Hari Raya Idul Adha atau lazim juga disebut sebagai Idul Qurban pada hakekatnya mengandung sejarah dan hikmah yang mendalam. Rentetan peristiwanya tidak lepas dari kisah nabi Ibrahim dan putranya, Ismail As. Nabi Ibrahim digambarkan sebagai pribadi yang berani menegakkan kebenaran. Nabi Ibrahim adalah sosok penyabar, cerdas, santun, dan penuh kasih sayang.
Cerita Nabi Ibrahim banyak diceritakan di dalam Alquran. Salah satunya kisah abadi yang setiap tahun diperingati oleh umat Islam, yakni penyembelihan hewan kurban dan ibadah haji di Tanah Suci.Â
Maman Rosdiawan Lc, khotib Sholat Ied di halaman Masjid Al Muslimun, Rabu (22/8/2018) menyampaikan pesan: Hikmah yang patut direnungkan pada ibadah kurban adalah menempatkan Allah di atas segala-galanya. Allah sebagai satu-satunya yang berhak diibadahi. Mengesampingkan kemanusiaan dan kesenangan duniawi merupakan inti dari ajaran Tauhid.
Islam bukan anti terhadap kehidupan dunia, tidak pula melarang orang mempunyai harta serta bentuk kesenangan lainnya. Namun demikian, ajaran Islam menempatkan semuanya sebatas sarana untuk memperkokoh konstruksi Tauhid setiap pribadi Muslim.
Ibadah Kurban dengan simbol penyembelihan hewan merupakan ketentuan syariat bagi kaum muslim. Penyembelihan hewan kurban dapat dipahami sebagai upaya menghilangkan sifat buruk dalam diri manusia, seperti serakah, egois, suka memakan harta milik orang lain, dan mengumbar hawa nafsu.Â
Sifat buruk itu sering kita dapati melekat pada sifat hewan. Sifat-sifat tersebut harus dihilangkan sehingga tidak lagi bercokol dalam diri seorang muslim. Diharapkan pasca kurban, kaum muslimin dapat mewujudkan kemuliaan Islam karena sifat buruk hewani telah sirna dari dalam diri seorang muslim.
Kurban juga dapat dimaknai sebagai ungkapan cinta kasih dan simpatik kepada kaum yang secara ekonomis kurang mampu. Ibadah kurban tidak sama dengan upacara persembahan dalam agama lain. Hewan kurban tidak dibuang ke tempat pemujaan. Daging hewan kurban justru untuk dinikmati oleh pelaku ibadah kurban dan orang-orang miskin yang berada di sekitarnya.
Peduli kepada sesama esensinya adalah mengkokohkan kontruksi sosial dan spiritual dalam rangka merajut tembok ukhuwah, untuk mencapai kebahagiaan. Sebuah kebahagiaan yang lahir dari hati suci, jiwa sosial yang hangat dan pengorbanan penuh keikhlasan semata-mata mengharap ridho Allah.
Tertib dan rapi
Pada tahun 2018 Pengurus Yayasan Masjid Al Muslimun Rungkut Barata Surabaya berhasil menghimpun hewan kurban sebanyak 21 ekor sapi. Satu ekor sapi dipikul atau patungan sebanyak 7 orang. Â Tahun ini panitia menerima sebanyak 50 ekor kambing.