Mohon tunggu...
Arifin
Arifin Mohon Tunggu... Guru - Guru Penulis

Guru biasa yang ingin terus membaca, menulis, berbagi dan bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pembusukan Milieu Pendidikan

8 Desember 2024   07:37 Diperbarui: 8 Desember 2024   09:20 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses Belajar (Sumber: Koleksi Pribadi)

Anak-anak kita sedang berada pada situasi terancam. Milieu pendidikan tidak lagi kondusif mendukung mereka untuk mencapai titik perkembangan terbaik sebagai manusia. Keluarga, sekolah dan masyarakat tampak tidak berada dalam kepaduan untuk mengantarkan anak-anak kita meraih tujuan pendidikan yang mulia.

Ki Hadjar Dewantara (KHD) menyatakan bahwa pendidikan akan mencapai keberhasilan terbaik ketika milieu pendidikan, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat berada dalam satu kesepahaman visi dan gerak untuk menuntun murid menjadi manusia dan anggota masyarakat yang selamat dan bahagia. Selamat dan bahagia karena budi pekertinya (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan jasmaninya terlatih dan tertuntun dengan baik.

Tampaknya, cita-cita itu masih perlu terus diperjuangkan bersama secara kolektif. Aspek-aspek milieu penuntun pendidikan sedang berada dalam kondisi tidak baik-baik saja. Apa yang terbaca dalam kehidupan masyakarat sehari-hari tidak memberikan dukungan keteladanan bagi proses pendidikan anak. Sikap dan perilaku warga bangsa memberikan Gambaran kontraproduktif terhadap misi pendidikan.

Para guru di sekolah, dengan sepenuh energi mengajarkan kemuliaan tutur kata dan keindahan sikap-perilaku. Para guru mengajarkan tata bahasa dan sopan santun. Sementara dalam kenyataan riil di masyarakat (nyata dan maya), para murid ini lebih banyak terpapar berita dan suguhan hiburan yang seolah menghapus ihtiar guru. Di sekolah, murid diajarkan tentang sikap dan perilaku jujur dan bertanggung jawab, namun hampir setiap hari mereka membaca berita tentang korupsi.

Orang yang selama ini dianggap tokoh dan diharapkan mampu memberikan teladan, justru meruntuhkan keteladanan. Mereka seenaknya berkata kotor dan merendahkan orang lain. Dengan ringan mereka mengucapkan kata "goblok", "dungu", "anjing" dan sejenisnya. Para pejabat yang selama ini dianggap sebagai pemimpin yang mengayomi dan memberdayakan, ternyata hanya mementingkan diri sendiri, keluarga dan kelompknya.

Proses pendidikan berada di jalan terjal yang berduri. Anak-anak sulit mencapai ujung keelokan karakter. Mereka mengalami banyak luka karakter sebelum mencapai titik akhir perjalanan. Hal ini ditambah dengan manajemen pendidikan nasional yang seolah tanpa arah. Perubahan demi perubahan tidak membuat pendidikan Indonesia semakin kokoh namun justru menyebabkan kebimbangan nasional. Kurikulum baru saja berganti, namun kemudian ada kabar bahwa akan terjadi pergantian lagi seiring dengan pergantian menteri.

Pendidikan Indonesia seolah berada dalam pusaran involusi. Berputar-putar di arah dan posisi yang sama, tidak pergi kemanapun dan tidak mencapai apapun. Kemarin, Ujian Nasional dihapus, hari ini akan dimunculkan kembali. Baru tiga tahun kurikulum berganti, namun begitu menteri baru menjabat, semua logo, istilah dan atribut yang terkait dengan kurikulum baru harus di-take down. Kaos Merdeka Belajar haram dipakai di acara pertemuan kedinasan. Logo-logo Merdeka Belajar dan hal -hal yang berbau Penggerak tidak boleh lagi dipasang di banner. 

Milieu pendidikan kita sedang berada di sisi yang berlawanan dan meruntuhkan proses pendidikan. Wallahu a'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun