dari balik kaca mobil itu, ia sedang memikirkan esok
tentang nasib diri bukan kemiskinan yang dibuat dalam coretan
laptop ketika rapat bersama wajah-wajah kesia-siaan
nasib diri menjadi siapa, ia hanya turut mengikuti
menjelma malaikat dalam lima tahun sekali
penolong yang saban waktu datangÂ
hanya untuk beberapa waktu, terkenang
ia menjemput seorang diri, ia tertatih
dengan jepretan gawai dan memasuki lorongÂ
cinta palsu, ia sedang menggorengÂ
setiap kata di meja-meja
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!