Mohon tunggu...
Arif Budiman
Arif Budiman Mohon Tunggu... -

-indonesia, negeri tercinta-

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

'Support' Buat Vicky untuk 'Cas Cis Cus' Bahasa Inggrisnya

13 September 2013   17:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:56 1045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir-akhir ini heboh tentang si Vicky. Entah kenapa, pentingnya apa. Awalnya sih gara-gara tunangan ama si Gotik. Eh, gak lama dari itu rame dengan berita gosip tentang penipuan-penipuan Vicky kepada beberapa artis dangdut. Disusul dengan pengakuan aneh-aneh dari mereka. Lalu ditambah dengan beberapa orang yang katanya kena tipu secara materi. Duh, ni kenapa beritanya baru rame setelah si doi tunangan ya, sela hati saya. Tak selang berapa lama, si tunangannya angkat bicara. Menyesal sepertinya, sembari berterima kasih buat para 'mantan' Vicky yang sudah mau buka omongan didepan publik. Saya sendiri jadi bingung, ni kemaren baru tunangan begitu megah dan mewah dengan senyum yang tumpah-tumpah penuh sumringah, tapi hanya jeda hitungan hari berubah total. Sekali lagi membuat saya berpikir, kelimpahan materi memang bukan jaminan. Fisik juga sama saja. Ada hati yang bermain disana. Yang tak bisa ditutupi dan ditipu.

Tak lama pula dari itu, makin heboh pula ini cerita. Si Vicky ditangkap oleh pihak berwajib karena terkait masalah pemalsuan dokumen jual beli tanah. Wah pas banget memang nih anak. Entah kenapa, ramenya, kejadiannya berurutan gini. Kayak dah ada yang menyekenariokan aja. Mungkin Tuhan yang Maha Tahu yang membuatnya. Setelah ditangkap, makin rame berita. Semua coba diwawancarai oleh awak media. Dari artis, si Gotik yang sudah disebut mantan tunangan, sampe keluarga si Vicky. Semua mengomentari sesuai kepentingan masing-masing. Hingga akhirnya, ada yang makin buat heboh diseluruh pelosok negeri ini. Tentang wawancara yang awalnya mungkin gak banyak merhatiin. Tapi kemudian bisa meledak dan menjadi bahan berita andalan di semua media online dan elektronik, dan juga di situs-situs jejaring sosial. Laman FB, twitter, grup-grup WA, BB, sampe ada yang pasang DP di smartphone Black Berry-nya. Apa pasal? Karena ternyata si Vicky ini ketangkep dalam rekaman wawancaranya menggunakan bahasa yang terlalu intelek tapi entah mengapa tak banyak yang bisa dipahami oleh orang-orang yang benar-benar intelek sekalipun. Banyak kata yang digunakan tapi gak tepat, banyak kata yang digabungkan malah menjadi bikin bingung. Coba saja dengan ejaan seperti ini (yang sudah beredar luas diluaran sana): 'Tetap, di usiaku saat ini ya...Twenty nine my age ya, tapi aku masih tetap merindukan apresiasi karena basicly ya, aku seneng, seneng musik gitu walaupun kontroversi hati aku menunjukkan kepada konspirasi kemakmuran yang kita pilih ya...dst". Itu sebagian yang dikutip dari edaran tidak resmi penulis atau pewarta di internet. Jujur, baru kali ini saya bingung sekali menerjemahkan sebuah kalimat. Ini mana S-P-O-K nya ya? Hehe. Asli baru kali ini melihat susunan kalimat dan pilihan kata seperti itu. Awalnya mikir apa ini ada pengaruh logat Melayu, tapi gak sebegitunya juga kalau lagi liat artis Melayu bicara. Makanya tak heran, dengan pemberitaan yang massif dari media hingga menjadikan tren Vickynisasi ini begitu cepat mewabah. Hingga 'menelan korban' yang tak sedikit. Dari obrolan, bincang di telepon, status FB, pesan di BB dan lainnya. Wah-wah, sampai ada yang mengkreasikannya dengan gambar lucu, 'Kamus Besar Bahasa Vicky', entahlah dimana dijual ni produk.

13790663141604628782
13790663141604628782
By the way, ada satu sudut yang pengen menjadi fokus salut saya dari kelakuan si Vicky ini. Apa itu? Kepedeannya menggunakan Bahasa Inggris. Pasti Anda tertawa kalau dengan atau baca 'twenty nine my age' atau 'I am froms the birth day in Karang Asih'. Walau diakui ibunya si Vicky ini tidak pernah mengenyam kursus Bahasa Inggris di lembaga terkemuka (hanya belajar di sekolah), cuplikan pidatonya saat mencalonkan diri sebagai kepala desa membuat saya 'tergugah'. Saya sendiri tidak telalu mendalami itu pidato dilakukan dimana dan dalam rangka apa menggunakan Bahasa Inggris. Apalagi kalau harus mengomentari grammatical-nya, wah bisa berabe coz yang nulis ini juga jauh banget dari bisa dibilang fasih Bahasa Inggris. Tapi ada satu keunikan yang saya pikir bisa kita angkat, dan saya anggap itu positif. Yaitu keberanian dan kepedeannya menggunakan bahasa asing ini di depan khalayak. Wow..bener saya salut. Tak banyak loh yang berani seperti ini. Malahan yang pernah saya temui, banyak teman-teman saya lulusan lembaga Bahasa Inggris ternama di negeri ini, tetapi untuk urusan public speaking or conversation masih malu-malu. Entah kenapa, tapi pilihan prasangka saya adalah karena mereka kurang pede dan tidak cukup berani.

So,  mungkin kita perlu kasih applause buat yang satu ini. Bukan untuk kemampuan gramatical-nya atau ketepatan tempat penggunaan. Kalau kata Ibu saya, 'wong arep nyalon kepala desa neng kampung kok nganggo Bahasa Inggris, opo yo mudeng seng ngrungoke'. Kita kasih tepuk tangan meriah buat keberaniannya ngasih contoh 'cas cis cus' pake Bahasa Inggris. Berani itu tak mudah. Walau berani juga bukan nekat. Hehe. Tentu perlu persiapan tapi juga butuh kemauan untuk memulai. Bahkan menanggung rasa malu atas salah yang sangat mungkin terbuka terjadi. Saya pernah disentil dengan pertanyaan sederhana, 'Dah berapa lama belajar Bahasa Inggris?' 'Mm..dari SMP kelas 1', jawab saya. 'Dah bisa belum? Kalo ketemu bule dah bisa ngobrol..?'. Saya cuma nyengir doang..trus 'Bisa..bisa sih..bisa buat dia angong alias bengong..:D'. Tapi begitulah, jujur harus kita akui. Kita belajar bahasa yang satu ini hampir seusia kita belajar bahasa Ibu kita. Bahkan anak-anak sekarang mungkin sudah dikenalkan semenjak balita. Lalu masuk ke pendidikan Play Group, Paud, TK, SD, SMP, SMA, PT dan seterusnya. Tapi pertanyaannya, sudah bisakah kita berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris? Kita bisa menjawabnya masing-masing. Padahal, bukankah salah satu inti dari belajar bahasa adalah kemampuan untuk berkomunikasi, bertukar ide, berbagi informasi? Bukan pada seberapa fasih kita menentukan ini tenses ini, ini Gerund, ini pake V1 V2 V3, dan seterusnya yang kadang tetep aja gak bisa masuk di kepala semuanya. Maka saya ingat, salah satu tips 'anarki' dari mentor Bahasa Inggris online, 'Langkah pertama dan paling utama dalam belajar Bahasa Inggris adalah bakar semua buku grammar Anda dan lupakan semua aturan tentang itu'. Deg. Jujur waktu itu saya shock juga, karena belasan tahun belajar Bahasa Inggris kan itu yang jadi acuan dan penilaian. Tapi setelah diberi penjelasan, ngeh juga. Ketika Anda ingin menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, maka yang Anda butuhkan adalah memahami apa yang ingin disampaikan orang lain, dan mampu mentransfer apa yang ada didalam otak Anda kepada orang lain dengan baik. Lalu dimana fungsi grammatical tadi? Itu nanti akan digunakan dalam forum-forum ilmiah dan penulisan-penulisan ilmiah pula. Finally, saya hanya tergugah saja dengan kepedean si Vicky ini. Dan saya juga berharap rekan-rekan bisa meniru kepedean ini (kalau yang lain tentu dah ngerti untuk tidak usah ditiru kan). Dan juga mudah-mudahan menggugah para penata kebijakan pendidikan negeri ini, khususnya terkait penerapan Bahasa Inggris. Setau saya yang awam ini, orang belajar bahasa itu pasti yang utama untuk komunikasi. Pengen bisa ngobrol dengan sesama temen, ngobrol dengan guru atau dosen, 'cas cis cus' kalau ketemu bule, bisa public speaking alias ngomong didepan umum, bisa diskusi dan lain-lain. Lancar  menggunakan bahasa asing itu seperti kita menggunakan bahasa Ibu kita. Wah, kalau dah seperti itu saya yakin semua orang pasti tertarik dan senang. Dan ini juga membuat saya pernah berceloteh, 'Tau gak kenapa negara Barat dan AS itu maju?', jawab saya sendiri, 'ya wajar, wong disana dari pra TK aja udah pada bisa Bahasa Inggris, lha kita di Indonesia, yang dah tua-tua gini aja  gak bisa-bisa :D..'. *curahan kudeta hati anak negeri yang pengen bisa fasih ngomong Bahasa Inggris :D

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun