Dalam rangka memperingati Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional 2023 digelar Kemah Konservasi selama dua hari mulai tanggal 4-5 November 2023 di Jendela Bamboe Lauser Dusun Pamah Semelir Desa Telagah, Kabupaten Langkat.Â
Acara ini dihadiri oleh 200 peserta dari pelajar, mahasiswa, kader konservasi dan tokoh konservasi dan lingkungan hidup Sumatera Utara dan Nasional, Dinas Pariwisata Langkat, Kodim Langkat-Binjai , Balai Besar KSDA SUMUT dan Ketua DPRD Kabupaten Langkat.
Kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan flora dan fauna yang khas di Indonesia dan menumbuhkembangkan kepedulian dan rasa cinta terhadap keanekaraman hayati.Â
Berbagai kegiatan dilakukan mulai edukasi tentang puspa dan satwa nasional, diskusi, game, temu tokoh konsevasi dan lingkungan, penanaman pohon dan pelepasan ikan jurung.
Dalam acara diskusi hadir tokoh konservasi dan lingkungan Bapak Purnama Ginting yang merupakah tokoh pemuda dari Desa Telaga sebagai owner kawasan konservasi Jedela Bamboe.Â
Beliau menjelaskan tentang pentingnya konservasi hutan dan kepedulian terhadap lingkungan bukan hanya di hutan tapi juga di hilir agar tidak terjadi bencana seperti banjir, kelompok kapitalis yang menamakan masyarakat selalu menjadi sumber kerusakan hutan dengan membuka lahan, mengalih fungsikan hutan dan lain sebagainya. Hutan di sekitar Pamah Semelir sebagai hutan penyangga memiliki arti  penting untuk itu harus dijaga dan dilestarikan.
Tokoh Nasional yang hadir Bapak Dr. H. M.S. Kaban M.Si Menteri Kehutanan Priode 2004-2009 dalam kata sambutannya menyatakan bicara fauna dan flora berarti bicara konservasi, bicara masa depan rantai kehidupan, persoalan puspa dan satwa merupakan problem dunia.Â
Menteri kehutanan kalah populer dengan gajah, mawas dan lain-lain, kalau Menteri sakit belum tentu Pangeran Charles datang, tapi kalau satwa ini ditembak geger sedunia.Â
Semakin langka satwa maka semakin mahal dan semakin bahaya kehidupannya. Hutan Tropis (Tropical Flores) berbeda dengan hutan lainnya, banyak satwa dan flora. Apa yang dilakukan hari ini untuk masa depan. Kegiatan konservasi jangan dianggap remeh.Â
Lebih lanjut beliau memberikan contoh perubahan iklim yang semakin panas karena perubahan hutan, banyak perubahan plasma nutfah biodiversity, konservasi menset kita non timber seperti di Turki mereka mengkonservasi bangunannya,di Bali yang dijaga sosial adat budayanya sehingga menjadi daya tarik nasional dan internasional. Kawasan penyangga bisa digunakan tapi pertimbangan aspek insentipnya juga perlu seperti di Jerman, masyarakat yang menanam tanaman harus diberikan insentip karbon .