacam pagar di candi utama) setinggi 1,2 m.Di candi ini tidak ditemukan relief seperti pada Candi Prambanan. Tetapi pada bagian luar dinding candi utama terdapat relung yang berisi patung Durga Mahisasuramardini (di sebelah utara), patung Ganesha (sebelah timur), patung Agastya (sebelah selatan), dan dua patung dewa penjaga pintu: Mahakala dan Nandiswara (di sebelah barat).
Sementara tiga buah candi perwara yang letaknya berhadapan dengan candi utama saat ini hanya baturnya saja yang tersisa. Ketiga candi perwara tersebut berdenah dasar persegi seluas 4,8 m2.
Selain berbagai patung pada relung candi utama, bukti kuat bahwa Candi Sambisari adalah candi hindu-syiwa adalah dengan ditemukannya sebuah prasasti emas di bawah salah satu umpak candi induk sekitar tahun 1976 yang bertuliskan, “om siwasthana” yang kurang lebih artinya ‘hormat, rumah dewa siwa’.
Yang menarik lagi, ada ‘sepasang' lingga-yoni yang ada di garbagrha candi utama.Lingga yang kokoh dan terlihat mengkilap berada di dalam yoni yang masih utuh dengan topangan patung ular.