Aku nggak hobi berwisata kuliner. Jika tugas ke suatu daerah, biasanya aku makan di restoran di hotel tempatku menginap. Atau jika jenuh dengan menu makanan di hotel, aku mencari makan di luar hotel. Aku membeli nasi goreng atau mi goreng.Pada prinsipnya aku nggak rewel soal makan. Selain itu aku juga sedikit makan.
Ketika mendapat tugas ke Pulau Batam dan Pulau Bintan di Provinsi Kepulauan Riau, tanggal 17-22 Februari 2014, aku mendadak hobi berwisata kuliner. Hobi dadakan ini gara-gara diajak seorang teman yang bekerja di Batam dan dia doyan makan. Temanku tahu tempat-tempat makan yang enak di seluruh Batam.
Rabu (21/2/2014) malam temanku menemuiku di hotel. Kami ngobrol di kafe hotel itu sambil minum kopi. “Besok pagi kita sarapan mi endir di Nagoya. Rasanya enak banget. Harus pagi sekali ke sana, karena kalau kesiangan udah habis,” katanya.
Mi lendir. (Foto: Arif RH).
“Mi lendir itu kayak apa?” tanyaku heran.
“Pokoknya liat aja besok pagi. Susah menjelaskan kalau nggak ngeliat sendiri,” jawabnya sambil tertawa kecil.
Keesokan hari sekitar pukul 06.30 WIB temanku menjemputku di hotel. “Ada dua temanku yang sudah di Nagoya untuk memesankan kursi untuk kita,” katanya.
Nagoya salah satu pusat perekonomian di Batam. Kawasan ini tak pernah tidur sepanjang 24 jam. Aku dan temanku naik mobil, dan sekitar setengah jam kami tiba di Nagoya. Dua anak buah temanku menyambut kedatangan kami. Selanjutnya kami menuju ke warung mi lendir. Pagi itu banyak sekali yang sarapan mi lendir. Mi lendir berupa mi rebus, kuah, saos, dan telur. Aku mencicipi sedikit kuahnya. Hmmmm...nikmat. Lalu aku mulai makan mi dan telurnya. Rasa mi lendir memang berbeda dengan mi rebus di tempat-tempat lain.
“Gimana? Mantap kan?” tanya temanku.
“Sip,” kataku.
Setelah sarapan mi lendir, aku bersama temanku dan seorang anak buahnya meluncur ke Pelabuhan Punggur, Batam. Kami lalu naik kapal Baruna Permai menuju ke Kota Tanjungpinang, ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan. Sekitar sejam perjalanan kami tiba di Pelabuhan Tanjungpinang, dan di pelabuhan itu telah menunggu seorang pemuda yang ternyata anak buah temanku. Kami kemudian meninjau sebuah lokasi proyek raksasa yang digarap oleh temanku.
Martabak dan teh tarik. (Foto: Arif RH)
Sekitar sejam kami di lokasi proyek, lalu kami menuju ke kedai kopi Pagi Sore di Tanjung Pinang pukul 12.00 WIB. Menu khas kedai itu Pagi Sore adalah martabak dan teh tarik. Sebenarnya aku masih kenyang. Namun, untuk menghormati temanku yang bercerita panjang lebar tentang kenikmatan martabak di restoran itu, aku menyantap martabak. Eh, bener kata temanku, rasanya nikmat.
“Di Tanjungpinang banyak yang berjualan martabak, tapi yang paling terkenal martabak di kedai Pagi Sore ini. Lokasinya strategis, di jantung kota, dan rasanya lezat,” kata temanku.
Kami melanjutkan perjalanan ke Tanjung Lagoi, Kabupaten Bintan, meninjau perkembangan sebuah hotel dan pembangunan pelabuhan. Perjalanan ke Tanjung Lagoi memakan waktu kurang lebih dua jam. Temanku punya andil dalam pengurusan perizinan pembangunan hotel dan pelabuhan milik pengusaha asing itu. Manajer dan para karyawan hotel menyambut hangat kedatangan kami. Manajer hotel menawari kami bersantap siang. Karena masing kenyang, aku dan teman-teman hanya memesan orange juice, kopi, dan teh manis.
Penulis (kiri, berkaos putih) bersama teman-teman di restoran keong yang berada di dalam Bintan Sayang Resort.
(Foto:dokumentasi Arif RH)
Aku dan teman-teman hanya sejam di hotel dan pelabuhan itu. Selanjutnya sore hari kami kembali ke Batam melalui Pelabuhan Bulang Linggi Tanjung Uban, Kecamatan Bintan Utara, Kabupaten Bintan. Sebelum ke pelabuhan itu kami mampir ke restoran keong yang berada di Bintan Sayang Resort. Menu utamanya adalah keong dan ikan, serta kelapa muda. “Tiap kali ke Bintan saya selalu mampir ke restoran ini. Keongnya enak sekali,” kata temanku.
Keong menu utama di Bintan Sayang Resort. (Foto: Arif RH)
Sabtu (22/2/2014) hari terakhir tugasku. Sekitar pukul 09.00 WIB temanku mengajak sarapan sop ikan di Restoran Yong Kee yang berlokasi di Nagoya. “Kalo ke Batam nggak mampir ke Restoran Yong Kee nggak afdol. Restoran Yong Kee dengan menu utamanya sop ikan ini sangat terkenal,” ujar temanku dengan penuh semangat.
Sop ikan di Restoran Yong Kee di kawasan Nagoya, Batam. (Foto: Arif RH)
Siang harinya kami berangkat ke Bandara Hang Nadim. Di bandara kami berpisah, dan aku melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Jika kelak mendapat tugas lagi ke Batam, aku ingin berwisata kuliner lagi. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI