Memahami Sejarah dan Ideologi PKS serta Gerakan Islam dari Timur Tengah dari Buku M Imdadun Rahmat
Kamu anggota ROHIS atau LDK? Tahu tidak sih organisasi tersebut merupakan cikal bakal berdirinya Partai Politik PKS? Mungkin kamu sudah mengetahuinya, PKS merupakan kepanjangan dari Masyumi namun lebih menganut ideologi Ikhwanul Muslimin dari Mesir. Ikhwanul Muslimin (IM) yang baru-baru ini dikategorikan sebagai organisasi terlarang atau neo-khawarij oleh darul ifta Mesir.
Sebelum menelaah masuk ke dalam tema-tema buku ini, alangkah baiknya mengenal penulisnya terlebih dahulu. Dr. M. Imdadun Rahmat, M.Si merupakan pria kelahiran Rembang tahun 1971. Ia merupakan Ketua Komnas HAM periode 2016-2017. Lahir dan tumbuh dari keluarga pesantren, beliau menghabiskan masa studi awalnya di Madrasah Muallimin-Muallimat Rembang dan Pesantren Jumput Pamotan Rembang.
Selanjutnya untuk mendapatkan gelar S1 dan S2 nya Ia kuliah dari Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Al-Aqidah, Jakarta. Kemudian studi pascsarjananya dari Universitas Indonesia jurusal Politik dan Hubungan Internasional Timur Tengah FISIPOL. Selain pendidikan formal, beliau juga sempat mengikuti pendidikan non-formal seperti pesantren dan pendidikan lainnya. Dalam karirnya, beliau pernah menjabat sebagai Wakil Sekjen PBNU periode 2010-2015 dan aktif dalam Komnas HAM sampai jadi ketua pada tahun 2016 lalu.
Dalam buku ini, kamu akan diajak berkelana mengenai seluk beluk PKS di Indonesia yang dimulai dari usro dan Tarbiyah, ideologi yang dianut PKS mulai dari tokoh Sayyid Quthb, Hasan al-Banna dan Yusuf Qaradhawi, Islam Kaffah PKS, dan manhaj PKS dalam memperjuangkan penerapan syariat Islam di Indonesia. Oleh karenanya, Istilah-istilah yang sedang naik daun seperti revivalisme islam, Islamisme, Fundamentalisme dan Ekstrimisme akan dikenalkan juga oleh penulis secara ilmiah.
Sebagai partai politik yang disebut the rising star, PKS memiliki sejarah berdiri di Indonesia belum terlalu lama dibanding partai lainnya. Awal mulanya (era 1970-an -- 1980an), aktivis dari gerakan ini (dipengaruhi oleh M. Natsir) menyelenggarakan pengajian dalam diam (Usroh), karena tekanan pada masa Orde Baru (Orba). Setelah Orba bersimpati mendekati kelompok Islam, barulah aktivis-aktivis tersebut menunjukan dirinya dan menamainya Ikhwan dan gerakan Tarbiyah (Pendidikan).
Gerakan Tarbiyah ini memiliki lima elemen penting untuk tugas dan peran masing-masing di antaranya: Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) dengan tokohnya M. Natsir, elemen jaringan dakwah seperti LDK dan Rohis, alumnus perguruan tinggi Islam terutama dari Timur Tengah, aktivis ormas Islam, dai lulusan pesantren. Mereka bergerak dalam spektrum ideologi, manhaj dan pemikiran dari Ikhwanul Muslimin di Mesir.
Sejarah LDK sendiri diinisiasi dari DDII yang melatih kader atau instruktur univeristas di Indonesia, terutama universitas umum di PHI Kwitang. Aktivis jebolan PHI seperti Ahmad Sadili dll ini kemudian membuat program Lembaga Mujahid Dakwah (LMD) di Masjid Salman ITB yang diikuti oleh usroh-usroh dari kampus semisal UGM, Unpad, IKIP Bandung dll. Dari LMD ini lahir generasi ke dua PKS seperti Tifatul Sembiring dsb. Pada masa selanjutnya, tokoh DDII, jebolan PHI, koordinator wilayah dan para alumni LMD salman yang kembali ke kampus masing-masing berhasil menanamkan semangat keagamaan Islam di kampus mereka, terutama kampus umum saat itu. Kelak mereka akan menyebarkan LDK di kampus-kampus seluruh Indonesia, terutama kampus umum.
Tujuannya memberikan penanam dasar-dasar Islam serta lebih ditekankan ghirah atau semangat keislaman baik di mahasiswa ataupun siswa. Semangat untuk meningkatkan ghirah keislaman aktivis Tarbiyah ini dengan kegiatan seperti liqa, mabit, rihlah, khoymah, seminar dll sampai lahir generasi pertama PKS seperti Salim Al-Jufri, Helmi Aminuddin dsb, dan generasi kedua PKS seperti Hidayat Nur Wahid, Yusuf Harun dll. Selain dalam jaringan dakwah kampus, para aktivis tersebut mendirikan beberapa lembaga seperti Bimbingan Belajar "Nurul Fikri", Lembaga Dakwah "Khoirul Ummah", Lembaga Pendidikan Islam "Al-Hikmah", majalah "Sabili", Kelompok Nasyid, Penerbit seperti Pustaka Al-Kautsar, Gema Insani Press, As-Syamil dsb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H