Setiap tanggal cantik, hari libur, atau hari raya seringkali banyak situs belanja daring maupun nondaring memberikan promo mulai dari diskon, free ongkir hingga cash-back besar-besaran, untuk bermacam kebutuhan primer, sekunder bahkan tersier. Iming-iming tersebut tak jarang menggoda para konsumen untuk membelinya.
Mereka yang sudah kalap akan berhasrat untuk membelinya walaupun bisa jadi saat barang sudah dalam genggaman, akan timbul rasa penyesalan.
Misalnya, karena menyadari bahwa kualitas barang yang tidak sesuai ekspektasi atau karena barang tersebut bukan kategori kebutuhan mendesak untuk dibeli saat ini. Tabiat itu tak dapat dipungkiri di era konsumtif saat ini.
Kondisi ini menjadi kekuatan sekaligus tantangan bagi perekonomian Indonesia. Menjadi kekuatan karena konsumsi rumah tangga merupakan motor penggerak perekonomian yang mencatatkan kontribusi lebih dari separuh Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Selain itu, sektor konsumsi rumah tangga juga dapat dijadikan tumpuan mengingat semakin membaiknya kondisi ekonomi dan optimisme para konsumen di Indonesia.
Digambarkan dengan Indeks Tendensi Konsumen (ITK), BPS memberikan potret bahwa kondisi ekonomi dan optimisme para konsumen terhadap produk barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian semakin membaik.
Pada triwulan IV-2018 nilai ITK sebesar 110,54 yang artinya secara umum konsumen di Indonesia merasakan perbaikan kondisi ekonomi.
Meningkatnya ITK ini didasari oleh meningkatnya pendapatan rumah tangga, meningkatnya volume konsumsi dan tidak berpengaruhnya inflasi terhadap konsumsi rumah tangga. Semakin baik kondisi ekonomi dan optimisme konsumen maka akan semakin mendorong pola konsumtif.
Indonesia adalah Pasar Potensial
Populasi yang besar dengan kondisi ekonomi dan optimisme konsumen yang sangat baik menjadi alasan kuat negeri ini sebagai sasaran pasar yang potensial.