Mohon tunggu...
Arifin Basyir
Arifin Basyir Mohon Tunggu... pensiun pegawai negeri -

jujur aja n terus terang sebenarnya aq ini gaptek asli. awalnya ngenal komputer itu sebagai salah satu mainan anak (komidi puter). demikian juga tentang internet, dulunya ngenal itu sebagai makanan (instan mi, telur dan kornet). awal belajar ngenet didaftarin teman jadi anggota jamaah feisbukiyah (belakangan baru tahu kalau istilah yang bener feisbuker). ketika jadi feisbuker tiap buka akun koq ada tulisan apa yang kau pikirkan dan tuliskan sesuatu di dinding. iseng-iseng belajar nulis disitu. nulis lagi di dinding feisbuker artis tentang surat cinta dan puisi cinta. belajar terus baca koran kompas.com, disitu ada kolom komentar. iseng lagi nulis disitu. pada suatu hari mengenal kompasiana.com. ada kolom komentar yang cukup luas untuk belajar nulis. asyik juga jadi komentator. lama-lama terangsang pingin nulis artikel. waktu ada iklan blogshop, buru-buru ngedaftar. pernah ngikuti blogshop sampai 3 kali (cimart cikarang, kompas jakarta dan itb bandung). sekarang lumayan agak melek teknologi, bisa sedikit nulis n posting aja sudah untung. ya gapteknya masih ada juga sih. belum bisa membuat tautan link klik disini. semoga ada blogshop yang ngajarin gituan. kalau nggak semoga ada relawan yang mau ngajari. aku mau datangi rumahnya, hitung-hitung kopdar... gitu loh. lagian mungkin dapat kopi sungguhan....'kali

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Antara Kampanye dan Gosip

30 Maret 2014   02:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:18 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kampanye, hampir dapat dipastikan hanya muncul berkaitan dengan pesta demokrasi atau lebih popular disebut pemilu.  Dalam hal ini juga hampir dapat dipastikan, banyak orang sudah mengerti maksud dan tujuannya. Antara lain adalah memperkenalkan diri atau parpolnya, yang dikemas sedemikian rupa agar orang lain tertarik, percaya dan memilihnya. Dengan  perkataan lain dalam kehidupan sehari-hari pada istilah bisnis misalnya, dapat disamakan sebagai upaya promosi atau iklan.

Dilain fihak dikenal istilah gosip, yang juga sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya pada peristiwa pemilu saja. Gosip juga dapat menimpa perorangan atau kelompok tertentu, tanpa kecuali parpol sekalipun. Mungkin gosip adalah suatu pembicaraan yang tidak resmi di kalangan masyarakat. Bahkan gosip seringkali berkonotasi negatif, atau sering juga dikaitkan dengan kabar burung, kabar kabur, isu atau apapun istilahnya.

Apakah gosip selalu berkonotasi negatif? Menurut pendapat seorang pengamat publik yang berhasil ditemui oleh awak media baranews.co dalam suatu perbincangan diantara para relawan yang tergabung dalam komunitas Bara JP (Barisan Relawan Jokowi Presiden) 2014. Pak Biman begitu beliau sering akrab disapa, adalah salah seorang relawan yang konsekuen dan konsisten dengan komitmennya.

“Pak Biman, dalam masa kampanye seperti sekarang ini, calon pemimpin atau wakil rakyat bagaikan artis selebritas yang sedang naik daun. Disanjung-sanjung, dikagumi, diidolakan dan bahkan jadi panutan gaya hidup sebagian orang penggemarnya. Di sisi lain tak jarang mereka juga menanggung resiko, menerima gosip yang entah dari mana datangnya dan siapa biangnya. Kalau menurut pak Biman, apa sih sebenarnya gosip itu? Sebagai upaya black campaign atau contra campaign atau negative campaign misalnya?”

“Begini mas, anda pernah mendengar istilah domonstrasi jalanan. Nah. menurut saya  gosip itu sebaliknya, adalah demonstrasi tanpa jalanan. Gosip, termasuk gosip politik belakangan ini semakin merayap kesana kemari. Pada saat pembicaraan terbuka menjadi macet, gosip dengan sendirinya menjadi penting seperti juga lelucon-lelucon porno akan semakin menarik para remaja, kalau pendidikan seks ditabukan.

Gosip ibarat seorang muda yang nyelonong dari pintu belakang untuk menemui kekasihnya. Karena pintu masuk selalu digembok dan ditunggu ayah pacarnya yang bertampang angker. Dengan kata lain gosip adalah bentuk substitusi bagi komunikasi resmi yang kebetulan sedang dipersulit. Sebagai substitusi dia menunjukkan beberapa sifat yang barangkali penting untuk diselidiki, tetapi yang pasti cukup menarik untuk digosipkan.

Gosip menjadi menarik karena sifatnya yang setengah terlarang. Sebagai komunikasi jalan belakang, dia dianggap dapat menyampaikan fakta atau kejadian yang tak mungkin dibicarakan terang-teranggan. Apalagi larangan itu sendiri sering menjadi promosi gratis yang sangat efektif. Apa yang dilarang dibicarakan di forum terbuka menjadi menarik untuk dikasak-kusukkan dalam remang atau dibisikkan di sudut yang gelap.

Gosip menjadi memikat karena sifatnya setengah terbuka. Demikianlah, ada cerita yang diteruskan dari mulut ke mulut secara gencar, tetapi selalu disertai embel-embel ‘ini hanya khusus buat anda, jangan sekali-kali diceritakan pada orang lain’. Gosip adalah rahasia yang beredar keliling tanpa ada pengecer yang menjajakannya. Sebagai rahasia umum dia adalah pengetahuan yang diumumkan secara rahasia dan dirahasiakan secara umum.

Gosip menjadi memikat karena sifatnya yang setengah benar. Tak pernah orang merasa perlu melakukan pengecekan kembali tentang kebenaran isinya. Lagipula kepada siapa harus dilakukan dan melakukan check & recheck? Tak ada yang bertanggung jawab tentang isinya, setiap orang bebas menambah atau mengurangi isi cerita berdasarkan selera sendiri atau selera teman bicaranya. Pertanyaan tentang gosip tidaklah berbunyi ‘Apakah benar atau salah?’, melainkan ‘Sudahkan anda tahu atau belum?’

Gosip menjadi efektif karena justru sifatnya yang setengah sampai. Kita tak pernah tahu siapa pengarangnya atau pengirimnya dan alamat mana yang ditujunya. Mungkin karena itu semua orang merasa berkepentingan memungutnya di tengah jalan untuk kemudian mencampakkan kembali di tengah jalan. Gosip mirip pos tanpa alamat yang akan sampai kesemua orang tanpa menjadi milik siapapun.

Gosip menjadi pokok pembicaraan karena sifatnya yang setengah serius. Orang-orang berebut mendapatkan partisipasi dalam sejumlah informasi eksklusif yang mereka tahu tak banyak faedahnya dan mungkin  seluruhnya isapan jempol atau kesia-sian menggantang asap. Gosip adalah berita yang seakan terlalu serius untuk didiamkan, tetapi tak cukup serius untuk didengarkan.

Gosip disukai karena sifatnya yang setengah lucu. Pada dasarnya orang-orang mendengarkan dengan penuh minat, bukannya untuk mempertimbangkan nilai moralnya. Melainkan karena ingin mentertawakannya tanpa didengar orang. Namun kejenakaannya yang diakibatkannya tidak memperbaiki kesehatan jiwa, karena terlalu rendah kadar humornya dan terlalu banyak rasa pahitnya. Gosip bagaikan seloroh tanpa gelak tawa, dengan tanpa penonton, atau jeritan tanpa suara.

Gosip begitu mudah diterima karena sifatnya yang setengah jelas. Tak pernah diketahui apa  motif seseorang mengarang dan menyebarkannya. Apalagi pada dasarnya yang menarik dalam gosip bukanlah ‘apa yang digosipkan melainkan ‘bahwa hal itu digosipkan’. Dia bukanlah soal yang mengandung masalah yang layak dibicarakan bersama tanpa masalah bersama. Gosip adalah jalan tengah antara keterbukaan dan kebisuan dan kambing hitam yang berkeliaran dimalam gelap.

Gosip harus diperhitungkan karena sifatnya yang setengah nyata. Dia menjadi penting bukan lantaran kenyataan empiris yang disampaikannya (yang mungkin tidak da sama sekali). Melainkan karena hadirnya gosip itu sendiri sudah merupakan suatu ‘social fact’. Apakah benar seseorang telah membangun rumah mewahnya bergaya Perancis di abad 17?. Soal akan dapat diselidiki dengan observasi empiris, tetapi bahwa seseorang telah dikasak-kusukkan secara luas. Ini merupakan suatu hal yang sedara sosial dirasakan ‘nyata’. Gosip mengacaukan dua kenyataan itu dan karena itu mengacaukan juga tanggapan kita terhadapnya.

Gosip patut diperhatikan karena sifatnya yang setengah sadar. Dia sering tidak menguingkapkan apa yang dikatakannya, dia adalah lambing ambivalensi  manusia dan bukti ambivalensi bahasa. Gosip bagaikan bahasa yang menyembunyikan realitas dengan menyatakannya dan sebaliknya menyatakan realitas justru dengan menyembunyikannya.

Gosip dapat menakutkan karena sifatnya setengah perlawanan. Bagaikan arus dibawah permukaan, dia bisa menjadi aksi bagi orang-orang yang tak punya kesempatan protes dan juga bagi orang-orang yang tak tahu lagi apa yang harus dilawan. Gosip merupakan peralatan jiwa untuk menjaga pemerataan dan mengontrol keadilan. Gosip mengesankan semacam ancaman tanpa kekerasan, oposisi tanpa tuntutan dan demonstrasi tanpa jalanan.

Gosip akan tetap hidup terus karena sifatnya yang setengah imun (kebal). Dia tak seluruhnya imun, karena akan tumpas dengan sendirinya oleh suasana yang lebih terbuka. Gosip adalah gelap yang muncul karena kehadiran sinar. Dia juga tak seluruhnya rentan, karena selalu dapat muncul tanpa surat ijin terbit, sementara tidak ada cara-cara untuk membredelnya. Dia adalah koran tanpa kantor  dan tanpa uang langganan, tetapi selalu mempunyai pembaca tetap.

Gosip kadang-kadang harus ditanggapi dengan sungguh-sungguh, karena dia sering dianggap ‘bukan sekedar gosip’. Bahayanya bisa dua kali lipat justru karena sifatnya yang serba setengah-setengah”.

“Pak Biman, kalau boleh saya menyimpulkan bahwa gosip itu merupakan info anonm dan tidak selalu berkonotasi negatif. Bahkan perlu dicerna sedemikian rupa, sehingga dapat diambil manfaatnya”.

“Ya, begitulah idealnya. Kalaupun seandainya gossip itu jelek, kita masih dapat mengambil hikmahnya. Kita mengenal kejelekan itu, dengan pengertian agar tahu bagaimana cara menghindarinya. Dilain fihak melatih kestabilan kesehatan emosi mental spiritual kita, dapat membedakan dan menganalisa antara kejelekan dan kebaikan.

Selain itu mungkin juga suatu upaya pembelajaran publik, agar tidak selalu melihat siapa yang bicara; tetapi lihat dan perhatikan apa materi yang dibicarakan. Atau dengan perkataan lain tidak selalu harus terbuai dengan janji-janji yang diucapkan oleh orang-orang terkenal, sudah mempunyai nama, dsb.

Dalam masa kampanye sekarang ini misalnya, perhatikan dan cermati apa program-program yang disampaikan oleh jurkam misalnya, terlepas dari parpol mana jurkam itu. Toh..mereka juga anak-anak bangsa yang terpilih, yang notabene saudara-saudara kita semua juga. Keberhasilan pemilu bukan terletak pada siapa pemenangnya, tetapi kemenangan seluruh rakyat, seluruh bangas Indonesia”.

“Baiklah pak Bim, menjadikan pencerahan bagi kami semua. Terimakasih atas kesempatan waktunya, semoga jumpa lagi dalam kesempatan bioncang-bincang lainnya.

Tags : kampanye

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun