Lahir di Nganjuk, 14-08-1967, Bu Dokter Iswi --demikian panggilan sehari-hari Bu Iswiyanti Widyawati- sejak kecil selalu ditanamkan nilai-nilai agama oleh kedua orang tuanya. Apalagi, Ustadz M. Ishaq Masduqi bapaknya adalah guru agama dan juga pejuang Hizbullah di masa perjuangan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tidak mengherankan jika darah perjuangan itu mengalir deras pada diri Bu Dokter Iswi. Anak ke-12 dari 12 anak, alias anak yang terakhir ini berani menembus wilayah konflik di Timur Tengah seperti Iraq, Libanon dan Palestina untuk berjuang memberikan bantuan medis kepada para korban perang.
Prinsip hidupnya yang kuat bahwasanya manusia bisa meninggal dunia kapan saja dan dimana saja dalam keadaan apa saja baik perang atau bukan, membuat dirinya tidak gentar menghadapi arogansi tentara Amerika Serikat yang sedang memborbardir Iraq pada tahun 2003.
Dia masuk ke rumah sakit-rumah sakit yang mulai ditinggalkan para dokternya. Dibantu oleh suaminya dr. Arief Basuki yang juga seorang dokter spesialis Anestasi serta para tenaga medis dari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).
Begitu pula mengenai rudal yang nyasar ke rumah sakit, menurut dirinya hal itu bukan nyasar sebagaimana yang sering diberitakan di media.
"Kalau nyasar itu sekali saja. Kalau berkali-kali itu namanya disengaja" jelas dokter yang murah senyum ini.
Buah dari Pengalaman
Pengalaman menjadi relawan di wilayah konflik itulah yang membuat dirinya semakin terlecut dan bersemangat untuk berbuat lebih baik lagi bagi bangsanya sendiri yang tentunya lebih terbuka lebar karena bangsa dalam keadaan aman. Berbagai macam aktifitas dia jalani untuk memperbaiki generasi bangsanya. Semua diawali dari keluarga.
Jika di Iraq saja sebelum perang setingkat Puskesmas selalu ada dua dokter spesialis, ibu dari enam anak ini bercita-cita agar Puskemas di Indonesia juga mempunyai hal yang sama.