Salah satu yang membuat bahagia dalam acara “Kompasiana Drive and Ride: Joy Ride to Purwakarta with TVS” adalah saya bisa mengeksplore ketangguhan tiga motor sekaligus yang semua berteknologi RTR. Yang pertama TVS RTR Apache 200, RTR 180 dan RTR 160.
Dalam perjalanan dari dealer TVS Dewi 366 Cawang ke Karawang saya menunggangi seri RTR terbaru dan garang yakni Apache 200 4V dengan bodinya yang gagah dan tampak kekar ketika dinaiki. Walaupun agak tinggi, namun kedua kaki saya masih bisa menggapainya dengan cukup baik.
Mulai keluar dari dealer, rombongan tim sudah dihadang kemacetan yang cukup padat. Terus terang, kepadatan yang begitu hebat jalanan Jakarta sejatinya paling cocok menggunakan motor matic yang TVS juga mengeluarkan produknya.
Ketika di puncak Gunung Purwakarta saya sebentar mencobanya. Bagus dan cocok untuk jalanan macet serta suara mesinnya cukup halus dibandingkan dengan motor-motor matic yang pernah saya kendarai.
Kembali lagi ke TVS RTR yang saya tunggangi. Setelah mengisi bahan bakar di pom bensin yang tidak jauh dari dealer, saya baru bisa merasakan betapa tangguh dan mantabnya motor ini. Sebagaimana yang saya ungkapkan sebelumnya, kejadian itu membuat saya tidak lagi memandang produk TVS sebelah mata.
Kalau boleh saya katakan memang TVS RTR 200 4V adalah yang paling beringas diantara motor sebelumnya. Responsbiltas gas yang cepat, handling yang mumpuni dan pijakan kaki yang bisa ditekuk. Hanya mungkin untuk yang berkaki panjang pijakan kaki masing kurang miring ke belakang agar identitas motor sport semakin sempurna.
Salah satu teknologi RTR yang terlihat di speedo meter adalah ada lampu merah yang menyala jika dalam kecepatan tinggi motor sudah saatnya ganti gigi, sehingga saat itu saya langsung melakukan akselerasi secepat mungkin agar kode lampu merah itu segera hilang. Ternyata tidak ngecap apa yang dikatakan Pak Harry dari pihak TVS yang mengatakan bahwa teknologi RTR 200 ini termasuk smart motor.
Irit Bahan Bakar
Dengan adanya teknologi itu membuat bahan bakar menjadi lebih irit. Terbukti dalam perjalanan Jakarta sampai Purwakarta saya lihat sepedo meter yang sudah full digital tersebut dalam kolom bahan bakar hanya berkurang satu strip saja.
Begitu juga dua motor lain yakni RTR 180 dan RTR 160 yang secara bergantian saya tunggangi, sampai kembali ke Jakarta hanya habis tiga strip saja dari enam strip bahan bakar penuh dalam tangki. Padahal dalam perjalanan kami tidak mengisi bahan bakar tambahan sama sekali, kecuali mereka yang belum mengisi di Jakarta. Sedangkan tiga motor RTR ini sudah mengisi bahan bakar di Jakarta.
“Ketika mebeli motor TVS, saya memang langsung tergelitik ingin menguji keiritan bahan bakarnya. Saya isi satu liter dan saya gunakan perjalanan keliling kota sampai naik turun gunung dan hasilnya membuat saya takjub yakni 78 kilometer baru habis bensin satu liter itu.” Kisahnya sambil geleng-geleng kepala.