[caption caption="Booth Kompasianival Surabaya dan Malang menjadi satu."][/caption]Di tengah kesibukan menyusun draft review tulisan saat di Jakarta, saya mendengar kabar bahwa ada bentrok antara Bonek dan Arema di Sragen yang menyebabkan meninggalnya dua supporter sepakbola dari Malang.
Entah apapun motifnya, bentrok antar supporter menunjukkan belum dewasanya penonton sepak bola di Indonesia. Jika kedewasaan itu ada, saya yakin kejadian memilukan dan memalukan itu tidak perlu terjadi.
Salah satu buktinya adalah antara para penulis Kompasiana dari Surabaya yang tergabung dalam Konek (Kompasianer Nekad) dan Bloger Kompasiner Malang (Bolang). Mereka bisa menyatu dan akrab dalam satu persaudaraan.
Di Ajang Kompasianival
Ketika ajang Kompasianival 12-13 Desember lalu di Jakarta, bahkan mereka menyatu dalam satu booth komunitas. Mereka saling bersinergi, saling membantu dan saling menguatkan. Tanpa ada kedewasaan dan luasnya cara berpikir maka hal itu akal sulit terjadi.
Ketika saya sebagai anggota Konek berkunjung silaturrahmi ke Malang, mereka memperlakukan dengan layanan baik layaknya memuliakan tamu. Begitu pula ketika mereka ke Surabaya, kami berusaha sekemampuan agar bisa memberikan pelayanan yang terbaik.
Saat diwawancarai KYB (Koplak Yo Band), reporternya bertanya kepada saya mengenai resep bersatunya Arek Suroboyo dan Arek Malang. Ya saya katakan, ketika dua kelompok yang awalnya berbeda tempat namun punya kedewasaan dan sama-sama ingin berkarya maka semua akan menjadi satu dengan mudah.
[caption caption="Foto bersama anggota Konek dan Bolang sebelum pulang."]
Bahkan sehari setelah kejadian itu, terjadi ajang silaturrahmi antara Konek dan Bolang. Walaupun saya tidak jadi ikut karena ada rombongan tamu keluarga dari Tuban, namun ketika melihat foto-fotonya saat pertemuan itu sangat guyub.