Mohon tunggu...
Arifin BeHa
Arifin BeHa Mohon Tunggu... Penulis - Wartawan senior tinggal di Surabaya

Wartawan senior tinggal di Surabaya. Dan penulis buku.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Lewat Pikiran Menembus Angan

17 September 2017   07:06 Diperbarui: 17 September 2017   08:41 1299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

D. Zawawi Imron, budayawan berjuluk Si Cerulit Emas Sabtu pagi (16/9/2017) berada di Stasiun Gambir, Jakarta. Ia tidak merasa cemas meskipun KA Argro Bromo Anggrek Pagi yang akan membawanya ke tujuan akhir Stasiun Pasarturi Surabaya terlambat masuk, hampir satu jam lamanya.

"Saya yakin kereta akan datang. Persoalannya adalah terlambat saja" ujar Zawawi saat menelepon saya sekira pukul 10.15 WIB. Suaranya tetap jernih, terlebih logat bahasa Madura-nya masih kental. Dia paling senang menggunakan frasa "saya yakin" dan "persoalannya adalah."

Dalam rentang satu bulan  -Agustus dan September 2017, setidaknya sudah tiga kali Zawawi pergi-pulang menggunakan jasa kereta api eksekutif ini. Di usia 72 tahun, Zawawi jika bepergian selalu ditemani oleh cucu keponakan atau anak asuhnya secara bergantian.

Saat memasuki stasiun Gambir, Zawawi bercerita kepada cucu keponakannya, bahwa dirinya punya santri seorang guru MAN di Sulawesi yang ahli bidang kurikulum. Tahun 2014 santri ini dipindah ke Jakarta menjadi seorang penatar kurikulum. Karirnya terus menanjak, bahkan saat ini menduduki salah satu Kasubdit (eselon 3) di Kementerian Agama RI.

Masih melaui telepon Zawawi cerita kepada saya, pembicaraan dengan cucunya baru berjalan satu menit, tiba-tiba ada seseorang datang dan menyalami Zawawi. Ternyata dia adalah DR Basnang Said, orang yang sedang dibicarakan. Sesuatu yang terjadi tidak jauh beda dengan yang ada dalam pikiran dan perasaan Zawawi.

"Subhanallah. Orang yang saya bicarakan dengan cucu tadi hendak tugas ke Purwokerto. Ini kekuatan pikiran bawah sadar." tutur penyair yang beken dengan puisi berjudul "Ibu" ini sangat antusias. Perjumpaan tanpa sengaja dengan santrinya -Basnang Said itu sengaja disampaikan melalui telepon, bukan tanpa alasan. Justru dia merespon pesan tertulis yang saya sampaikan sehari sebelumnya.

Hari Jumat pagi (15/9/2017) saya memang menulis pesan berantai secara terbatas, isinya sebagai berikut:

"Jika visi dan tujuan kita sebagai muslim di jalan cinta pejuang ini jelas, seluruh alam semesta yang bertasbih memuji Allah pasti akan membantu kita. Tapi jika tujuan kita kabur, maka yg diminta membantu pun jadi bingung. Bahkan yg sangat ingin membantu pun tak tahu; apa yg bisa dibantu, kapan harus membantu, dan bagaimana caranya membantu.

Contoh, "Besok, saya mau bangun pagi-pagi!" Pagi-pagi itu jam berapa? Maksudnya tidak jelas. Coba umumkan ingin bangun jam 03.30 WIB, maka weker akan disetel jam segitu. Se-isi rumah akan membangunkan jika tiba waktunya, sebab semuanya jelas.

Ucapkan, "Saya bangun jam 03.30!" beberapa kali menjelang tidur, insyaAllah Anda akan bangun tepat jam itu, meski tanpa weker. Jadi, bawah sadar kita pun bekerja jika semuanya spesifik dan jelas."

Ini sebuah risalah yang saya kutip dari buku karya Salim A. Fillah berjudul "Jalan Cinta Para Pejuang." Tulisan tersebut kemudian tersebar lewat WhatsApp dan aplikasi Catfiz mesenger.

Dukungan Semesta

Saya tidak sedang berceramah. Kapasitas sebagai pemberi dakwah tentu melekat pada para kiai, para alim dan ulama, para guru, serta para ustadz dan ustadzah. Posisi saya sekadar menyampaikan informasi. Sering saya mengutip pendapat para ahli, itupun dari mendengarkan wejangan. Paling banter sebatas mengutip sebuah buku.

Selain Zawawi Imron, masih banyak kawan mengalami hal serupa; ada kekuatan besar dibalik pikiran yang disadari atau tidak tembus menjadi kenyataan. Apa yang kita pikirkan, tentu bakal terjadi. Itulah pentingnya mengapa harus berfikir baik. Berpikir jernih. Berpikir optimis. Berpikir positif. Yang ada di hati Anda adalah sama dengan apa yang selalu Anda pikirkan.

Seperti dialami Zawawi Imron, saya pernah merasakan. Pada malam pergantian tahun 2014 menuju tahun 2015 saya melaksanakan umrah bersama istri. Setelah beberapa hari di Kota Madinah, tepat malam tahun baru adalah hari kami masuk kota Makah. Ketika keluar dari Masjidil Haram, setengah bercanda saya bilang kepada istri, "Di antara ribuan orang begini, mungkin nggak ya berjumpa dengan kawan?"

Anda tentu menebak, saya berjumpa orang yang saya kenal? Ya, benar! Hanya berjarak lima meter di depan, terdapat sosok yang cukup saya kenali. "Ustadz Azis!" tanpa sadar saya berteriak. Dia melihat sejenak. Setelah berucap lafal Subhanallah, dia ikutan larut sambil memeluk tubuh saya. Lewat pikiran, tembuslah angan-angan itu...

Ustadz H. Abdul Aziz, SE saya kenal sebagai dai sejak masih muda. Pada saat merintis usaha dia kerap belajar di percetakan milik suratkabar dimana saya bekerja. Dalam perjalanan waktu, dia punya usaha percetakan besar. Menjadi trainer Sholat Khusyu', penulis buku "Berhaji kepada Allah" sekaligus pembimbing haji dan umrah. Dia membina komunitas pelatihan manasik dengan jaringan cukup luas.

Setiap kami berjumpa, setiap saat itu pula saling melempar harapan, "Kapan ya, kita bareng ke tanah suci." Akhirnya angan-angan itu dikabulkan Allah. Bertemu ustadz -sekaligus teman ngobrol, di tanah suci.

Jangan diragukan lagi, ada kekuatan tersembunyi di balik keinginan-keinginan Anda. Kekuatan tersebut, atas kehendak Allah sewaktu-waktu muncul memenuhi "selera" Anda. Mulai sekarang, coba rasakan betapa kekuatan Allah SWT bekerja melalui pikiran. Entah berupa sebuah mimpi, sebuah pikiran positif, sebuah pemikiran baik, hingga pemikiran jahat sekalipun benar- benar akan menjadi kenyataan, karena seketika itu juga kekuatan Tuhan langsung bekerja dan alam semesta juga langsung datang memberi dukungan. Sebagaimana firman Allah: "Aku mengikuti sangkaan hambaKu padaKu..."

Sadarilah dan mulai berhati- hatilah dalam berpikir, karena meskipun sebuah pikiran itu sederhana, bisa menjadi nyata dan benar-benar terjadi. Jadi, ketika Anda memiliki sesuatu perasaan (positif atau negatif) terus menerus, artinya Anda sedang mengarahkan energi Anda ke sana. Energi tersebut berkumpul untuk akhirnya mewujudkan (menarik) sesuatu sesuai dengan fokus pikiran Anda.

Nah, Anda pasti pernah mengalaminya. Pernah, kan...?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun