Mohon tunggu...
Arifin Maulana
Arifin Maulana Mohon Tunggu... Lainnya - hidup ini singkat dan apa yang kita lakukan hari ini sebisa mungkin dapat memberikan dampak positif bagi orang - orang disekitar meski itu menjadi sesuatu yang berat untuk kita, karena sejatinya manusia diciptakan untuk saling membantu sama lain bukan manusia yang mengejar eksistensi secara personal.

jadilah manusia bermanfaat dimanapun kita berada

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Bukan Kritik Pemerintah, tapi Ini Kritik untuk Mahasiswa

4 September 2022   18:00 Diperbarui: 10 September 2022   23:28 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sejarah Indonesia diwarnai pertumpahan darah, pengorbanan waktu, tenaga, uang adalah aspek yang sudah menjadi budaya bangsa Indonesia. Generasi penerus bangsa ini sangatlah beruntung, bahan refleksi menjadi lebih substansi  daripada hanya berkaca pada hasil dari perjuangan itu sendiri. Sejarah ini menggambarkan bahwa masyarakat Indonesia terbentuk dan terlatih menjadi individu yang tangguh dengan semangat gotong royong.

Sedikit refleksi agar kemudian generasi hari ini tidak semakin masuk pada jalan yang salah. Harus di akui, generasi pasca 98 mayoritas sudah salah arah, sebut saja orang orang yang tergabung dalam organisasi mahasiswa hari ini, dapat dikatakan bahwa dialah " si merah  ". Gagasan mahasiswa dibawah lambang semangat belajar dengan bentuk penah membuktikan bahwa dialah organisasi mahasiswa yang senantiasa bergerak untuk rakyat. 

Saya tidak sedang memuji, kita masuk pada kenyataan bahwa yang terjadi hari ini adalah Jokowi membangun basis pemerintahannya dengan masuk pada gorong gorong pedesaan, bergerak menuju Papua guna dekat dengan rakyat, berbaur dengan petani sebagai bentuk gotong royong. Semua itu hanyalah pencitraan semata, pencitraan itu semakin tegas dengan adanya beberapa justifikasi kebijakan pemerintah yang tidak membawa kepentingan rakyat secara majemuk. Baru-baru ini rakyat dikagetkan dengan naiknya harga BBM yang akan memancing kenaikan semua harga bahan pokok. Kita tidak tau atas dasar apa kemudian yang menyebabkan hal itu, namun kami masyarakat meyakini bahwa itu adalah kepentingan para oligarki yang berambisi untuk menguasai sumber daya alam dan merauk keuntungan secara pribadi dengan mengorbankan masyarakat Indonesia yang menitipkan hidupnya dibawa kekuasaan pemerintah hari ini. Masyarakat hanya berpegang teguh pada gagasan bangsa ini dibawah pancasila dan UUD 1945 yang berujung pada narasi kesejahteraan dalam masyarakat adalah hak untuk seluruh bangsa Indonesia tanpa membedakan kelas - kelas yang ada dimasayarkat. 

Sungguh sangat ironis melihat krisis kemanusian dipertontonkan dengan sangat jelas  oleh para pemerintah hari ini. Hidup di Indonesia layaknya hidup dibawah tekanan dan penderitaan semata. Rule negara dalam membangun kesejahtraan dalam masyarakat sudah sangat jauh dari apa yang menjadi cita-cita bangsa ini. 

Kabinet ini sangat suka memancing, namun yang terpancing adalah para investor, pertanyaannya adalah apakah kenaikan BBM ini bukan merupakan makanan buat Si merah yang disebutkan di awal tadi, sampai hari ini tidak ada gerakan secara substansi yang memperlihatkan mereka ini terpancing. Kecurigaan saya adalah bahwa "Si merah"  ini sudah menjadi bagian dari sistem oligarki yang ada.

Menutup mata ditengah ganasnya penindasan berbasis sistem pemerintahan kapitalisme dengan topeng kebaikan di muka media sejatinya adalah bentuk bahwa kita telah kalah dalam perjuangan. Perbedaan kita hari ini dengan pendahulu yaitu, kita melahirkan banyak orang pintar, cerdas dan bertanggung jawab, namun semua itu tidak ada bedanya dengan sebuah radio rusak yang hanya berbunyi secara terus menerus tanpa ada bukti kongkrit dilapangan. Diamnya pada organisasi mahasiswa adalah bentuk bahwa mahasiswa hari juga sudah kehilangan arah perjuangan, sama seperti hilangnya arah perjuangan pemerintah dalam membangun bangsa yang sejahtera.  

Si merah ini sudah menjadi organisasi yang hanya bergerak pada ruang - ruang diskusi panggung publik bukan kepada substansi gerakan untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat. Mereka tidak ada bedanya dengan para pemerintah yang tampak indah dengan propaganda medianya namun hancur secara gerakan perjuangan. Narasi  hanya narasi, janji hanyalah janji, ideologi hanya sebatas majalah dinding yang akan usang ditelan zaman. 

Saya tidak akan mengkritisi saja namun berdasarkan situasi ini mari kemudian membangun kesadaran secara kolektif, sejatinya gerakan kita adalah bagian sangat kecil, ibarat kata hanyalah sebuah lilin kecil dalam ruang hampa, namun apapun yang terjadi jangan pernah meruntuhkan idealisme mahasiswa hari ini, jika itu terjadi maka kehancuran dan kemunduran perjuangan sudah dimulai, label sakral  mahasiwa sebagai penyambung lidah masyarakat kian hari akan pudar. Perjuangan hari ini dapat dimulai dari gerakat kolektif dengan membangun kesadaran individu ke individu yang lain. Jangan membangun gerakan hanya berdasar lebel eksistensi organisasi, namun bergeraklah atas dasar kesadaran berjuang, kesadaran bahwa Indonesia ini adalah miliki kita bersama, baik buruknya kehidupan itu tidak terlepas dari bagaimana gerakan yang kemudian kita bangun dengan dasar realitas objektif bangsa ini.

Tidak ada perjuangan yang sia-sia. Selama kesadaran itu masih ada, maka perjuangan kita akan tetap tumbuh. Meskipun pahitnya perjuangan akan menjadi muara akhir dari segalanya bukan alasan untuk memutar arah, terus maju dan jangan pernah mundur. Selama niat sudah dikumandangkan maka tidak ada jalan untuk pulang. Jangan berjuangan hanya karena kita berada dalam organisasi gerakan atau apalah sebutannya, berjuanglah karena kau memang sadar akan situasi hari ini.

"Titip Salam Untuk Mahasiswa"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun