Mohon tunggu...
ARIF KURNIAWAN, SST
ARIF KURNIAWAN, SST Mohon Tunggu... -

Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kekuatan Perekonomian Aceh di Pertanian, Benarkah?

21 November 2014   21:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:11 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aceh dianugerahi sumber daya alam yang luar biasa yang meliputi 119 pulau dengan luas daerah 56.770,81 Km2.  Dari total luas wilayah tersebut, 34,66 persen di antaranya berupa persawahan, pertanian tanah kering semusim, perkebunan dan perairan darat. Persentase luas hutan mencapai 40,35 persen. Ini belum ditambah luas perairan laut Aceh yang mencapai 295 ribu km2.

Dengan posisi geografis diapit oleh samudera Indonesia dan Selat Malaka, serta berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Utara, memungkinkan keluar masuknya komoditas dari luar Provinsi Aceh berjalan dengan lancar. Selain itu, jalur udara yang telah terkondisikan di beberapa kota maupun kabupaten juga merupakan tambahan instrumen dalam perdagangan antar wilayah.

Nilai tambah agregat dari kegiatan perekonomian di Aceh yang tercermin pada Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku, pada tahun 2013 sebesar 103 trilliun rupiah yang meningkat 8,38 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar 95 trilliun rupiah. Sedangkan bila dihitung dengan mengeliminir faktor inflasi di tingkat produsen, pertumbuhan ekonomi Provinsi Aceh sebesar 4,18 persen di tahun 2013. Dimanakah posisi sektor pertanian ?

Peranan sektor pertanian (meliputi subsektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan dan perikanan) berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2013 yaitu sebesar 27,22 persen dari total PDRB, dimana Subsektor Tanaman bahan makanan merupakan kontributorutama di sektor tersebut. Dengan peranannya tersebut, sektor pertanian begitu dominan dalam pembentukan PDRB Provinsi Aceh. Laju pertumbuhan sektor pertanian dilihat dari PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2013 meningkat 3,26 persen dibanding tahun 2012, yang melambat dari laju pertumbuhan pada tahun yang lalu.

Keterkaitan sektor ekonomi secara spesifik dengan sektor-sektor lainnya terukur melalui analisis Input Output (I-O). Derajat keterkaitan peningkatan suatu sektor di dalam menyerap output dari seluruh sektor  untuk dijadikan input produksinya dilihat dari indeks derajat penyebaran (IDP). Sedangkan, derajat keterkaitan suatu sektor di dalam mendistribusikan outputnya untuk berkontribusi sebagai input produksi ke seluruh sektor dilihat dari indeks derajat kepekaan (IDK).  Hal ini dapat dilihat dari tabel I-O tahun 2012 dimana sektor padi, karet, kelapa sawit dan kakao memilki IDK lebih besar dari 1. Di sisi lain,  di antara seluruh sektor pertanian, yang memiliki IDP lebih besar dari 1 yaitu sektor padi, kelapa sawit, ternak dan hasil-hasilnya dan jasa pertanian.  Sektor lain yang masih termasuk dalam kategori pertanian memiliki IDP dan IDK mendekati 1.

Sektor padi dan sektor kelapa sawit terlihat menonjol karena memiliki indeks derajat penyebaran dan indeks derajat kepekaan di atas 1. Sektor padi memiliki IDP sebesar 1,02 yang berarti kenaikan 1 unit permintaan akhir di sektor padi berdampak pada penggunaan seluruh sektor yang merupakan input sektor padi meningkat  sebesar 1,02 unit. Disamping itu, sektor padi memiliki IDK sebesar 1,39 yang berarti kenaikan 1 unit permintaan akhir di sektor padi berdampak pada naiknya output seluruh sektor sebesar 1,39 unit. Demikian juga terjadi pada sektor kelapa sawit yang memiliki IDP sebesar 1,03 dan IDKsebesar 1,1.

Sektor pertanian (dalam arti luas) sangat berperan dalam penyerapan tenaga kerja di Provinsi Aceh berdasarkan Indikator Ketenagakerjaan. Hal ini tampak dari persentase penduduk berusia 15 tahun ke atas yang berkerja di sektor pertanian mencapai 47,15 persen dari keseluruhan di triwulan I tahun 2014. Hal ini menunjukkan dominasi lapangan usaha di sektor pertanian masih dominan di atas sektor manufaktur (13,39 persen) dan sektor jasa-jasa (39,46 persen).

Berdasarkan data hasil sensus pertanian 2013 jumlah kerbau di Provinsi Aceh sebanyak 111.950 ekor, yang menempatkan di urutan kedua di bawah Provinsi NTT yang jumlah kerbaunya 133.122 ekor. Data produksi padi di Provinsi Aceh pada tahun 2013 sebesar 195,69 juta ton atau di peringkat ke 12 secara nasional. Data dari Dirjen Perkebunan Kementrian Pertanian, produksi minyak kelapa sawit Provinsi Aceh sebesar 654,80 ribu ton atau di peringkat ke 12 secara nasional. Produksi kelapa Provinsi Aceh sebesar 62,99 ribu ton atau di peringkat ke 18 secara nasional. Produksi karet sawit Provinsi Aceh sebesar 107,45 ribu ton atau di peringkat ke 8 secara nasional. Produksi kopi Provinsi Aceh sebesar 54,31 ribu ton atau di peringkat ke 5 secara nasional.

Dari paparan di atas terlihat bagaimana powerfull-nya  sektor pertanian dalam menggerakkan roda perekonomian di Provinsi Aceh. Fakta demikian selayaknya menjadi modal dalam membangun struktur perekonomian yang lebih kuat  secara fundamental dan bahkan dapat menjadikan komoditas-komoditas pertanian seperti padi, ikan, ternak, sawit, serta hasil-hasil perkebunan lainnya  lebih berperan dalam membangun perekonomian secara nasional.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun