Mohon tunggu...
Arif Firmansyah
Arif Firmansyah Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Political-Entrepreneur Minded

Selanjutnya

Tutup

Politik

Radikalisme Minoritas dan Potensi Ancaman Kebencian Setelah Prabowo Menang

7 Juli 2014   23:30 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:07 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di antara 2 pilihan buruk yang disodorkan pada Pilpres kali ini saya yakin pasangan Prabowo-Hatta akan memenangkan pertarungan menuju kursi pimpinan tertinggi pemerintahan eksekutif, yang dipilih langsung oleh rakyat Indonesia.

Tanda-tandanya sangat jelas, Jokowi tidak mampu mengangkat perolehan suara PDI-Perjuangan pada Pileg yang lalu.

Jokowi terlanjur populer di kalangan minoritas setelah mampu mengantarkan Ahok sebagai “tokoh”,setelah sebelumnya tidak pernah dikenal kecuali oleh sebagian kecil elit dan sebagian besar masyarakat di kampung yang disebut kabupaten berjumlah tidak lebih dari 300 ribu KK di Belitung timur.

Sebelumnya lagi, kepergian Jokowi dari Solo mewariskan seorang pemimpin yang bukan seorang anggota mayoritas disana. Meski mungkin merupakan irisan mayoritas disana yang masih miskin dan kurang berpendidikan. Dan Ahok kemudian sukses menjual mimpi dan sentimen yang lama terkubur pada masyarakat tersebut sesuai insting dagang dari sononya yang berefek domino untuk memperdaya semua orang dengan substansi atas prestasinya sendiri yang nihil.

Ibarat menjual pakaian lama yang bermutu rendah kepada orang yang hendak pergi ke suatu pesta penting, ini memang tidak berarti, tapi mampu menghasilkan Jokowi sebagai ilusi kaum minoritas yang menyangka bahwa mereka mampu menjadi trendsetter di dalam pesta orang berpakaian bagus-bagus tersebut.

Jokowi tidak mungkin menjadi Presiden Indonesia 2014 ini karena mayoritas bangsa Indonesia belum percaya bahwa setidaknya sila ketuhanan yang maha esa yang berarti Negara dengan warganya yang memiliki tuhan dan yang menjadi dasar pendirian Negara, telah dapat terganti.

Benar tidak ada mayoritas dan minoritas di sana. Tapi yang jelas ada fakta demografis atas keadaan penduduk yang merupakan pendukung dari berjalannya ide tersebut.

Kaum minoritas menjadi radikal pada waktu terakhir dimana kaum mayoritas justru mampu berpikir jernih untuk menawarkan sesuatu yang absolute yang telah dan akan selalu menguntungkan kedua belah pihak.

Keradikalan ini sungguh sangat emosional dan subjektif sekali. Keradikalan yang seharusnya tidak perlu dibangkitkan. Sementara mereka yang minor di sisi lain di Indonesia ini yang tengah bergerak maju ekonominya, justru tidak radikal dan cukup mempengaruhi dirinya sendiri bersandarkan pada ilusi bahwa orang rendahan dapat mengkibuli mereka yang bekerja di atas.

Dengan latar belakang keluarganya, Prabowo bahkan adalah nyata sesungguhnya merupakan bagian dari kaum minoritas tersebut, Meski begitu Prabowo dengan bijak mampu mengendalikan dan memilah mana yang merupakan kepentingan yang lebih mendasar dan mana yang merupakan khayalan utopia orang mabuk.

Prabowo tidak sedang memprovokasi. Setidaknya provokasi radikal yang akan menimbulkan kebencian dimasa yang akan datang.

Problematika kemudian adalah mengapa mereka tidak mampu mengurutnya dari awal lagi, sekarang?

Dan yang ditanamkan kepada saya adalah Indonesia adalah Negara yang percaya kepada Tuhan yang percaya bahwa terdapat keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Saya mungkin bukan seorang anggota kaum mayoritas yang baik. Meski begitu saya tidak akan rela jika saya mengkhianati legacy yang diberikan kedua orangtua saya melalui nilai-nilai ajaran dan iman yang ditanamkan pada saya untuk kemudian menanyakan kepada anggota mayoritas , meskipun anda tahu apa yang tertanam pada diri anda, siapa diantara kenalan anda yang dari minoritas yang tidak mendukung Jokowi dan mungkin benar sedang turut mempengaruhi anda sekarang ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun