Kehidupan sering kali menghadirkan ironi yang pedih, keinginan untuk menerima bantuan dibarengi dengan keengganan untuk memberikan bantuan yang sama kepada orang lain. Ikhlas sebuah koneksi batin kepada Allah S.WT tanpa harus diucapkan kepada penerima, namun manusia kadang kurang menyadari akan makna Ikhlas sebagai sebuah pengertian yang semestinya dimengerti sebagai upaya untuk saling membutuhkan bantuan satu sama lainnya. Disaat kau kekurangan, kau mengharapkan bantuan, namun disaat kau berkelebihan, kesadaranmu untuk membantu hilang tertelan bumi, di mana letak pengertian itu. Â Paradoks ini, yang biasa terjadi dan membingungkan, menggarisbawahi keterputusan mendasar dalam interaksi manusia. Kita dengan mudah menerima bantuan, menyadari kerentanan dan keterbatasan kita sendiri, namun kita sering ragu-ragu untuk menawarkan bantuan, mungkin karena dibutakan oleh keinginan untuk mempertahankan diri atau karena tidak peduli dengan perjuangan orang-orang di sekitar kita. Kontradiksi yang melekat ini menimbulkan pertanyaan tentang empati, timbal balik, dan sifat dasar dari komunitas.
Ironisnya, hal ini menunjukkan adanya potensi kelemahan dalam tatanan sosial kita. Meskipun saling ketergantungan adalah landasan kemajuan manusia, ketidakseimbangan yang diciptakan oleh mentalitas "jalan satu arah" ini dapat mengikis ikatan yang menyatukan kita. Seperti halnya tanaman yang membutuhkan sinar matahari dan air untuk tumbuh subur, masyarakat yang sehat juga bergantung pada aliran timbal balik antara memberi dan menerima. Ketika kita memprioritaskan kebutuhan kita sendiri di atas kebutuhan orang lain, kita mengganggu keseimbangan yang rapuh ini, yang pada akhirnya menghambat pertumbuhan kolektif kita dan mengurangi sistem pendukung yang sangat kita andalkan.
Jika engkau engkau memerlukan bantuan dari seseorang, tidak perlu berteriak keras dalam alam dunia, berbisiklah selalu ke Bumi, agar terdengar keras di atas langit, melalui itu, hati manusia digerakkan untuk menghampirimu dalam ruang kebutuhannya. Melahirkan kesadaran untuk membantu ada satu indikator kita sebagai khalifah Allah yang penuh dengan pengertian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H