Mohon tunggu...
Arifin BeHa
Arifin BeHa Mohon Tunggu... Penulis - Wartawan senior tinggal di Surabaya

Wartawan senior tinggal di Surabaya. Dan penulis buku.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Catatan Perjalanan (1), Selalu Ada Kejutan menuju Palestina

12 Maret 2018   23:56 Diperbarui: 13 Maret 2018   05:40 2805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berangkat dan pulang menuju Palestina --dari wilayah Mesir, pengamanan terasa sangat ketat. Jalanan lebar, mulus dan menyerupai jalan tol. Belum sempat nyenyak tidur sebentar-sebentar bis harus berhenti, atau setidaknya jalan pelan-pelan. Barikade kawat berduri disertai pasukan bersenjata di kanan-kiri. 

Jika pada waktu berangkat dari Taba kami melakukan perjalanan pagi hari menghabiskan waktu 12 jam lamanya disertai berhenti di beberapa tempat makam para nabi. Pulangnya dari Palestina langsung menuju Mesir memakan waktu hampir 16 jam. Perjalanan balik dilakukan melalui rute sedikit berputar karena berjalan pada malam hari. 

Selama berada di Mesir dan Palestina Manaya Indonesia bekerjasama dengan travel MISR milik BUMN Mesir sehingga relatif aman. Petugas pengamanan travel cukup melambaikan tangan dari dalam bis ketika berada di cek poin. 

Sekali tempo mereka turun dari bis jika ada sesuatu yang dinilai kurang layak. Dari Kairo sampai perbatasan Taba yang berjarak 500 kilometer tercatat ada 19 cek poin.

Begitulah, selama tiga hari dua malam berada di bumi Palestina terasa melelahkan namun juga sekaligus menyenangkan! Menginjak hari kedua, di tengah perjalanan sekembalinya dari Hebron tiba-tiba bis disetop petugas keamanan. Setelah berhenti dua tentara bersenjata, satu pria dan satu lagi perempuan masuk ke dalam bis memeriksa rombongan kami.

Tentara pria berjalan pelan menuju ke belakang, sedangkan yang perempuan bersiaga di samping pengemudi bis. Persis berada di damping saya, moncong senjata laras panjang milik tentara pria menyenggol pundak kiri. Dia berbalik arah, lalu menepuk pundak kiri saya sambil berkata, "Sorry, well okay."

Sungguh mati, tadi pas menyentuh pundak saya sama sekali tak pernah berharap senjatanya bakal meletus. Alhamdulillah.

Selalu ada kejutan menuju Palestina. Dengan kalimat lain, meminjam istilah Mukharam Khadafi, owner Manaya Indonesia: "Segala sesuatu bisa saja terjadi".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun