[caption id="attachment_317506" align="alignleft" width="300" caption="dari tribunnews.com"][/caption]
"Pemilu (9 April) untuk memilih partai, bukan untuk memilih presiden. Jadi bukan nanti, 'Saya mau pilih partai ini karena presidennya ini'. Kita harus pilih partai karena visi misi yang akan diusungnya ke depan," kata Habibie di acara bertajuk Uji Publik Capres 2014 di The Habibie Center.
Berita di Kompas Online ini saya baca seiring setelah saya membaca spanduk bertuliskan,”Pilih no 4 Jokowi Presidennya”. Saya rasa sindiran pak Habibie ini terutama menyindir partai si moncong putih.
Terus terang, saya setuju sekali dengan pendapat pak Habibie. Orang yang cerdas ini begitu peduli pada pencerdasan rakyatnya. Termasuk dalam urusan politik. Setuju sekali kalau pemilu 9 April ini kita bukan untuk memilih presiden, tapi memilih partai dan caleg-nya. Urusan memilih presiden itu nanti tanggal 9 Juli 2014.
Jadi ? Kita harus cermat melihat mana partai dan caleg dengan rekam jejak yang baik. Karena bisa jadi capresnya bagus, tapi partai dan caleg-nya jelek.
TIPS MEMILIH PARTAI DAN CALEG
Paling tidak ada 3 hal yang dapat menjadi pertimbangan kita dalam memilih partai :
1. 1. Bersih dari korupsi; sepertinya semua sepakat kalau semua partai tidak ada yang bersih kecuali partai yang baru hadir di blantika perpolitikan nasional. Tetapi kita bisa juga melihat partai baru bisa jadi isinya orang-orang lama yang berpindah partai. Jadi, tidak ada yang benar-benar bersih. Kecuali kita telisik lagi, kita akan mendapatkan partai yang paling sedikit korupsinya. Berarti mereka dapat mengendalikan kadernya lewat sistem dan mekanisme rapi di partainya. Bolehlah kita pilih.
[caption id="attachment_317507" align="aligncenter" width="598" caption="Jawara Korupsi Indonesia dari stat.web.id"]
2. Peduli kepada rakyat dan negaranya; Ini bisa dilihat misalnya ketika sebuah partai berkuasa. Apakah kebijakan-kebijakannya itu pro rakyat atau lebih mengutamakan kepentingan kantong partai dan pribadi ? LIhat bagaimana mereka memperlakukan asset-aset Negara, bagaimana mereka mengeluarkan kebijakan pro-buruh, bagaimana perhatian mereka kepada warga yang terkena bencana, bagaimana kebijakannya terhadap seluruh warga negara tanpa diskriminasi ?
Kita juga dapat melihat dalam aksi-aksi non parlemen dan pemerintahan. Bakti sosial, peduli bencana, dan aksi sosial mereka tidak hanya memasang bendera tanpa aksi nyata. Tetapi mereka benar-benar melakukan aksi peduli yang nyata. Selalu dekat dan melayani. Bolehlah yang seperti ini kita pilih.
3. Mengandalkan profesionalitas;Lihatlah bagaimana mereka memandang jabatan. Apakah mereka ambisi mempertahankan jabatannya. Ataukah jabatan yang mereka raih itu bukan tujuan, sehingga ketika mereka harus fokus kepada suatu amanah mereka akan melepas jabatan lainnya dengan mudah. Mereka menghindari rangkap jabatan yang dapat membuat mereka tidak fokus. Bolehlah yang seperti ini partainya kita coblos.
Partai yang profesional juga tidakmengandalkan popularitas calon pejabat legislatif dalam mendongkrak suara. Partai ini lebih mengandalkan kualitas untuk disodorkan. Partai ini tidak doyan mengusung tokoh dan seleb. Mulai dari penyanyi dangdut hingga pemain sinetron, mulai dari pelawak hingga aktris film. Partai yang profesional inilah yang seharusnya kita coblos.
Setelah kita pastikan memilih partai apa, memilih caleg lebih sulit lagi. Kita tidak banyak mengenal mereka. Kecuali yang banyak kita baca di media-media. Tetapi kita juga tidak disarankan untuk memilih yang populer saja. Jadi, boleh saja kalau kita tidak mengenal caleg, kita coblos partainya saja. Karena tetap sah suara untuk partainya.
Namun demikian, ada tips kalau kita berdekatan atau akses informasi kita dekat dengan mereka para caleg. Pilih mereka kalau mereka memiliki paling tidak 3 hal ini :
-Tidak melakukan praktek money politic. Para caleg yang memberikan “Amplop serangan fajar” sebaiknya tidak dipilih.
[caption id="attachment_317478" align="aligncenter" width="300" caption="dokpri"]
-Bagus di rumah tangganya. Tidak ditengarai berkonflik dengan pasangannya, pandai mendidik anak-anaknya.
-Bagus agamanya. Untuk yang beragama Islam, orang yang lebih rajin shalat berjamaah di masjid dapat dijadikan pilihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H