Mohon tunggu...
Muhamad ArifJumansa
Muhamad ArifJumansa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Amatri writer

writer

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Generasi Muda Indonesia Tolak Intoleransi dan Radikalisme demi Kesatuan dan Keutuhan Bangsa

2 November 2021   15:57 Diperbarui: 2 November 2021   16:45 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : batamraya.com

Dimasa modern ini batas dan waktu bukanlah jadi penghalang bagi orang-orang untuk saling  berkomunikasi dan bertatap muka satu sama lain. Batas negara bukan lagi penghalang bagi orang-orang di seluruh dunia untuk saling berteman,  berkomunikasi, bertukar ilmu pengetahuan, sampai dengan bertukar budaya. 

Hal ini membawa pengaruh positif yaitu ilmu pengetahuan semakin mudah untuk disalurkan dan informasi penting di belahan dunia yang lain dapat diketahui oleh orang di belahan bumi lainya, sehingga, mungkin saja hal baik tersebut menjadi inspirasi bagi orang lain untuk membuat sesuatu yang serupa atau mungkin lebih kreatif yang bisa diterapkan di negaranya, sehingga diharapkan adanya peningkatan SDM yang berdaya saing tinggi di suatu negara.

Namun, semua hal positif tersebut juga diiringi oleh dampak dan nilai negatif dari seluruh dunia yang masuk ke dalam suatu negara, salah satunya nilai Ideologi atau cara pandang dan pikir seseorang mengenai suatu hal. Ideologi berkaitan dengan idealisme atau prinsip seseorang, yaitu tentang bagaimana seseorang berpegang teguh pada nilai tertentu.

 selain itu menurut Kaelan ideologi juga menyatakan cita-cita seseorang, macam-macam ideologi di seluruh dunia contohnya adalah Komunisme dan Liberalisme, sedangkan di Indonesia menganut Ideologi Pancasila, yang merupakan gabungan dari ideologi Komunisme dan Liberalisme.

Karena ideologi membawa suatu nilai dalam praktiknya, contoh dari nilai ekstrem yang bisa saja masuk ke Indonesia adalah Intoleransi dan Radikalisme. Intoleransi adalah segala sikap, cara pikir, bahkan bisa jadi suatu aturan, yang bertentangan dengan nila-nilai toleransi, yaitu diperlihatkan dengan menolaknya perbedaan dan keragaman terhadap sesuatu, baik pendapat, budaya, bahkan agama, yang tentu saja hal ini sangat bertentangan dengan kondisi Indonesia yang majemuk.

 Jika seseorang sudah memiliki nilai intoleransi di dalam pikiran dan tindakannya, hal ini sudah sangat berbahaya karena berpotensi untuk memengaruhi orang lain dengan cara pandangnya yang kemudian menimbulkan perselisihan dan bahkan konflik antar masyarakat yang bermula dari sikap intoleransi ini, contohnya ketika melihat seseorang yang menggunakan atribut agama tertentu contohnya kalung salib ataupun sorban, orang dengan nilai intoleransi di dalam dirinya akan merasa antipati dan menganggap bahwa hal tersebut salah dan patut dijauhi.

Bermula dari nilai-nilai intoleransi tersebut kemudian memunculkan nilai yang lebih ekstrem lagi yaitu Radikalisme. Seseorang yang telah sampai pada titik ini akan berpikir liar, keras, dan fanatik terhadap sesuatu, sehingga ia tidak akan berpikir dua kali ketika ada sesuatu yang ia rasa bertentangan dengan nilai dalam dirinya, maka kewajibannya untuk membasmi dan mengubah hal tersebut menjadi seperti yang ia anggap benar. Radikalisme dapat di definisikan sebagai gagasan atau nilai yang muncul untuk mengubah keadaan sosial suatu wilayah dengan cara-cara yang keras, pemaksaan, dan menyebarkan ketakutan (teror).

Pada masa kini Intoleransi dan Radikalisme mulai mencoba untuk memengaruhi dan menyasar generasi muda Indonesia, menurut BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme), pada tahun 2020 sampai 2021, sebanyak 47,3% pelaku terorisme merupakan kalangan muda, berkisar pada usia 20-30 tahun. Dari angka tersebut bisa dilihat bahwa paham radikalisme mulai berkembang pada generasi muda, hal ini tentunya sangat berbahaya karena generasi muda merupakan penerus kemerdekaan bangsa Indonesia bisa saja menjadi pemecah belah kesatuan dan persatuan dari kemajemukan bangsa Indonesia yang sudah ada berpuluh-puluh tahun.

Mengapa hal ini bisa terjadi..? pada dasarnya sebagian besar generasi muda bangsa Indonesia dimasa kini merupakan individu yang memiliki nilai toleransi yang tinggi, namun radikalisme terus berkembang dan bertambah besar karena adanya fenomena Silent Majority pada generasi muda, yaitu bungkamnya kelompok dengan paham mayoritas dalam menentang paham minoritas yang mungkin berbahaya, hal ini mungkin disebabkan karena sikap individualis dan apatis generasi muda kebanyakan. 

Hal ini seharusnya tidak boleh terjadi, generasi muda haruslah aktif, reaktif, dan bersuara lantang dalam menolak nilai Intoleransi dan Radikalisme, karena sebagai penerus kemerdekaan bangsa Indonesia sekaligus agen perubahan bangsa, generasi muda haruslah mempertahankan kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia yang majemuk, serta generasi muda juga dituntut untuk tidak melupakan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila yang menolak nilai individualisme dan radikalisme. Jika kejadian Silent majority ini terus terjadi maka dapat ditebak sebesar apa paham radikalisme di masa depan yang mengancam kesatuan dan keutuhan bangsa Indonesia.

Maka mulai dari sekarang patutlah generasi muda vokal dalam menolak segala paham dan perbuatan radikalisme di masyarakat, sebagai wujud partisipasinya dalam menjaga persatuan, keutuhan, dan demi Indonesia yang maju dan sejahtera. Karena pada dasarnya perbedaan tersebut merupakan kekayaan dan keindahan yang dimilik bangsa Indonesia.

Tujuan Penulisan artikel     : Memenuhi Tugas mata kuliah Praktik bela Negara .

Dosen Pengampu  : FENDY ARIFIANTO, M.Si.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun