Mohon tunggu...
Arif Khunaifi
Arif Khunaifi Mohon Tunggu... Administrasi - santri abadi

Manusia biasa dari bumi Indonesia .:. Ingin terus belajar agar bermanfaat bagi alam semesta... .:. IG & Twitter: @arifkhunaifi .:. Facebook: Arif Khunaifi .:.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Benarkah Jutaan Rakyat Malaysia Hampa?

18 Agustus 2016   10:02 Diperbarui: 18 Agustus 2016   10:09 1318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Head Line surat kabar Malaysia “Kosmo” pagi ini (18/8) menyoroti tentang kegagalan Tim Bulutangkis Malaysia untuk mendapatkan medali emas dalam pesta akbar Olimpiade di Rio Brazil. Judul dalam koran tersebut adalah “Peng Soon – Liu Ying Hampakan Jutaan Rakyat Malaysia”.

Sebagaimana kita tahu, tadi malam sedang terjadi pertandingan bulutangkis penuh gengsi dua negara bertetangga yakni Indonesia dan Malaysia. Di berbagai tempat umum di Indonesia maupun Malaysia  diadakan nonton bersama untuk menyaksikan peraihan medali emas pertama.

Nonton bersama di Malaysia. img:twitter.com
Nonton bersama di Malaysia. img:twitter.com
Namun, pasangan andalan Indonesia Tontowi Ahmad – Liliana Natsir mampu memenangkan pertandingan dan mempersembahkan emas pertama bagi tim olimpiade Indonesia sehingga pasangan Malaysia mendapatkan mendali perak.

Judul yang dibuat oleh Harian Kosmo tentu saja membuat berang rakyat Malaysia. Apalagi dalam tulisan tersebut tertulis pula bahwa pasangan Malaysia ini “hanya” memperoleh perunggu. Padahal dalam sejarah olimpiade baru kali ini ada Ganda Campuran Malaysia yang masuk final. Tak pelak Harian Kosmo pagi ini kena semprot nitizen Malaysia di sosial media.

Juaraaa...img: twitter.com
Juaraaa...img: twitter.com
Sebenarnya, rakyat Malaysia punya kemiripan dengan rakyat Indonesia yang terus memberi semangat kepada mereka yang telah berjuang walupun mengalami kekalahan. Hanya saja, memang ada orang yang sangat kecewa dengan kekalahan dan yang menjadi masalah jika yang kecewa berat adalah jurnalisnya sehingga menulis berita dengan rasa penuh emosional.

Dalam hal ini, kita diberikan pembelajaran untuk tidak terlalu percaya kepada sebuah media baik cetak maupun elektronik. Apalagi di zaman setiap orang bisa membuat web berita online dan dengan mudah menyebarkannya ke dunia maya terutama sosial media. Seharusnya kita membaca beberapa berita untuk hal yang sama, baru kemudian kita boleh menyimpulkan atau membagikannya di sosial media.

Rupanya, memang tidak banyak banyak wartawan yang membaca buku "Fikih Jurnalistik"...hehe...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun