Mohon tunggu...
Arif Febriyanto
Arif Febriyanto Mohon Tunggu... -

Antara Djakarta - Poerwokerto

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Melawan Dominasi Kereta Api Jarak Jauh atas KRL Commuter Line (1)

13 Mei 2014   09:39 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:34 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Jika tidak ada aral melintang, dipastikan 1 Juni 2014 ini akan diberlakukan Grafik Perjalanan Kereta Api (Gapeka) 2014, yang mengatur perjalanan kereta api jarak jauh. Gapeka ini disusun sebagai jawaban dari bertambahnya jumlah kereta api, baik KA penumpang maupun KA barang dan juga telah dirampungkannya double track jalur utara. PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) mengklaim bahwa Gapeka 2014 akan menjadikan efisiensi waktu karena hilangnya silang susul antarkereta api di sepanjang jalur ganda tersebut.

Stasiun Jakarta Kota, Gambir, Pasar Senen, dan Tanjung Priok adalah stasiun pemberhentian terakhir untuk KA Jarak Sedang dan KA Jarak jauh dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Oleh karena itu orang sering menyebutnya dengan nama "Kereta Jawa". Lebih dari 100 perjalanan kereta api penumpang dari dan ke Jakarta. Dengan Gapeka 2014 tersebut, PT KAI menyatakan bahwa perjalanan KRL tidak akan terganggu karena semua KA dari arah timur sudah masuk Jakarta sebelum pukul 05.00. Jika dilihat sepintas, pernyataan ini memang benar dan tidak merugikan perjalanan KRL. Namun jika dicermati, perjalanan KA jarak jauh sebenarnya masih menjadi penghambat arus perjalanan KRL karena akibat pemberangkatan KA jarak jauh di pagi hari.

Relasi KRL yang langsung merasakan dampak KA jarak jauh yang keluar Jakarta di pagi hari adalah KRL Bogor/Depok-Jakarta Kota dan Bekasi-Jakarta Kota. Titik antrian utama tidak lain adalah di Stasiun Manggarai, stasiun transit terbesar untuk perjalanan KRL Commuter Line.

PT KAI mendapatkan target/ penugasan dari pemerintah agar dapat mengangkut penumpang KRL 1,2 juta orang per hari sampai 2018. Saat ini penumpang KRL berada pada kisaran 600 ribu orang per hari. Dengan kondisi saat ini saja, saat jam sibuk di pagi hari antrian KRL ke Manggarai dari arah selatan, mengular sampai Pasar Minggu bahkan terkadang mencapai Pondok Cina, Depok. Waktu yang dibutuhkan pun tidak bisa diprediksi, namun masih dalam hitungan menit, bisa 60 menit, 90 menit atau bahkan ratusan menit. PT KAI sering memojokkan penumpang, "kenapa tidak berangkat lebih pagi" atau kalimat pamungkas "gunakanlah moda transportasi lain". Kalimat-kalimat tersebut menunjukkan ketidakberdayaan PT KAI menangani masalah yang kerap terjadi berulang-ulang.

Penugasan 1,2 juta penumpang oleh pemerintah kepada PT KAI dengan menggunakan sistem loop line saat ini tentu akan menemui hambatan. Silakan KRl terus ditambah dan dijalankan, namun antrian KRL siap menghadang di Manggarai. Oleh karena itu saya sebagai masyarakat ingin menyampaikan beberapa hal:

1. Hentikan semua perjalanan KRL dari Bogor/ Depok dan Bekasi hanya sampai Manggarai.

Solusi ini pasti akan mendapatkan tentangan dari penumpang Bogor/ Depok karena harus transit di Manggarai. Dengan perjalanan KRL yang "belum banyak" ini saja yang hanya mengangkut 600 ribu orang, teman-teman pelanggan KRL Bogor/ Depok pasti jengkel saat pagi hari mengalami antrian yang lama dan tidak bisa diprediksi waktu nya. Lalu bagaimana untuk tahun berikutnya dengan penambahan armada KRL baru, apakah siap berdiri lebih lama dengan kondisi pengap dan tergencet kanan kiri?

Alangkah bijaknya jika kita mengutamakan perpindahan orang dengan transit di Manggarai, daripada lebih mementingkan perpindahan KRL...

....bersambung ke Melawan Dominasi Kereta Api Jarak Jauh atas KRL Commuter Line (2)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun