Kusus Guru Honor K-2 yang tes 3 Nopember 2013 yang lalu di Gelora Pertamina Simpruk situasi dan lokasi tempat Tes sangat memberikan peluang nyontek dan kerjasama antar peserta tes ( khususnya yang Tes dilokasi Kolam Renang ) - panitia yang ada di tempat kolam renang terkesan pembiaran, sedang yang di gedung dalam maupun di pinggir luar terkesan sangat ketat sekali. Bagi guru honor yang pengabdianya sudah lama ( lebih dari 10 tahun ) dan umurnya sudah 45 tahun seharusnya pemerintah mendahulukan karena guru yang sudah berumur 45 tahun adalah merupakan kesempatan terakhir bagi dia, kenapa tidak berfikir bijaksana seperti itu, kalau alasanya karena nilai Tes-nya jeblok, kenapa situasi Tes kemarin sebagian terkesan pembiaran oleh panitianya ( khusus di lokasi kolam renang ) Â sedangkan yang di gedung sangat ketat. dasar itulah yang membuat iri bagi yang tidak di terima, kalau dasar kelulusannya karena alasan pasing grade rendah hasil tesnya. Bukankan Guru Honor K-2 yang umurnya tua dan pengabdiannya sudah lama merupakan Guru Honor K-1 yang tertinggal karena alasan moratorium. Guru honor yang masih umur 30 - 35 tahun dia masih ada kesempatan 10 kali TES sedangkan yang sudah umur 45 tahun sudah tidak bisa lagi. Kemudian kalau dibandingkan guru dari kementrian Agama ( depag ) pada saat pemerintahan pak SBY periode ke-1 terkesan di masyarakat SK Guru depag sangat mudah ( di obral ) kalau dibandingkan dengan Guru dari jalur Departemen Pendidikan seperti terkesan Susah sekali untuk pengangkatan. Pertanyaaanya kenapa Presidenya sama kok keputusannya berbeda. Seharusnya dalam keputusannya harus memakai hati disamping hasil tes. Kami sebagai masayarakat berharap dalam satu minggu ini Bapak Presiden meninjau kembali proses penerimaan CPNS kususnya yang kuota DKI Jakarta. Terimakasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H