Pendidikan, diyakini sebagai sarana paling efektif untuk bisa meningkatkan harkat dan martabat manusia. Melalui pendidikan, diharapkan seseorang bisa melakukan perubahan terhadap nasib hidupnya.
Berdasakan keyakinan tersebut, maka Lande Foundation sebagai sebuah yayasan amal yang didirikan oleh seorang pengusaha muda Rino Lande, berinisiatif untuk memberikan layanan berupa pendidikan gratis bernama SMA Tunas Nusantara, untuk masyarakat tidak mampu di propinsi Banten, terutama kawasan Kota Tangerang maupun Kabupaten Tangerang. Sekolah ini berfokus terhadap pengetahuan akademik sesuai kurikulum nasional, pengembangan bakat minat, juga mengasah kemampuan entrepreneurship siswa. Melalui program-program pendidikan yang diberikan kepada siswa, SMA Tunas Nusantara berharap para siswa bisa mandiri, mampu mencapai kompetensi seorang siswa secara paripurna.
Seperti diketahui, Kota maupun Kabupaten Tangerang yang termasuk Propinsi Banten ini adalah daerah penyangga ibukota, dengan karakter sebagai kota industri. Namun, tampaknya, status sebagai daerah industri dan penyangga ibukota negara ini tidak otomatis membuat semua warganya sejahtera. Ada dari mereka yang bertempat tinggal di daerah pinggiran kota, hidup berhimpitan dengan pabrik-pabrik industri ternyata menyimpan problem hidup mereka. Jangankan untuk pendidikan anak mereka, kadang untuk kebutuhan hidup sehari-hari mereka kesulitan.
Data kasar yang diperoleh, bahwa angka putus sekolah anak usia 16-18 tahun, yang merupakan anak usia SMA di Propinsi Banten adalah 290 ribu anak. Ini tentu jumlah yang cukup besar. Kondisi ini sebenarnya cukup memprihatinkan, mengingat, Banten adalah propinsi yang bersebelahan dengan Ibukota Jakarta. Oleh sebab itu, langkah awal yang sudah dilakukan oleh Lande Foundation tersebut seyogyanya segera ditangkap oleh pemerintah sebagai salahsatu peran serta masyarakat dalam memajukan dunia pendidikan Banten.
Konsep Pendidikan Terbuka Mandiri
Saat ini, SMA Tunas Nusantara melayani sekitar 50 keluarga pra sejahtera di Kota maupun Kabupaten Tangerang. Untuk bisa masuk ke SMA ini ditetapkan beberapa syarat yang tidak mudah. Selain karena prestasi di SMP, juga test akademik, wawancara dan kunjungan ke rumah oleh petugas dari sekolah. Hal itu untuk memastikan bahwa program dari Lande Foundation tepat sasaran. “ kami dari pengelola yayasan dan sekolah wajib memastikan program berjalan dengan baik dan tepat sasaran,” ungkap Arif Handono,ST selaku Direktur Operasional Lande Foundation yang sekaligus sebagai Kepala Sekolah SMA Tunas Nusantara Tangerang. Lebih lanjut Arif mengatakan bahwa, walau gratis, Tunas Nusantara tidak boleh dikelola dengan seenaknya. Image bahwa sekolah gratis dikelola dengan asal-asalan, jauh dari konsep manajemen sekolah yag baik harus dibuang jauh-jauh. Justru karena STN adalah sekolah gratis, malah semakin melecut semangat pengelolanya untuk memberikan layanan sebaik-baiknya kepada anak didiknya.
Upaya pendirian sekolah gratis untuk keluarga pra sejahtera yang dilakukan oleh Lande Foundation ini, ternyata sangat relefan dengan harapan pemerintah yang tercantum dalam Peraturan menteri No 72 Tahun 2013 tentang Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus. Bahkan saat ini juga sudah tersiar khabar, bahwa Pemprov Banten melalui Dinas Pendidikan Propinsi Banten sudah berancang-ancang membuat program sekolah terbuka mandiri tingkatan SMA untuk menekan angka putus sekolah tingkatan SMA di Propinsi Banten. Menurut pernyataan Drs. Hudaya Latuconsina, Kadis Pendidikan Propinsi Banten di media, konsep pembelajaran untuk sekolah terbuka mandiri ini akan diberikan 80 persen menggunakan sistem online dan 20 persen tatap muka. Selain itu, konsep pendidikan yang akan diberikan 60-70 persen lebih diutamakan tentang life skill dan 30- 40 persen persiapan ujian.
Hudaya menerangkan, para siswa yang drop out ini akan diberikan pendidikan gratis. Biaya operasional akan dibantu secara stimultan dari Dindik Banten setiap siswanya masing-masing sebesar Rp1,6 juta per tahun. Sekolah yang bisa menyelenggarakan konsep pendidikan ini adalah SMA, SMK, MA, dan Pondok Pesantren. Sedangkan pembelajaran sekolah ini tidak harus menggunakan membangun sekolah yang baru. Namun memanfaatkan gedung yang sudah ada. Untuk tahap awal, tambahnya, Dindik Banten sudah mem-floating sebanyak 1.600 siswa, masing-masing kabupaten/kota dialokasikan sebanyak 200 siswa. Sedangkan untuk para tenaga pendidik yang bertugas di sekolah ini adalah para guru yang kekurangan jam belajar. Sehingga mereka bisa bertugas mengajar di sekolah tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H