Seseorang berkisah, "kelak aku yang menjadi kamu, aku menjadi lelaki gagah, aku menjadi perempuan cantik, dan aku menjadi kamu, adalah seseorang yang tidak pernah lupa pada doa dan duka."
Seseorang berkisah lagi, setelah menutup jendela, sore sudah menutup mata. Jelang layar kaca dikerumuni iklan dan cinta.Â
"Biarkanlah aku menjadi kamu. Aku menjadi kamera, aku menjadi pewarta, aku menjadi politikus,"
Sejatinya politik adalah ruang masakan yang penuh aroma. "Tengok sini," ajakmu kepada dia yang sedang menunggumu di layar kaca.Â
"Di balik semua ini hanya kata-kata, sisanya cuma cerita kemarin. Besok hanya kesia-siaan."
Dari semua impian, ia hanya ingin tahu siapa penembak misterius itu.Â
Kini, ia masih menunggu di layar kaca bersama sepi dan cerutu yang hampir mati. (*)Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H