Mohon tunggu...
Arif Efendi
Arif Efendi Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis,mekanik,mahasiswa,freelance

Senang menulis,membaca dan segala bentuk aktifitas positif lainnya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Antara Logika dan Akal Semata

12 Juni 2024   01:27 Diperbarui: 12 Juni 2024   01:40 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap manusia mempunyai sudut pandang dan pikiran yang berbeda,entah dalam segi inputnya maupun dalam segi outputnya.perkembangan zaman dari masa ke masa melahirkan banyak sekali kecondongan dalam proses berfikir yang mana pusat pemikiran nya itu menjadi daya magnetic yang bisa menarik keadaan disekelilingnya.Dalam ilmu fisika ada hukum "tarik menarik",dan hukum ini merupakan suatu rangkaian yang memusatkan suatu kejadian dan mendominasi serta memfasilatasi alam semesta untuk menjadikan nyata suatu pikiran.Maka tidak salah lagi,apa yang dipikirkan oleh manusia seringkali menjadi kenyataan dan tunduk patuh pada apa yang dipikirkannya.

Pengertian logika pada umumnya yakni proses berpikir secara logis menurut akal sehat,dengan artian pikirannya itu berdasarkan penerimaan akal sehat.proses berpikir secara logika berpengaruh pada hal kejiwaan yang merupakan instrumen kedua dalam membangun signal komunikasi,sehingga apa yang dipikirkan bisa tersampaikan dengan benar.

Apakah berpikir secara logika itu bisa dikatakan benar? Mungkin sebagian orang cara berfikirnya mengandalkan cukup dengan logika saja,tetapi ada hal lain yang menjadi patokan agar pikiran nya itu menjadi sesuatu hal yang bermakna dan tidak tersesat ke jalan yang salah.salah satu patokannya yaitu jangan berpikir menurut akal semata.

Kenapa jangan berfikir menurut akal semata ? Karena sifat manusia itu bisa berubah,tidak akan bisa dipastikan kebenarannya maupun kesalahannya.sifat manusia berubah karena pola pikirnya dan dipengaruhi juga oleh lingkungan.Maka dari itu,sudah sepantasnya manusia berfikir dengan dua pusat yakni berfikir menurut ilmu dan berfikir menggunakan jiwa.

Sebuah pemetaan yang mencakup pola pikir yang baik khususnya bagi para SDM terpelajar itu mampu mengaktualisasikan pikirannya pada sesuatu hal yang positif agar memicu tumbuh kembangnya hasil yang positif juga.terkadang manusia itu hanya mementingkan individualitas tanpa memikirkan dampak yang terjadi,padahal hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi akan kembali pada dirinya sendiri dan akan menonjolkan jati diri yang sebenarnya.

Pembaca yang budiman dimanapun anda berada,mari kita sama-sama membangun diri kita menjadi sosok teladan yang punya prinsip "Quality of life",menjadikan diri sendiri patut dibanggakan akan pemikiran kita yang jauh dari kebencian,kejahatan maupun tindak kriminal,menjadi SDM yang unggul dalam segala bidang tanpa melirik kanan kiri dan tidak gila apresiasi.petuah mengatakan ;Apa yang kita tanam maka itulah yang akan kita panen,dan Pikiran positif akan menghasilkan sikap yang elegan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun