Mohon tunggu...
Arifin
Arifin Mohon Tunggu... Guru - Guru Penulis

Guru biasa yang ingin terus membaca, menulis, berbagi dan bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kepala Sekolah Muda dan Feodalisme Birokrasi Pendidikan

2 Februari 2025   10:32 Diperbarui: 2 Februari 2025   10:32 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Guru Berpikir (Sumber : Koleksi Pribadi)

 Di usia 34 tahun, saya diberi amanah untuk menjadi Kasek di sebuah sekolah swasta di Yogyakarta. Memang tidak lama, tapi saya merasakan tantangan bermakna dari pergumulan kepemimpinan yang saya jalani.

Saya ditugaskan di sekolah yg nyaris redup, dengan jumlah siswa paralel sekitar 70an, dimana kelas 1 hanya punya 10 siswa. Sumber daya pendidikan terbatas, itu sudah pasti. Tapi justru dari situ saya belajar bagaimana mengelola sekolah berbasis aset yang ada dan bagaimana meningkatkan aset.

Saya tidak sendiri. Guru-guru muda yang potensial, mulai diberdayakan dengan tugas tambahan menjadi kepala sekolah. Setelah sekian tahun, para muda hebat ini menjelma menjadi leader mumpuni dan mampu melejitkan prestasi sekolah.

Saya mencatat beberapa guru muda hebat di Yogya yang dulu satu naungan dengan saya, sukses mengelola sekolah. Mereka menjadi pemandu kualitas pendidikan di SD Muhammadiyah Sapen, SD Muh Suronatan, SD Muh Sukonandi, SD Muh Purwodiningratan, Nitikan, Wirabrajan dan banyak lagi. Di Sleman ada Condong Catur club dan di Gunungkidul ada Al Mujahidin club. Mereka semua memulai penugasannya sebagai kasek di usia belia (30 sd 35 tahun, maksimal 40 tahun di awal penugasan).

Mengapa Kasek harus muda? Pertama, kasek muda cederung lebih berani dalam inovasi dan kreativitas. Kasek muda sering kali membawa ide-ide baru dan segar. Pikirannya cukup liar dan terbuka terhadap perubahan dan inovasi dibandingkan kasek yang lebih tua.

Kedua, adaptabilitas terhadap teknologi. Kasek muda dikenal lebih melek teknologi. Mereka tidak hanya menggunakan teknologi untuk kepentingan pribadi, tetapi juga mampu mengintegrasikannya dalam manajemen pendidikan. Kasek muda dapat memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi birokrasi sekolah, transparansi, dan pelayanan publik.

Ketiga, energi dan semangat tinggi. Salah satu kelebihan paling mencolok dari kasek muda adalah energi dan semangat yang mereka miliki. Kasek muda biasanya memiliki stamina yang lebih baik dan siap bekerja ekstra untuk mencapai tujuan. Semangat ini dapat menular kepada para guru dan tendik serta masyarakat, sehingga menciptakan atmosfer kerja yang dinamis dan produktif.

Keempat, pendekatan yang lebih dekat dengan Generasi Milenial dan Z. Sebagai bagian dari generasi milenial atau bahkan generasi Z, kasek muda memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap kebutuhan dan aspirasi generasi tersebut.

Kelima, keterbukaan terhadap kolaborasi dan partisipasi publik. Kasek muda cenderung lebih terbuka terhadap kolaborasi dan partisipasi publik.  Dengan demikian, kebijakan pendidikan yang dihasilkan akan lebih inklusif dan dapat diterima oleh berbagai pihak.

Ini beberapa kelebihan kasek muda. Bukan berarti saya menolak atau alergi pada Kasek tua lo ya. Tidak. Ada beberapa Kasek tua yg berjiwa muda dan juga hebat.

Hanya, saya kurang sepakat dengan kebijakan birokrasi yang mekanisme pergantian kepemimpinannya melahirkan pemimpin yang hampir pensiun. Kasihan beliau beliau itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun