Mohon tunggu...
Arif Khunaifi
Arif Khunaifi Mohon Tunggu... Administrasi - santri abadi

Manusia biasa dari bumi Indonesia .:. Ingin terus belajar agar bermanfaat bagi alam semesta... .:. IG & Twitter: @arifkhunaifi .:. Facebook: Arif Khunaifi .:.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Pengalaman Menjadi Pimpinan Bu Risma

28 Maret 2014   00:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:22 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_317411" align="aligncenter" width="576" caption="Bersama Bu Risma ziarah ke makam sahabat Hamzah. Dok.pribadi"][/caption]

Pada saat pengadaan umrah pesantren kami pertama kali pada bulan Juli 2005, saya sedikit kaget atas penunjukkan saya oleh Kiai menjadi pimpinan rombongan pada perjalanan ibadah ke tanah suci Makkah maupun Madinah. Hal itu disebabkan, saya belum pernah sama sekali menginjakkan kaki di bumi kelahiran dan pusara Nabi Muhammad saw tersebut.

Walaupun begitu saya berusaha belajar sekuat tenaga, salah satunya banyak bertanya kepada teman-teman yang sudah beberapa kali ke sana menjadi pimpinan rombongan. Inti yang saya dapatkan dari banyak bertanya itu adalah harus sabar menghadapi orang-orang yang tidak puas dengan kepimpinan kita, apalagi kejadian non teknis sering mendadak datang tanpa diperkirakan.

Nah, pada saat mengisi acara manasik umrah dan menjelang persiapan ke tanah suci, saya tahu ada salah seorang jamaah umrah bernama Tri Rismaharini dan suaminya Mas Joko. Waktu itu Bu Risma menjadi kepala Bapeko Surabaya sebelum menjadi Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan.

Seperti apa yang disampaikan oleh teman-teman, berbagai macam kejadian non teknis benar-benar terjadi di sana. Ada yang menganggap kurang profesional, mempermasalahkan hotel dan lain sebagainya. Sebagai pimpinan rombongan yang tidak berpengalaman, saya pun kena semprot dari beberapa jamaah yang nota benenya bisa melakukan apa saja karena ber-uang.

Namun hal itu tidak terjadi pada Bu Risma dan suaminya, dia terlihat sabar dan memaklumi melihat saya yang memang kurang berpengalaman. Apalagi status saya saat itu masih pelajar. Termasuk ketika melakukan perjalanan ke Makkah dari Madinah, dan kamera pocket beliau ketinggalan di hotel.

Ketika menyampaikan info itu disampaikan dengan tutur kata biasa saja, sehingga saya tenang sambil bisa berkoordinasi dengan pihak travel dan muthowwif dan hasilnya kamera itu ditemukan.

Saya dapat mengambil pelajaran dari hal ini, salah satunya untuk menjadi pemimpin yang baik seperti Bu Risma, seseorang  juga harus berusaha menjadi orang baik saat dipimpin oleh orang lain. Hidup tidak selamanya di atas, tetapi suatu saat juga di bawah.

Berkaca dari pengalaman itu pula, saya tahu bahwa Bu Risma lebih banyak melakukan ibadah daripada banyak protes. Dan itulah yang terjadi juga pada saat ini memimpin Surabaya, lebih fokus banyak bekerja daripada banyak bicara.

Itulah salah satu alasan Bu Risma ke mana-mana membawa HT (Handy Talkie) yang saya tahu, walaupun mendapat undangan berbicara di depan banyak orang -termasuk beberapa hari lalu di acara Kompasiana Surabaya-, namun dia tetap bisa bekerja dan berkoordinasi dengan jajarannya.

Salam Cinta Indonesia

[caption id="attachment_317412" align="aligncenter" width="737" caption="Bu Risma di depan Kompasianer Surabaya. img: facebook kompasiana.com"]

1395915909791106782
1395915909791106782
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun