Akhir-akhir ini heboh tentang si Vicky. Entah kenapa, pentingnya apa. Awalnya sih gara-gara tunangan ama si Gotik. Eh, gak lama dari itu rame dengan berita gosip tentang penipuan-penipuan Vicky kepada beberapa artis dangdut. Disusul dengan pengakuan aneh-aneh dari mereka. Lalu ditambah dengan beberapa orang yang katanya kena tipu secara materi. Duh, ni kenapa beritanya baru rame setelah si doi tunangan ya, sela hati saya. Tak selang berapa lama, si tunangannya angkat bicara. Menyesal sepertinya, sembari berterima kasih buat para 'mantan' Vicky yang sudah mau buka omongan didepan publik. Saya sendiri jadi bingung, ni kemaren baru tunangan begitu megah dan mewah dengan senyum yang tumpah-tumpah penuh sumringah, tapi hanya jeda hitungan hari berubah total. Sekali lagi membuat saya berpikir, kelimpahan materi memang bukan jaminan. Fisik juga sama saja. Ada hati yang bermain disana. Yang tak bisa ditutupi dan ditipu.
Tak lama pula dari itu, makin heboh pula ini cerita. Si Vicky ditangkap oleh pihak berwajib karena terkait masalah pemalsuan dokumen jual beli tanah. Wah pas banget memang nih anak. Entah kenapa, ramenya, kejadiannya berurutan gini. Kayak dah ada yang menyekenariokan aja. Mungkin Tuhan yang Maha Tahu yang membuatnya. Setelah ditangkap, makin rame berita. Semua coba diwawancarai oleh awak media. Dari artis, si Gotik yang sudah disebut mantan tunangan, sampe keluarga si Vicky. Semua mengomentari sesuai kepentingan masing-masing. Hingga akhirnya, ada yang makin buat heboh diseluruh pelosok negeri ini. Tentang wawancara yang awalnya mungkin gak banyak merhatiin. Tapi kemudian bisa meledak dan menjadi bahan berita andalan di semua media online dan elektronik, dan juga di situs-situs jejaring sosial. Laman FB, twitter, grup-grup WA, BB, sampe ada yang pasang DP di smartphone Black Berry-nya. Apa pasal? Karena ternyata si Vicky ini ketangkep dalam rekaman wawancaranya menggunakan bahasa yang terlalu intelek tapi entah mengapa tak banyak yang bisa dipahami oleh orang-orang yang benar-benar intelek sekalipun. Banyak kata yang digunakan tapi gak tepat, banyak kata yang digabungkan malah menjadi bikin bingung. Coba saja dengan ejaan seperti ini (yang sudah beredar luas diluaran sana): 'Tetap, di usiaku saat ini ya...Twenty nine my age ya, tapi aku masih tetap merindukan apresiasi karena basicly ya, aku seneng, seneng musik gitu walaupun kontroversi hati aku menunjukkan kepada konspirasi kemakmuran yang kita pilih ya...dst". Itu sebagian yang dikutip dari edaran tidak resmi penulis atau pewarta di internet. Jujur, baru kali ini saya bingung sekali menerjemahkan sebuah kalimat. Ini mana S-P-O-K nya ya? Hehe. Asli baru kali ini melihat susunan kalimat dan pilihan kata seperti itu. Awalnya mikir apa ini ada pengaruh logat Melayu, tapi gak sebegitunya juga kalau lagi liat artis Melayu bicara. Makanya tak heran, dengan pemberitaan yang massif dari media hingga menjadikan tren Vickynisasi ini begitu cepat mewabah. Hingga 'menelan korban' yang tak sedikit. Dari obrolan, bincang di telepon, status FB, pesan di BB dan lainnya. Wah-wah, sampai ada yang mengkreasikannya dengan gambar lucu, 'Kamus Besar Bahasa Vicky', entahlah dimana dijual ni produk.
![13790663141604628782](https://assets.kompasiana.com/statics/crawl/552a589b6ea834802c8b4568.png?t=o&v=770)
So, mungkin kita perlu kasih applause buat yang satu ini. Bukan untuk kemampuan gramatical-nya atau ketepatan tempat penggunaan. Kalau kata Ibu saya, 'wong arep nyalon kepala desa neng kampung kok nganggo Bahasa Inggris, opo yo mudeng seng ngrungoke'. Kita kasih tepuk tangan meriah buat keberaniannya ngasih contoh 'cas cis cus' pake Bahasa Inggris. Berani itu tak mudah. Walau berani juga bukan nekat. Hehe. Tentu perlu persiapan tapi juga butuh kemauan untuk memulai. Bahkan menanggung rasa malu atas salah yang sangat mungkin terbuka terjadi. Saya pernah disentil dengan pertanyaan sederhana, 'Dah berapa lama belajar Bahasa Inggris?' 'Mm..dari SMP kelas 1', jawab saya. 'Dah bisa belum? Kalo ketemu bule dah bisa ngobrol..?'. Saya cuma nyengir doang..trus 'Bisa..bisa sih..bisa buat dia angong alias bengong..:D'. Tapi begitulah, jujur harus kita akui. Kita belajar bahasa yang satu ini hampir seusia kita belajar bahasa Ibu kita. Bahkan anak-anak sekarang mungkin sudah dikenalkan semenjak balita. Lalu masuk ke pendidikan Play Group, Paud, TK, SD, SMP, SMA, PT dan seterusnya. Tapi pertanyaannya, sudah bisakah kita berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris? Kita bisa menjawabnya masing-masing. Padahal, bukankah salah satu inti dari belajar bahasa adalah kemampuan untuk berkomunikasi, bertukar ide, berbagi informasi? Bukan pada seberapa fasih kita menentukan ini tenses ini, ini Gerund, ini pake V1 V2 V3, dan seterusnya yang kadang tetep aja gak bisa masuk di kepala semuanya. Maka saya ingat, salah satu tips 'anarki' dari mentor Bahasa Inggris online, 'Langkah pertama dan paling utama dalam belajar Bahasa Inggris adalah bakar semua buku grammar Anda dan lupakan semua aturan tentang itu'. Deg. Jujur waktu itu saya shock juga, karena belasan tahun belajar Bahasa Inggris kan itu yang jadi acuan dan penilaian. Tapi setelah diberi penjelasan, ngeh juga. Ketika Anda ingin menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, maka yang Anda butuhkan adalah memahami apa yang ingin disampaikan orang lain, dan mampu mentransfer apa yang ada didalam otak Anda kepada orang lain dengan baik. Lalu dimana fungsi grammatical tadi? Itu nanti akan digunakan dalam forum-forum ilmiah dan penulisan-penulisan ilmiah pula. Finally, saya hanya tergugah saja dengan kepedean si Vicky ini. Dan saya juga berharap rekan-rekan bisa meniru kepedean ini (kalau yang lain tentu dah ngerti untuk tidak usah ditiru kan). Dan juga mudah-mudahan menggugah para penata kebijakan pendidikan negeri ini, khususnya terkait penerapan Bahasa Inggris. Setau saya yang awam ini, orang belajar bahasa itu pasti yang utama untuk komunikasi. Pengen bisa ngobrol dengan sesama temen, ngobrol dengan guru atau dosen, 'cas cis cus' kalau ketemu bule, bisa public speaking alias ngomong didepan umum, bisa diskusi dan lain-lain. Lancar menggunakan bahasa asing itu seperti kita menggunakan bahasa Ibu kita. Wah, kalau dah seperti itu saya yakin semua orang pasti tertarik dan senang. Dan ini juga membuat saya pernah berceloteh, 'Tau gak kenapa negara Barat dan AS itu maju?', jawab saya sendiri, 'ya wajar, wong disana dari pra TK aja udah pada bisa Bahasa Inggris, lha kita di Indonesia, yang dah tua-tua gini aja gak bisa-bisa :D..'. *curahan kudeta hati anak negeri yang pengen bisa fasih ngomong Bahasa Inggris :D
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI