Mohon tunggu...
Arifin
Arifin Mohon Tunggu... Guru - Guru Penulis

Guru biasa yang ingin terus membaca, menulis, berbagi dan bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Project Based Learning, Mendorong Inovasi Melalui Deep learning

7 Februari 2025   12:59 Diperbarui: 7 Februari 2025   12:59 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Siswa Belajar (Sumber: Koleksi Pribadi)

Pendidikan di Indonesia terus mengalami perubahan seiring dengan tuntutan zaman dan perkembangan dunia global yang lebih mengutamakan pengembangan soft skill seperti kemampuan berpikir kritis, kreativitas, pemecahan masalah, kemampuan berkolaborasi dan inovatif. Para pendidik tentu perlu memiliki kemampuan untuk memilih pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat dalam mengelola pembelajaran yang mampu meningkatkan soft skill tersebut pada diri murid.

Salah satu metode yang dipandang mampu menumbuhkan soft skill tersebut adalah Project -- Based Learning ( PBL ) atau Pembelajaran Berbasis Proyek. Metode ini memberi peluang kepada murid untuk belajar melalui eksplorasi dan penerapan pengetahuan dalam konteks nyata yang relevan dengan kehidupan murid. Metode ini juga sejalan dengan pendekatan pembelajaran yang sekarang sedang didesain oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), yaitu pendekatan Deep Learning (DL).  Pendekatan ini berfokus pada tiga aspek utama yaitu mindful learning, meaningful learning dan joyful learning yang dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sekaligus mendorong inovasi dalam proses belajar mengajar.

 

Inovasi Melalui  Deep Learning

Deep learning yang digagas oleh Kemendikdasmen bukanlah konsep baru dalam dunia pendidikan. Para ahli pendidikan terdahulu sudah pernah mengkajinya. Beberapa ahli bisa kita sebut, misalnya John Dewey (1938) dengan konsep Learning by Doing, Jean Piaget (1923) dengan The Child Conception of the World, Howard Gardner (1983) dengan The Theory of Multiple Intelligences, Ellen Langer (1997) dengan Power of Mindful learning, John Hattie (2017) dengan konsep Visible Learning, dan masih banyak lagi.

Berbasis teori -- teori tersebut dan dikuatkan dengan filosofi pendidikan Ki Hadhar Dewantara dan KH. Ahmad Dahlan, Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikdasmen meramu pendekatan Deep Learning sebagai langkah reinventing pendekatan belajar yang lebih segar. Pusat Kurikulum dan Pembelajaran (2025) menjelaskan bahwa Deep Learning merupakan pendekatan yang memuliakan dengan menekankan pada penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran yang berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menggembirakan (joyful) melalui olah pikir (intelektual), olah hati (etika), olah rasa (estetika), dan olah raga (kinestetik) secara holistik dan terpadu.

Prinsip utama pembelajaran dengan pendekatan Deep Learning adalah berkesadaran, bermakna dan menggembirakan. Pembelajaran yang berkesadaran (mindful) adalah pengalaman belajar murid yang diperoleh ketika mereka memiliki kesadaran untuk menjadi pembelajar yang aktif dan mampu meregulasi diri. Murid memahami tujuan pembelajaran, termotivasi secara intrinsik untuk belajar, dan secara aktif mengembangkan strategi belajar untuk mencapai tujuan.

Pembelajaran bermakna (meaningful) dialami murid ketika mereka mampu menerapkan pengetahuannya ke dalam situasi nyata. Proses belajar murid tidak hanya sebatas mengetahui dan memahami informasi atau penguasaan konten, namun berorientasi pada kemampuan mengaplikasikan pengetahuan secara kontekstual. Sedangkan prinsip menggembirakan (joyful) terwujud dengan menciptakan suasana belajar yang positif, menantang, menyenangkan dan memotivasi. Rasa senang dalam belajar membantu murid terhubung secara emosional, sehingga lebih mudah memahami, mengingat dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh.

Apakah pendekatan Deep Learning bisa mengantarkan murid memiliki soft skill kreatif dan inovatif? Jika kita cermati taksonomi yang digunakan, maka pendekatan ini akan mampu mengantarkan murid sampai ke level kreatif-inovatif. Level pembelajaran mendalam (deep learning) tercapai ketika murid mencapai tahap berpikir abstrak yang mendalam dan relasional. Dalam taksonomi Bloom, level berpikir yang harus dicapai murid untuk sampai pada tahap deep learning adalah menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Maka pengalaman belajar yang harus mereka alami adalah memahami, mengaplikasi dan merefleksi.

Ending dari penerapan pendekatan Deep Learning ini dimaksudkan untuk mewujudkan profil lulusan yang dalam dirinya menyatu delapan dimensi karakter mulia. Delapan dimensi profil lulusan tersebut adalah memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kewargaan, penalaran kritis, kreativitas, kolaborasi, kemandirian, kesehatan, dan komunikasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun