Bahasa nasional kita kan bahasa indonesia, tapi apa kita-kita tau asal mulanyabahasa indonesia itu dari mana? pertanyaanya sederhana tapi gak banyak yang tau kan..
Yaudah mari kita cari tauuuuu...
Kalau kita berbicara tentang bahasa indonesia, dengan membatasi pada wilayah yang sekarang bernama Republik Indonesia, yang dirujuk tidak terbatas pada bahasa indonesia setelah pengangkatannya menjadi bahasa persatuan pada tahun 1928, tetapi secara historis berhubungan dengan apa yang masih disebut bahasa melayu yang merupakan asalnya.
Bahasa indonesia itu Sepertinya terlalu sederhana apabila kita menyimpulkan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu tanpa mengetahui historisnya. Perlu diingat bahwa bahasa Melayu merupakan salah satu dialek yang tersebar di Nusantara yang dipakai sejak jaman dulu, tetapi karena Melayu sudah merupakan lingua franca atau juga disebut Melayu Pasar, maka pemakaiannya lebih menonjol apabila dibandingkan dengan dialek-dialek melayu lain.
Fakta Historis
Untuk lebih mengetahui perkembangan serta asal-usul bahasa Indonesia sejak awalnya, maka kita perlu mengetahui beberapa fakta historis seperti di bawah ini, diantaranya.
1. Bahasa Melayu Sebelum Masa Kolonial
Sesuai dengan bukti-bukti tertulis mengenai bahasa Melayu, namun dapat dipastikan bahwa bahasa Melayu sudah dipakai sejak jaman kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7.
Adapun berbagai batu tertulis (prasasti) yang ditemukan seperti berikut.
a) Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683 M.
b) Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684 M.
c) Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 684 M
d) Prasasti Karang Brahi antara Jambi dan Sungai Musi, tahun 688 M.
Semua prasasti di atas beraksara Pallawa dan bahasanya bahasa Melayu Kuno yang memberi petunjuk bahwa bahasa Melayu dalam bentuk bahasa Melayu Kuno sudah dipakai sebagai alat komunikasi pada zaman Sriwijaya.
Dan pada saat itu Bahasa Melayu telah berfungsi sebagai:
1) Bahasa Kebudayaan, yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan hidup dan sastra.
2) Bahasa Perhubungan (Lingua Franca) antar suku di Indonesia.
3) Bahasa Perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun yang berasal dari luar Indonesia.
4) Bahasa resmi kerajaan.
2. Bahasa Melayu Pada Masa Kolonial
Ketika orang-orang Barat sampai ke Indonesia abad XVI mereka menemukan suatu kenyataan bahwa bahasa Melayu merupakan bahasa yang dipakai dalam kehidupan yang luas bangsa Nusantara. Hal ini dapat dibuktikan dari beberapa kenyataan, misalnya seorang Portugis bernama Pigefetta, setelah mengunjungi Tidore, menyusun semacam daftar kata bahasa Melayu pada tahun 1522. Jan Huvgenvan Linschoten, menulis buku yang berjudul “Itinerarium ofte schipvaert Naer Oost Portugels Indiens.” Dikatakan bahwa bahasa Melayu itu bukan saja sangat harum namanya, tetapi juga merupakan bahasa negeri Timur yang dihormati. Baik bangsa Portugis maupun bangsa Belanda yang datang ke Nusantara mendirikan sekolah-sekolah. Mereka terbentur dalam soal bahasa pengantar.
Kegagalan dalam mempergunakan atau menyebarkan bahasa-bahasa barat itu, memuncak dengan keluarnya keputusan pemerintah colonial, KB 1871 No. 104, yang menyatakan bahwa pengajaran di sekolah-sekolah bumi putera diberikan dalam bahasa daerah atau bahasa Melayu.
Perlu kita ketahui pula, bahwa pada waktu itu bahasa Melayu terbagi menjadi tiga golongan, yaitu:
a) Melayu tinggi, yaitu bahasa Melayu sebagaimana dipakai dalam kitab sejarah Melayu.
b) Melayu rendah, yaitu bahasa Melayu pasar atau pula bahasa Melayu campuran.
c) Melayu daerah, yaitu bahasa Melayu yang dipengaruhi oleh dialek-dialek tertentu.
