Dua puluh lima wartawan senior usai sholat Jumat (5/12/2014) memenuhi undangan silaturahim Ketua Harian KONI Jawa Timur, Dhimam Abror. Pertemuan itu berlangsung di RM Padang “Sederhana” letaknya berseberangan dengan Kantor KONI, Jl. Kertajaya Indah Surabaya.
Dhimam Abror menjabat Ketua PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Cabang Jawa Timur selama dua periode (2000-2010). Abror, panggilan akrabnya, juga pernah menjadi tiga kali Pemimpinan Redaksi di suratkabar harian berbeda, yaitu “Jawa Pos” (1999-2002), Harian Pagi “Surya” (2005-2007) dan Harian Sore “Surabaya Post” (2008-2010).
Sekalipun baru kali pertama ini saya ikut diundang, boleh dibilang cara Abror mengendalikan komunikasinya bagus. Guyonan Abror segar, bahkan menyenangkan lawan bicaranya. Tapi, giliran ada wartawan lain memuji kelebihan yang dimilikinya, Abror malah segan, bahkan menolak.
“Sampean ini cuma menyenangkan hati saya saja” katanya berulang kali. Kata “sampean” dalam dialek Surabaya menandakan keakraban sebagai pengganti kata “anda.”
Sam Abede Pareno, wartawan senior bergelar Profesor dan sekarang Guru Besar Tetap Manajemen Media Massa & Etika Pers Fikom Universitas Dr. Soetomo Surabaya respek terhadap silaturahim yang dibangun Dhimam Abror. Antara lain, tiap pukul 02.00 dini hari Prof. Sam Abede Pareno selalu mendapat pesan berupa “Tahajjud Reminder”. Isinya macam-macam, soal keagamaan, inspirasi atau motivasi. Pesan singkat itu ternyata dikirim ke semua teman, termasuk wartawan muda dan para pelatih dan atlet beragam cabang olahraga.
Hukum Hubungan
Cernegie Institute of Technology menyimpulkan, hanya 15 persen kesuksesan dalam pekerjaan ditentukan oleh pelatihan teknis atau kecerdasan, sementara 85 persen lainnya ditentukan oleh faktor kepribadian, atau kemampuan untuk bisa berinteraksi dengan orang lain.
Kemampuan bekerja sama dengan orang lain menduduki tempat teratas dari daftar kemampuan dan kebiasaan orang-orang sukses. Penelitian menunjukkan bahwa 85 persen kesuksesan Anda dalam hidup bergantung dari kemampuan berinteraksi dan kemampuan membuat orang lain tertarik pada Anda.
Kurt W. Mortensen dalam bukunya Maximum Influence (BIP Gramedia, 2004) menulis, pada zaman dimana teknologi telah menguasai semua kehidupan, kita cenderung berpikir bahwa kepribadian dan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain bukanlah kualitas penting. Justru sebaliknya, pada masa kini kita sangat haus akan interaksi pribadi lebih daripada masa-masa sebelumnya.
Kepedulian dan kebaikan saat sekarang berarti menjadi sensitif dan penuh perhatian. Itu artinya bertindak dengan pertimbangan sopan, respek, dan sangat peduli pada orang-orang di sekitar kita.
Kota Surabaya beberapa hari sebelumnya cuma mendung dan hujan rintik-rintik, tiba-tiba siang itu turun hujan sangat deras. Pemandangan jalan antara Jl. Ir. Soekarno (MERR) dengan Jl. Kertajaya Indah terlihat putih, saking rapatnya tumpahan air turun dari langit.
Obrolan pun makin seru ketika menyinggung tertangkapnya Ketua DPRD Bangkalan oleh KPK. Rumor berkembang tersangka suap PT Media Karya Sentosa, Fuad Amin Imron memiliki penyimpangan perilaku seksual.
Ketika hujan belum juga reda pembicaraan beralih topik tentang kepemimpinan Walikota Surabaya Tri Risma Harini, yang konon 10 bulan lagi bakal berakhir. Biasanya setahun sebelum Pilkada digelar, dipenuhi hiruk pikuk politik. Tapi sekarang terkesan masih tenang.
Menutup diskusi, Dhimam Abror bilang, kepemimpinan itu sudah merupakan garis tangan yang ada pada setiap orang. Namun selain garis tangan, apakah dia itu Ketua DPRD Bangkalan yang ditangkap KPK atau Walikota Surabaya dia juga harus bisa tanda tangan……
Kita tunggu saja, Cak...!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H