[caption id="attachment_195015" align="aligncenter" width="599" caption="Img:blogspot.com"][/caption]
Kesadaran anda dalam melaksanakan perintah-perintah Allah swt tanpa keterpaksaan, pada dasarnya bermuara pada kefahaman anda dalam beragama. Jika pemahaman anda tentang ilmu pengetahuan diniah itu nggenah, maka saya yakin anda adalah termasuk orang yang menjalankan agama secara ikhlas karena Allah semata. Utamanya dalam menjalani puasa di bulan suci Ramadhan.
Saya pun juga yakin bahwa anda telah menjalankan puasa Ramadhan beberapa kali, namun terkadang anda belum menemukan indikasi ketakwaan menancap kuat dalam diri anda. Padahal telah dijelaskan oleh Allah swt secara gamblang di dalam kitab suci al-quran bahwa tujuan utama diwajibkannya puasa ramadhan adalah agar orang yang melaksanakannya menjadi orang-orang yang bertakwa.
Berasal dari waqa, kata takwa artinya menjaga diri. Jika diartikan secara luas, orang yang bertakwa adalah orang yang mampu menjaga dirinya dari hal-hal yang dilarang oleh Allah. Sebaliknya, dia selalu menjaga dirinya untuk selalu menjalankan perintah-perintah Allah swt. Oleh karena itu, hakikatnya puasa Ramadhan adalah membekali tenaga dari dalam diri manusia untuk mampu menjaga diri.
Lalu yang menjadi pertanyaan, kenapa  saat ini anda belum merasakan ketakwaan itu, sehingga masih sangat mudah untuk terjerat lubang maksiat dan hati penuh dengan rasa kesusahan serta kekhawatiran?
Analisa pertama, yang perlu anda evaluasi adalah masalah niat. Jika niat anda berpuasa betul-betul lillahi ta’ala alias menjalankan perintah ini karena Allah swt dari awal sampai akhir, maka acungan jempol untuk anda. Karena anda telah memperoleh satu kredit poin besar untuk nilai puasa anda. Saya katakan kredit poin yang besar dikarenakan puasa anda telah berbekal dengan kekuatan yang sangat hebat dan tiada tandingannya. Yaitu the power of lillahi ta’ala.
Yang kedua, anda masih malas untuk datang ke majlis ilmu yang membahas tentang seluk beluk Ramadhan atau menyempatkan diri membaca buku tentang ilmunya puasa. Sehingga tidak ada perasaan dan penghayatan yang menyelimuti hati anda dalam menjalankan puasa. Rasanya masih sama saja dengan puasa tahun kemarin. Tahun demi tahun masih begitu saja, tanpa ada peningkatan yang signifikan dalam hal ketakwaan. Jika anda sudah sadarkan diri, lalu istiqamah dalam majlis ilmu dan tekun membaca ilmunya puasa Ramadhan, maka dua jempol saya acungkan kepada diri anda.
Ketiga, anda tidak terbiasa mempersiapkan diri jauh-jauh hari sebelum bulan Ramadhan tiba. Seperti pada dua bulan sebelumnya yang dimulyakan yaitu bulan Rajab dan Sya’ban. Rasulullah saw saja selalu mempersiapkannya dengan banyak puasa di hari pada bulan-bulan tersebut. Jika anda diibaratkan pesawat yang akan terbang, maka anda bagaikan pesawat yang kurang pemanasan, sehingga bisa jadi semua komponen pesawat belum siap secara sempurna yang bisa menyebabkan kejadian fatal yang tidak diinginkan. Diri anda bisa mengalami kejadian fatal, berupa semakin jauhnya diri anda dari rasa ketakwaan, walaupun telah melakukan ibadah puasa dengan tipe atau model yang selama ini anda jalankan, karena tidak siapnya komponen ruhaniah pada diri anda.
Keempat, belum ada rasa empati dan kesabaran anda terhadap orang fakir miskin. Itu terbukti bahwa masih seringnya berbuka puasa dengan makanan dan minuman yang melebihi kapasitas yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Yang itu berarti juga tidak ada kesabaran yang melekat dalam diri anda. Padahal kesabaran adalah sesuatu hal yang tidak bisa dipisahkan dengan ketakwaan. Bagaikan dua sisi mata uang. Bagaimana mungkin anda bisa bertakwa usai bulan Ramadhan, jika anda tetap egois dan rakus di bulan suci? Camkanlah hal itu!
Semoga analisa ini bisa membantu anda untuk benar-benar sukses dalam menjalani ibadah di bulan suci Ramadhan, sehingga anda benar-benar menjadi orang yang bertakwa.
Salam Cinta Indonesia...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H