Jlantah atau minyak bekas penggorengan adalah limbah bagi kebanyakan masyarakat. Tidak jarang mereka membuang ke selokan maupun tempat lain yang menyebabkan berbagai biota air menjadi teracuni. Bau yang menyengat juga sering mengganggu indera penciuman jika itu dibuang sembarangan. Beberapa orang yang saya lihat kemudian membakarnya bersama sampah plastik maupun sampah organik yang semestinya bisa dimanfaatkan untuk pupuk kompos.
Namun, bagi saya dan keluarga. Jlantah adalah semacam berkah tersendiri. Bagaimana tidak, cairan yang merupakan bekas penggorengan tersebut bisa kami olah sendiri untuk bahan bakar mobil diesel tua tahun 1996 yang kami punya.
Meski harus melewati beberapa tahapan proses, namun kami menikmatinya. Proses penyaringan agar sendimentasi kadar air dalam jlantah bisa terminimalkan. Sehingga proses WS (Water Sendimen) di dapur pacu mobil tetap berjalan dengan baik. Selain itu, kerja filter solar juga tetap ringan serta kebersihannya tetap terjaga.
Awalnya banyak teman maupun tetangga yang tidak percaya apa saya lakukan. Namun ketika mereka melihat sendiri ketika saya menuangnya ke dalam tangki. Barulah mereka percaya. Ketika mereka saya ajak perjalanan jauh naik mobil tersebut. Mereka pun geleng-geleng kepala. Hehehe...
Mereka heran, ternyata tidak ada kendala sama sekali dalam perjalanan. Di jalan tol, jalan maksimal 100 kpj sebagaimana aturan jalan maksimal di jalan tol mesinnya juga tetap tenang tidak ada getaran yang berarti sebagaimana umumnya mobil diesel konvensional.Â
Sudah 2 tahun lebih saya melakukannya, namun mobil yang sudah berumur 25 tahun tersebut tidak pernah sama sekali mengalami kendala di perjalanan. Kuncinya memang kalau mobil konsumsi jlantah harus rajin bersihkan WS dan filter solar. Toh caranya cukup mudah. Pakai tangan kosong alias tanpa pakai alat juga bisa.
Selain itu, yang menyenangkan adalah terkait gas buang yang minim sekali. Tidak seperti mesin diesel konvensional pada umumnya yang keluar asap cumi-cumi hitam yang membuat membuat orang kelabakan jika berada di belakang atau di sampingnya.
Padahal, dulu cita-cita saya tidak akan beli mobil diesel karena melihat asapnya yang tebal dan polusinya begitu nyata. Namun ketika pakai bekas minyak goreng bisa membuat asap menjadi bersih hal ini membuat saya menjadi tenang karena tidak membuat orang lain terganggu dengan asapnya.Â
Teman teman dan tetangga banyak juga mengumpulkan jlantah untuk diberikan kepada saya. Bahkan pernah ada yang memberi dengan jirigen besar yang berisi sekitar 40 liter. Alhamdulillah sekarang sudah habis.
Sebenarnya pemerintah sendiri sudah menggalakkan penggunaan minyak sawit ini dengan adanya biosolar. Namun masih B30, yang setiap liter solar 30 persennya mengandung minyak sawit. Namun yang saya lakukan sudah murni B100, artinya 100 persen minyak sawit. Walaupun bekas. Hehehe.
Untuk menjaga kebersihan udara menuju Net-Zero Emissions yang artinya negeri kita pada masa mendatang akan mempunyai udara yang bebas emisi dan polusi, hal kecil seperti memang harus dilakukan.