Mohon tunggu...
Arif Budi Setiawan
Arif Budi Setiawan Mohon Tunggu... Psikolog - M.Psi., Psikolog

Psikolog Klinis Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) dr. Arif Zainuddin Surakarta | Psikolog Klinis Aplikasi Daring Alodokter http://s.id/telekonseling | Founder www.psikologklinis.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kecerdasan Adversitas: Kecerdasan Pelengkap Selain IQ dan EQ untuk Penentu Kesuksesan

24 Mei 2021   11:49 Diperbarui: 24 Mei 2021   13:37 3155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Belajar sumber gambar silabus.web.id

Dalam kehidupan sehari-hari terutama di bidang Pendidikan, sudah tidak asing lagi kita mendengar IQ atau inteligence Quotient atau kecerdasan inteligensi. Ini untuk mengukur seberapa besar kemampuan kita untuk mengatasi kesulitan. 

IQ sempat dianggap sebagai penentu kesuksesan. Seringkali orang yang memiliki IQ yang tinggi merupakan orang yang hebat dan genius kemudian dikaitkan dengan kesuksesan yang akan ia raih dimasa mendatang.

Kemudian muncullah teori tentang kecerdasan emosi (emotional quotient) yakni kemampuan seseorang dalam memunculkan emosi tertentu sesuai dengan situasinya. Kemudian dianggaplah kecerdasan emosional ini menentukan kesuksesan seseorang. Semakin berkembangnya pengetahuan, kecerdasan inteligensi dan kecerdasan emosi ini tidak cukup untuk menentukan kesuksesan seseorang. 

Muncul lagi gabungan di antara keduanya, yakni kecerdasan dalam menghadapi kesulitan atau biasa disebut sebagai kecerdasan adversitas (adversity quotient).

Kecerdasan adversitas dipopulerkan oleh Paul G. Stoltz pada tahun 2007. Ia menemui orang yang dalam menghadapi situasi yang sama akan tetapi memiliki sikap yang berbeda. 

Misalnya siswa atau pelajar yang sedang menghadapi tugas-tugas di sekolah dengan deadline waktu tertentu disertai akan menghadapi ujian yang penting. Satu siswa akan berbeda dalam cara menyikapinya dengan siswa yang lainnya. 

Beberapa di antaranya akan berusaha dengan keras agar bisa mengerjakan tugas dan mempersiapkan diri untuk ujian. Beberapa diantaranya akan menyalahkan guru atau pengajar kenapa ia mendapatkan tugas yang banyak. Beberapa akan menyalahkan diri sendiri karena kurang mampu berkonsentrasi ketika ada tugas yang banyak.

Ilustrasi belajar sumber pikiran-rakyat.com
Ilustrasi belajar sumber pikiran-rakyat.com
Secara pengertian, Stoltz (2007) mengungkapkan bahwa kecerdasan adversitas adalah kemampuan seseorang dalam menghadapi tantangan tertentu. Dimensi kecerdasan adversitas terdapat empat hal, yakni control, origin & ownership, reach, dan endurance. Control yakni kemampuan seseorang dalam mengendalikan suatu kesulitan atau peristiwa yang akan dihadapi di masa depan. 

Orang dengan kecerdasan adversitas tinggi akan memiliki kendali yang besar terhadap peristiwa yang dihadapi. Origin & ownership yakni kemampuan menganalisa asal kesulitan yang dihadapi dan sejauh mana orang tersebut mengakui kesulitan tersebut. 

Orang yang memiliki kecerdasan adversitas yang tinggi akan mengakui dan menghadapi kesulitan yang dihadapi. Reach adalah sejauh mana kesulitan yang dihadapi akan mempengaruhi bagian kehidupan yang lainnya atau tidak. 

Orang yang memiliki kecerdasan adversitas yang tinggi ketika mengalami kesulitan dalam satu bidang kehidupan tidak akan mempengaruhi bidang yang lain. Endurance yakni daya tahan, kecepatan, dan ketepatan dalam menyelesaikan masalah. Orang dengan kecerdasan adversitas yang tinggi akan menghadapi kesulitan dalam waktu yang cepat dan lebih efektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun