Saya adalah orang yang sangat bersemangat dalam mengikuti suatu kegiatan terutama kegiatan luring. Seiring membaik nya kondisi pandemi, semua kegiatan perlahan-lahan pulih dan berjalan kembali secara luring. Saya memberanikan diri saya untuk mengikuti banyak kegiatan salah satunya adalah Kampus Mengajar batch 4. Saya mengurus semua dokumen-dokumen saya sendiri tanpa teman, saya tidak tahu bahwa ternyata teman se kelas saya juga mendaftar karena saya mengurus semua administrasi pendaftaran ke kampus sendiri. Awalnya saya kurang yakin dengan kemampuan saya karena saya tidak pernah punya pengalaman sama sekali dalam bidang mengajar di sekolah, tetapi saya tantang diri saya untuk mencoba kegiatan ini dan saya cukup kaget karena saya bisa di terima dari sekian banyak pendaftar. Sebelum memutuskan untuk mengambil kesempatan ini, para mahasiswa di kasih waktu untuk berfikir apakah kesempatan ini akan di ambil atau tidak, pada awalnya banyak ke khawatiran saya dalam program ini, saya khawatir akan tidak bisa berhubungan baik dengan siswa-siswa, takut tidak akrab dengan guru-guru dan sebagainya. Akhirnya saya memutuskan untuk mencari teman diskusi apakah program Kampus Mengajar ini akan saya terima atau tidak, dan pada akhirnya setelah mendapat banyak sudut pandang dari teman-teman saya memberanikan diri saya untuk mencoba hal baru, lagian benefit yang saya akan dapatkan juga sangat banyak lalu kenapa harus saya sia-siakan bukan?Â
Memasuki awal penugasan saya dan teman-teman awardee Kampus Mengajar 4 diberikan pembelakan selama dua minggu agar kita bisa melaksanakan penugasan ke sekolah dengan baik dan benar sesuai tujuan program ini yaitu meningkatkan kualitas literasi dan numerasi pendidikan Indonesia. Pembekalan yang di kasih oleh pemerintah cukup membuat saya kaget, menarik sekali hal-hal yang harus kita berikan ke sekolah dan peserta didik. Saya tambah bersemangat untuk melakukan penugasan ke sekolah karena ternyata menjadi tenaga pendidik tidak hanya soal belajar-mengajar saja, banyak hal yang bisa di lakukan oleh seorang tenaga pengajar selain mengajar. Mengatasi bullying adalah salah satu motivasi saya mengikuti kegiatan ini, karena menurut pengalaman saya sebagai korban bully, siswa-siswa yang terbully terkadang tidak sadar bahwa dirinya sedang di rundung dan menganggap itu hanyalan candaan dari teman nya saja. Tidak sedikit siswa yang menerima bully secara verbal maupun non-verbal, oleh karena itu program Kampus Mengajar saya ini semakin menarik untuk di ikuti. Saya dan teman-teman memutuskan untuk mensurvey lokasi sekolah dengan tujuan apakah sekolah penugasan ini jauh dari tempat tinggal sekarang apa tidak dan ternyata sekolah penugasan kami sudah tutup, salah satu masalah awal yang kita hadapi. Lalu kita hubungin dosen pembimbing kita dan dosen kita mengurus perpindahan sekolah sampai selesai. dapatlah sekolah yang tidak se jauh sekolah penugasan awal yang tadi tutup.Â
Setelah dua minggu pembekalan sampailah pada masa penerjunan ke lapangan bersama teman sejawat dan dosen pembimbing pada tanggal 1 agustus 2022. Saya cukup bersemangat bertemu teman-teman baru dari berbagai kampus di Malang dan bertemu siswa-siswa serta para guru. Tidak dipungkiri jalan menuju sekolah kami cukup jauh karena sekolah kami berada di kaki gunung Arjuna, jalan yang menanjak di pagi hari di sertai kabut yang tebal membuat kami harus melakukan pembiasaan terhadap kondisi lingkungan sekitar sekolah. Pada awal penugasan semua berjalan lancar, kita mulai perlahan membiasakan diri dengan guru-guru maupun siswa-siswa, kita banyak merancang kegiatan dan program kerja apa aja yang bakal kita terapkan di sekolah selama masa penugasan berlangsung. Perancaangan program kerja ini turut mengikut sertakan beberapa pihak seperti guru pamong(guru pendamping di sekolah) dan juga dosen pembimbing. Ide-ide program kerja tidak langsung muncul begitu saja dalam satu hari, perancaan program ini kita susun secara bertahap dan menyesuaikan dengan kebutuhan sekolah. Sebaiknya memang program kerja yang di buat itu menyesuaikan dengan kebutuhan sekolah karena tidak semua sekolah mempunyai kebutuhan yang sama di sekolah nya.Â
Sekolah penugasan saya sebenarnya di SMP, hanya di SMP, tetapi berhubung sekolah satu atap akhirnya mengharuskan kami juga berkolaborasi dan bekerja sama dengan guru-guru dan siwa-siwa sd. Diluar dari kegiatan belajar mengajar dan aktivitas SMP, guru-guru juga selalu melibatkan kita di segala macam kegiatan SD, ada hal baiknya ada hal buruk nya. Hal baiknya adalah jadi tidak adaknya gap atau jarak antara mahasiswa dan guru SD dan kami sebagai mahasiswa juga mendapatkan banyak sekali ilmu dari guru-guru tetapi di sisi lain hal buruk nya adalah banyak program kerja kami yang fokus di SMP menjadi terabaikan dan tidak terealisasikan dengan baik karena guru-guru sd sedikit banyak  secara tidak langsung memaksa kami untuk membantunya. Pada akhirnya semua program utama kami berjalan dengan baik dan terealisasikan dengan baik juga. Banyak sekali pelajaran yang bener bener bisa saya dapatkan dan manfaatkan dari mengikuti kegiatan program Kampus Mengajar ini, saya jadi tahu bagaimana kondisi mengajar secara langsung di lapangan dan berhadapan dengan siswa. Selain hal yang terkait akademik saya juga banyak belajar mengenai tradisi daerah dan bahasa lokal, juga bagaimana cara bersosialisasi dengan baik dan benar di masyarakat, karena ternyata ada perbedaan yang sangat jauh mengenai bagaimana orang lokal di daerah penugasan saya bersosialisasi dengan orang yang tinggal di perkotaan yang saya tempati selama ini.Â
Mahasiswa bisa belajar banyak melalui Program Kampus Mengajar ini, salah satu manfaat program ini pemerintah juga menyediakan bantuan hidup berupa uang per bulan untuk membantu akomodasi mahasiswa selama masa penugasan. Tidak cuma itu, mahasiswa juga akan mendapat bantuan potongan uang kuliah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H