Melaju dengan kecepatan sedang. Sebuah kapal pesiar membelah Selat Bosphorus, Turki ( Senin, 11/2/2019). Angin sepoi-sepoi menyertai dari kanan dan kiri. Mengikuti kemana arahnya ombak. Seolah-olah mengerti sedang diajak pergi.
Kapal Yacht ini berukuran sedang. Disewa untuk menyertai wisata "Sahabat Manaya Explore Turkey". Pesertanya sebelas orang. Penyelenggaranya PT Manaya Indonesia Tour & Travel, Sidoarjo.
Selat Bosphorus. Sebuah selat yang memisahkan Turki bagian Eropa dan bagian Asia. Menghubungkan antara Laut Marmara dengan Laut Hitam. Kota Istanbul terlihat dari kejauhan. Lalu lintas kendaraan ramai. Menandakan kalau di tepian selat penduduknya padat.
Dua jembatan kokoh melintasi Selat Bosphorus. Pertama Jembatan Bosphorus. Memiliki panjang 1074 meter. Kedua, jembatan Sultan Mehmet, panjangnya 1000-an meter. Posisinya 5 km sebelah utara jembatan pertama.
Masih separo perjalanan. Pelayan kapal pesiar naik ke anjungan. Dia menenteng gelas. Berisi minuman teh. Peserta wisata, sebagian besar tidak menolak. Gelas tempat minum teh terbilang unik. Bentuknya bergelombang. Tidak lurus sebagaimana gelas teh di Indonesia.
Hari-hari berikutnya, selama berada di Turki. Menjumpai takdir Tuhan. Ya, itu minuman teh. Selain model gelas sama. Seduhan air teh juga senada. Umumnya berwarna terang. Merah delima.
Di hotel. Di cafe. Di restoran. Teh menjadi sajian utama. Kopi dan jenis minuman lain juga tersedia. Kopi hampir bersaing dengan teh. Hanya beda pada cara penyajian. Menikmati teh Turki setidaknya dapat tiga hal: Tradisi, atraksi dan inovasi.
Atraksi
Sebelum berhenti di sebuah rest area, pemandu wisata bilang: "Tempat kita berhenti, ada teh panas. Disantap dengan Yoghurt dibalut madu dan rempah-rempah". Saya melongo. Sensasi banget.
Sudah sering baca apa itu 'Kas-Kas'. Tapi baru sekarang menikmati. Di India menjadi adonan kuliner. Di Aceh juga salah satu bahan membuat kuah kari. Saya dan istri mencoba. Demikian pula Mukharam Khadafi, Dirut Manaya Indonesia. Dia lebih tahu, karena sering membawa rombongan ke Turki.