[caption id="attachment_376142" align="aligncenter" width="425" caption="Img: Kompasiana.com"][/caption]
Pada dasarnya, setiap orang tidak ingin dirinya terlambat untuk melakukan sesuatu hal yang dituju. Apalagi dia dalam keadaan dibutuhkan oleh banyak orang. Namun kadang ada hal sepele yang membuat seseorang terlambat. Antri di gerbang tol adalah contohnya. Hanya karena pengembalian uang receh, banyak kendaraan yang antri panjang di belakangnya.
Dalam pandangan Islam, segala hal yang membuat orang lain sengsara dan menderita adalah bentuk kedzaliman. Dan Allah Azza Wajalla tidak menyukai orang-orang yang berbuat kedzaliman.
“Wallaahu laa yuhibbudzhoolimiin...”.
“...dan Allah tidak menyukai orang-orang yang dzalim”. (QS. Ali-Imron: 57).
Sebagaimana mereka yang sering menggunakan motor gede beramai-ramai atau para koruptor. Mereka mungkin saja sering tidak merasa bahwa tindakan mereka berefek besar kepada penderitaan orang lain. Orang yang menggunakan uang dalam pembayaran tol dan mengakibatkan antri panjang karena banyaknya pengembalian yang harus disiapkan. Itu juga bentuk kedzaliman tersendiri yang kadang tanpa disadari.
Bagaimana jika di antrian itu terdapat ambulan yang membawa orang yang parah dan membutuhkan pertolongan segera sedangkan kondisi gerbang tol macet karena ulah orang-orang yang tidak sadar menyiapkan uang pas dalam melakukan pembayaran?
Pertanyaannya, apakah sistem seperti itu akan terus dipertahankan sedangkan manusia dianugerahi Allah Azza Wajalla akal untuk berfikir?
Maka, jika mau berfikir cerdas tentu saja sistem seperti itu tidak boleh berlarut-larut. Dan salah satu jawaban itu adalah dengan uang digital atau transaksi non tunai yang tidak lagi membutuhkan uang pengembalian.
Sistem yang Memudahkan
Dalam hal belanja, seseorang bahkan membuat orang lain menunggu lama akibat berdebat masalah pengembalian. Ada yang tidak puas karena pengembaliannya tidak pas dan ada pula yang berdebat masalah donasi recehan dengan kasir. Bagaimana jika itu di kasir apotik yang sebagian besar butuh obat dalam waktu cepat untuk keluarganya yang sedang sakit?
Dengan begitu, segala bentuk sistem yang menjadikan kebaikan dan kemudahan bersama harus didukung dan dimasyaratkan. Dengan uang digital, masalah recehan tidak lagi terjadi. Namun para pemegang otoritas yang mengurusi masalah ini juga harus membuat masyarakat mudah dalam memperoleh dan mengakses uang digital. Semudah orang mengisi pulsa HP saat ini.
Islam sebagai “diinun yusrun” yaitu ajaran yang memberi kemudahan bagi para pemeluknya. Maka sistem ini tentu sesuai dengan akhlak dalam Islam yang menghendaki orang lain merasa senang, gembira dan bahagia dengan kehadiran sesuatu.
Hal seperti yang difirmankan Allah SWT di al-Qur’an.
“Yuriidu bikumul yusroo...walaa yuriidu bikumul ‘usro...”
“...Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu...” (QS. Al-Baqarah: 185).
Menjaga Kesucian
Tidak sedikit saudara muslim kita yang meninggalkan atau menanggalkan dompet dengan uang yang dia bawa. Hal itu karena kehati-hatian terhadap uang yang dia bawa di dompetnya. Sebagaimana kita tahu uang bisa berpindang tangan kepada siapa saja termasuk mereka yang memegang berbagai hal yang najis menurut Islam.
Nah, dengan membawa uang digital ini merupakan solusi agar lebih yakin dan dapat memastikan kartu yang dia bawa tidak terkena najis apapun, sehingga tidak perlu lagi menaruh uang di depan tempat sujud ketika sedang sholat berjamaah.
Kelebihan lain yakni dari sisi kesehatan agar terjaga karena kesucian yang dijaga dari sendiri dengan uang digital itu.
"Innaallaha yuhibbul mutathohhiriin..."
“Sesungguhnya Allah mencintai orang yang dalam keadaan suci”. (QS. Al-Baqarah: 222).
Disamping itu, tidak mencoloknya seseorang dalam membawa uang berlebihan di dompet juga menjadikan dia lebih aman dikarenakan para pelaku kejahatan melakukan kejahatannya sebab memang melihat suatu objek yang bisa dimanfaatkan.
Sebagai aktifis da’i lingkungan hidup, bagi saya gerakan ini ikut membantu tidak ditebangnya ribuan pepohonan untuk mencetak uang kertas. Hal itu dikarenakan jika gerakan non tunai ini berjalan, maka semakin sedikit uang kertas yang dicetak.
Umat Islam sebagai mayoritas di negeri ini harus diyakinkan bahwa gerakan ini sesuai dengan tujuan akhlak Islam yakni Rahmatan lil ‘alamiin. Menebarkan kasih sayang, kebahagiaan dan kedamaian kepada seluruh makhluk Tuhan di atas muka bumi.
Semoga GNNT (Gerakan Nasional Non Tunai) yang sedang digalakkan Bank Indonesia sekarang ini semakin berkembang dan diterima oleh masyarakat. Karena uang digital mempunyai tingkatan lebih dalam hal maslahat. Amiin.
Salam Non Tunai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H