3. Bahasa Melayu pada Masa Pergerakan Kemerdekaan
Tokoh pergerakan mencari bahasa yang dapat dipahami dan dapat dipakai oleh segenap lapisan suku bangsa yang ada. Pada mulanya memang sulit menentukan bahasa mana yang dapat dipakai itu.
Pemikiran terwujudnya bahasa persatuan, sebenarnya tumbuh sejak kesadaran kebangsaan, lebih memuncak lagi setelah Dewan Rakyat pada tahun 1918 berpikir tentang bahasa persatuan yang sangat diperlukan.
Dari hasil pemikiran para tokoh pergerakan dan Dewan Rakyat, akhirnya dipilih bahasa Melayu dengan pertimbangan bahwa bahasa telah dipakai hampir sebagian rakyat Indonesia pada waktu itu.
Tokoh pergerakan yang senantiasa memperkenalkan bahasa Melayu kepada seluruh rakyat dengan pertimbangan bahasa Melayu telah mempunyai ejaan resmi yang ditulis dalam Kitab Logat Melayu yang disusun oleh Ch. A. Van Ophuysen.
Sejarah telah mencatat bahwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 adalah titik kulminasi bagi penentuan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, karena pada waktu itu pertama kali kita mengikrarkan sumpah yang berbunyi:
a) Kami putra-putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu yaitu Tanah Air Indonesia.
b) Kami putra-putri Indonesia mengaku berbangsa satu yaitu bangsa Indonesia.
c) Kami putra-putri Indonesia mengaku menjunjung persatuan yaitu bahasa Indonesia.
4. Dari bahasa melayu ke bahasa indonesia
Ketika mempersiapkan konggres pemuda pada 1926, panitia sepakat tentang garis besar rumusan sumpah pemuda. Sampai saat-saat terakhir mereka masih memperdebatkan apakah akan menyebut bahasa persatuan bangsa indonesia itu bahasa melayu. Tampaknya Moh. Yamin mempunyai pemikiran demikian, sedangkan M. Tabrani mengusulkan supaya bahasa persatuan itu di sebut bahasa indonesia. Usul itulah yang disetujui bersama pada tanggal 2 mei 1926 walaupun diterima M. Yamin dengan berat hati. Dari proses yang kemudian menghasilkan keputusan konggres pemuda tanggal 30 april sampai 2 mei 1926, kemudian di kukuhkan di konggres pemuda kedua tanggal 27 smapai 28 oktober 1928berupa sumpah pemuda, jelas bagi kita bahwa bahasa persatuan itu bahasa melayu yang kemudian diberi nama baru bahasa indonesia.
Sebagai catatan : nama “bahasa indonesia” harus dibedakan dari nama “indonesia”. Nama “INDONESIA” oleh seorang dokter inggris bernama George Windsor Earl pada 1850 yang dieja sebagai “indunesian” yang kemudian oleh J.R. Logan di ubah menjadi “indonesian”. Sedangkan nama “bahasa indonesia” di ciptakan oleh M. Tabrani.
Putusan pemuda-pemuda konggres
Kerapatan pemuda-pemuda Indonesia diadakan oleh perkumpulan-perkumpulan pemuda Indonesia yang berdasarkan kebangsaan dengan nama jong java, jong soematra, pemoeda indonesia sekar roekoen, jong islamieten bond, jong bataks bond, jong celebes, pemoeda kaoem betawi, dan perhimpoenan pelajar-pelajar indonesia, memboeka rapat pada tanggal 27 dan 28 Oktober 1928 di negeri djakarta sesoedahnja mendengar pidato-pidato pembitjaraan jang diadakan di dalam kerapatan tadi.
Sesoedahnja menimbang segala isi-isi pidato-pidato dan pembitjaraan ini, kerapaytan laloe mengambil kepoetoesan :
Pertama : kami poetra dan poetri indonesia mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah indonesia.
Kedoea: kami poetra dan poetri indonesia mengakoe berbangsa jang satoe , bangsa indonesia.
Ketiga: kami poetra dan poetri indonsia mendjoenjoeng bahasa persatoean , bahasa indonesia.
sumber : dari berbagai sumber
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H