Pada hakikatnya. Alam semesta senantiasa bertasbih dan berdzikir mengagungkan Alloh Azza Wajalla. Maka siapa yang lisan dan hatinya senantiasa dzikir kepada Alloh maka dia akan mengalami ketenangan jiwa. Tidak ada rasa khawatir terhadap urusan dunia. Yang dikhawatirkan adalah urusan akhirat yang merupakan kehidupan tanpa batas. Selamanya.
Apa yang membedakan antara kekhawatiran terhadap kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Kekhawatiran terhadap dunia menjadikan hati menjadi keras sehingga sering melanggar perintah Alloh, sedangkan khawatir terhadap kehidupan akhirat akan menjadikan hati menjadi lembut sehingga menjalani kehidupan dengan tenang dan hati-hati (wira'i).
Sebagaimana orang yang thawaf di sekitar ka'bah. Siapa yang mengikuti arus thowaf dengan baik, maka dia akan tenang dan nyaman. Sebaliknya dia melawan arus thowaf, maka dia akan bertabrakan dengan orang lain yang membuat dirinya tidak nyaman dan tenang. Orang lain yang sedang ibadah thowaf juga terganggu.
Begitulah orang yang banyak berdzikir serta mengikuti aturan Alloh Azza Wajalla. Mereka seperti thowaf yang mengikuti arus bersama alam sehingga hidupnya tenang dan nyaman. Namun itu tidak berlaku bagi orang yang tidak tunduk aturan Alloh. Dia seperti menabrak dan melawan arus alam, sehingga hidupnya menjadi susah dan berat.
Orang-orang yang menyayangi dan welas asih terhadap makhluk Alloh seperti sesama manusia, alam lingkungan maupun hewan, maka para makhluk Alloh itu juga akan berbuat baik yang sama. Sebaliknya, siapa yang merusak alam, bersiaplah dihancurkan oleh alam. Siapa yang memusuhi makhluknya bersiaplah menganggung akibatnya.
Penulis teringat kisah seorang teman yang menceritakan bahwa koleganya rumahnya hancur. Genteng-gentengnya pecah semua. Bukan karena gempa, namun karena dirinya baru saja berburu monyet di hutan. Setelah dapat hewan buruan dan dibawanya ke rumah, ternyata ada rombongan monyet lain yang datang kemudian menghancurkan rumahnya. Padahal jarak rumah dengan hutan puluhan kilometer.
Lalu bagaimana bisa rombongan para monyet itu rumah si pemburu hewan? Bukankah mereka tidak punya kompas, GPS dan alat-alat pendeteksi lainnya? Tentu Alloh Azza Wajalla yang menggerakkan mereka dengan ghorizah, insting dan penciuman tetes darah yang tajam sehingga mereka sampai ke rumah pemburu tersebut.
Di sisi lain, banyak teman penulis yang peduli terhadap lingkungan. Hidupnya terlihat ayem tentrem walaupun hidupnya sederhana. Senyum mengembang selalu terpancar dari wajahnya ketika bertemu. Pembaca mungkin juga bisa membedakan antara cueknya kehidupan mayoritas penduduk Makkah yang metropolis dengan pedulinya kehidupan sebagian penduduk Madinah yang menyatu dengan alam melalui kebun kurma.
Hal di atas memberikan pelajaran kepada kita bahwa alam adalah cerminan dari ka-Mahalembutan Alloh sekaligus tanda keagunganNYA. Maka siapa saja yang telah dikaruniakan mata dan hati yang ma'rifat akan senantiasa berdzikir dan senantiasa memandang dengan 'kaca mata' kasih sayang setiap melihat makhluk Alloh.
Romo Guru kami Abuya Luthfi Muhammad mengajarkan, "Apabila kamu melihatan manusia berbuat keburukan, janganlah membenci orangnya. Tetapi bencilah perbuatannya. Karena boleh jadi, tidak lama lagi orang tersebut berhenti dan taubat dari perbuatan yang dia lakukan."