Dalam contoh pasien di atas, pasien diminta untuk mengungkapkan pikiran apa yang muncul, kemudian menuliskannya di atas kertas dengan diawali kata-kata "saya memiliki pemikiran bahwa..."
Hal ini bertujuan agar apa yang kita pikirkan adalah suatu "pikiran", bukan suatu fakta atau kenyataan yang sudah terjadi. Kondisi pikiran yang mengganggu tersebut juga belum terbukti kebenarannya, dan bisa jadi masih berupa kekhawatiran saja.
Langkah selanjutnya adalah menyadari kondisi yang sedang dirasakan saat ini serta "aware" pada lingkungan sekitar. Hal yang bisa dilakukan adalah dengan mencoba sepenuhnya menyadari apa yang sedang dilihat, apakah itu ada benda, objek, orang, atau situasi yang sedang kita lihat.
Sadari apa yang sedang kita dengar, apa yang dirasakan oleh kulit, apa yang saat ini sedang bisa dihirup melalui hidung. Kondisi ini secara sementara akan mengalihkan pikiran "overthinking" kita ke pikiran kondisi saat ini.
Contoh pada pasien di atas adalah pasien diminta untuk menceritakan apa yang yang sedang ia lihat, dengar, rasakan, hirup di ruangan konseling.
Ia menyatakan sedang melihat meja-meja, alat tulis, mendengar suara AC, mendengar suara orang sedang berjalan dan bercakap-cakap, merasakan dinginnya udara AC, serta kondisi lainnya.
Ini sejenak mengalihkan pikiran "overthinking" dan kemudian sadar bahwa ada banyak hal yang bisa kita amati dan kita pikirkan. Tidak hanya pada pikiran yang mengganggu saja.
2. Meredakan Pikiran
Ketika kondisi pikiran kita mengalami "overthinking", pikiran kita akan bercabang ke banyak hal. Pikiran ini akan terhubung dengan pikiran lainnya.
Dalam contoh di atas pasien awalnya memiliki pikiran terkait "kenapa pacar saya lebih memilih mantannya", kemudian pikiran menjadi bercabang ke "apa hal yang kurang dari diri saya?".
Pikiran negatif ketika sudah memasuki akan mempengaruhi perasaan kemudian terkait dengan pikiran tentang peristiwa atau keyakinan tertentu lainnya.