Hingar bingar dan hiruk pikut pesta demokrasi pemilu presiden dan wakilnya periode 2014-2019 telah tuntas selesai secara kesuluruhan. Sesaat setelah MK memutuskan menolak gugatan pasangan capres_cawapres Prabowo Subianto_Hata Rajasa (PraHaRa), kamis malam 21 Agustus 2014. Saat itu pula sekaligus berarti mengukuhkan keputusan KPU 22 Juli 2014 yang menetapkan pasangan capres_cawapres Jokowi_JK sebagai presiden dan wakil presiden terpilih yang akan menggantikan tahta kepresidenan yang kini diduduki Susilo Bambang Yudoyono yang akan berakhir secara konstitusional.
Menyimak sepak terjang karir politik Prabowo Subianto, perlu diacungi jempol dan apreasiasi yang layak diperhitungkan, meski mungkin atau tidak menutup kemungkinan adanya kesan ‘menempuh segala cara’, termasuk kemungkinan berbau politik uang untuk memobilisasi masa dan relawan pendukungnya. Terlepas benar tidaknya dugaan kesan buruk itu, Prabowo Subianto adalah figur politisi yang tangguh, meski tergolong pendatang baru dalam kancah politik di Indonesia.
Siapa tidak mengenal sosok yang pernah menjadi anak biologis menantu dan anak ideologis penguasa rezim orde baru, Presiden Suharto yang fenomenal dan bahkan kontroversial. Anak begawan ekonomi bagian dari orba yang mengawali karirnya dari dinas militer dan terus melejit dalam karbitan mertuanya. Dalam usia relative muda mencapai puncak karir militernya dalam jabatan strategis struktural menapak tilas keberhasilan mertuanya waktu itu.
Siapa sangka karir militernya seolah terputus, seiring jatuhnya rezim kejayaan mertuanya, oleh revolusi rakyat orde reformasi 1998. Tinggal menapak selangkah lagi sang danjen kopassus menjadi letnan jendral yang pangkostrad waktu itu, akan menyandang bintang empat dipundaknya. Jabatan tertinggi Panglima TNI sudah didepan pelupuk mata, paling tidak kepala satuan angkatan darat.
Tentu tidak lepas dari pengaruh sang mertua waktu itu yang menjadi orang nomer satu di republik ini. Namun sekali lagi siapa sangka jabatan tingginya di jajaran militer menjadi boomerang bagi dirinya. Tuduhan penculikan aktivis pro reformasi oleh tim mawar yang berada dalam kendali operasional kopasus yang dipimpinnya. Sudah jatuh tertimpa tangga pula, kenyataan pahit bahtera rumah tangganya yang harus bercerai dari isterinya, sekaligus perpecahan dan persilisihan dengan mertuanya.
Cukup sulit dianalisa oleh orang awam perceraian itu murni masalah rumah tangga atau pertikaian politik diantara mereka. Tidak ada issue peselingkuhan seperti saudara iparnya, Bambang Trihatmojo misalnya, atau Tomi dalam pelarian kasus kriminal penembakan hakim agung yang menangani kasusnya? Masalah ekonomi juga tidak mungkin, kekayaan keluarga besar itu sungguh luar biasa banyaknya.
Yang jelas fakta menunjukkan bahwa tidak ada indikasi berhubungan lagi dengan parpol besar Golkar, sebagaimana hubungan mantan isterinya dalam ormas atau orpol dibawah kendali parpol penguasa pemerintah waktu itu. Prabowo telah membina dalam berdirinya parpol baru Gerindra yang perlu diperhitungkan. Meski belum menunjukkan keberhasilannya, sejak maju menjadi cawapres mendampingi capres Megawati dalam pemilu pilpres 2004 yang dimenangkan oleh pasangan SBY dan JK. Masyarakat sudah banyak lupa dengan pemilu pilpres 2009 yang dimenangkan lagi oleh SBY yang berpasangan dengan Budiono. Nama seorang Prabowo tidak banyak dibicarakan masyarakat.
Baru pada pemilu 2014 nama Prabowo mulai naik daun, diawali dengan kemenangan parpol Gerindra binaannya memenangi pemilu legislative meski baru pada peringkat tiga. Pamornya semakin berkibar seiring keberaniaannya maju ke pemilu pilpres berpasangan dengan Hata Rajasa. Seolah mengalahkan tetuanya parpol Golkar yang ada di peringkat dua dan tidak berani maju mencalonkan kadernya menjadi capres. Dilain fihak Prabowo solid membentuk koalisi merah putih dengan menggandeng banyak parpol besar, antara lain Golkar dan PPP.
Optimisme seorang capres Prabowo sedemikian besarnya, sejak quick count oleh berbagai lembaga survey. Â Dengan PDnya sudah mengklaim sebagai pemenang, meski sebagian besar lembaga survey menyatakan pemenang berada pada fihak kubu lawan, pasangan Jokowi-Jk. Demikian juga tidak menggubris pada validasi dan konfirmasi data yang dilakukan oleh asosiasi lembaga survey penyelenggara qick count.
Eforia kemenangan capres Prabowo semakin menjadi-jadi, hanya mengacu pada sebagian kecil lembaga survey yang pro padanya. Dengan yakin mengklaim suara lebih dari 50%, sampai-sampai menjalankan ritual sujut syukur dihadapan para  pndukung dan relawannya. Perhitungan resmi  real count oleh KPU berlangsung sesuai harapan dan jadwal sebagai mana mestinya. Tidak ada gejolak dari kubu capres Prabowo yang masih yakin dengan kemenangan yang akan diperoleh.
Tanggal 22 JUli 2014 adalah puncak penyelenggaraan pesta demokrasi, KPU mengumumkan bahwa pemenangnya adalah pasangan Jokowi-Jk. Prabowo yang dalam banyak kesempatan kampanye mengumandangkan slogan siap menang dan siap kalah ternyata hanya isapan jempol belaka. Alih-alih boro-boro berlapang dada menerima keputusan KPU, capres Prabowo justru membusungkan dada, memperkarakan penyelenggara pemilu ke ranah hukum. Capres Prabowo Subianto menggugat KPU ke MK, dengan berbagai dalil terjadi kecurangan dalam pemungutan suara.
Argumentasi capres Prabowo dalam mempertahankan dalil-dalilnya menggugat KPU terasa dangkal dan ditambah saksi-saksi yang diajukan banyak tidak menguasai materi gugatan. Alhasil dalam amar keputusan MK, 22 Agustus menolak semua gugatan kubu capres Prabowo Subianto. Sekaligus mengukuhkan keputusan KPU yang memenangkan pasangan Jokowi-Jk sebagai presiden terpilih yang akan menggantikan Prsiden SBY secara konstitusional.
Kelemahan capres Prabowo Subianto banyak diamati orang awam ditataran akar rumput, bahkan sejak debat kandidat capres-cawapres yang diselenggaran oleh KPU dan sekali pertemuan secara terpisah oleh Kadin. Optimisme capres Prabowo sebenarnya cukup beralasan, mengacu pada hasil perolehan suara yang cukup tipis. Dengan perkataan lain kepiawaian capres yang satu dan nomer satu ini perlu diperhitungkan dalam periode lima tahun kedua, seandainya masih dapat lolos menjadi capres, calon tetap menurut penilaian KPU nantinya. Mengingat bahwa capres Prabowo sudah ‘tega ngerjain’ KPU dengan menggugatnya ke MK.
Sebagaimana diakui sendiri oleh Jokowi dalam kesempatan menemui relawannya dalam kongres nasional Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) 2014 di Wisma Haji Jakarta 13-15 Agustus 2014. Jokowi mengatakan bahwa ‘sebenarnya saya tidak pandai-pandai amat’ menghadapi capres Prabowo Subianto yang nota bene kawan dan sekaligus lawan dalam perhelatan pesta demokrasi kali ini. ‘Saya banyak diuntungkan oleh gol bunuh diri yang dilakukan oleh kesebelasan pak Prabowo’, demikian kelakarnya yang disambut dengan riuh gelak tawa para peserta.
Dilain fihak keberanian Prabowo, kalau tidak boleh dikatakan kenekatan dalam memperkarakan KPU dan tidak siap kalah. Justru menurunkan kredibilitasnya dimata publik, termasuk para pendukung dan relawannya. Sebagaimana hasil salah satu lembaga survey yang mengatan elektabilitas dan popularitas capres Prabowo Subianto melorot tajam sampai angka 30%. Hal ini tentu akan lebih parah lagi seandainya masih mau memperkarakan KPU ke MA dan PTUN sebagaimana dikatakan dalam acara halal bihalal di rumah Polonia Medan.
Kalau seandainya lima tahun periode kedua mendatang KPU tidak merubah UU Pilpres dengan membatasi umur peserta menjadi antara 40-60 tahun misalnya. Mungkinkah seorang Prabowo Subianto masih berani mengajukan diri sebagai capres, calon tetap presiden periode 2019-2024? Agak sulit diterima akal sehat reputasi dan prestasi carut marut capres Prabowo Subianto mendapat kepercayaan rakyat (lagi). Apalagi kalau seandainya capres periode kedua masih bertahan dengan dua calon tetap seperti sekarang ini.
Ataukah capres Prabowo Subianto yang sudah kehilangan segala-galanya, kehilangan kepercayaan rakyat, kehilangan muka dan kehilangan kesempatan kali ini, tetapi nampaknya tidak kehilangan akal sehat dan kepercayaan diri? Kesempatan tidak datang untuk kedua kalinya, kata pepatah. Kalau demikian halnya, capres Prabowo Subianto yang telah mendapatkan kesempatan menjadi calon tetap kali ini, akan tetap menjadi calon….tetap calon menjadi presiden untuk selamanya.
Tags : pemilu presiden 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H