Mohon tunggu...
Arifatul azizah
Arifatul azizah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa UIN KHAS Jember

Berusaha & Bersyukur Ig: rifaazizah6 06 Meiā¤

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Guru, Digugu dan Ditiru

18 Maret 2020   15:05 Diperbarui: 19 Maret 2020   05:16 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam filosofi bahasa Jawa, kata guru memiliki makna "digugu" dan "ditiru". Mungkin banyak yang tidak mengerti sebenarnya apa yang dimaksud digugu dan ditiru. Jadi disini saya akan menjelaskan maksud dari kata digugu dan ditiru.

Banyak yang tidak mengerti apa arti digugu itu. Digugu artinya dipercaya, dipatuhi. Jadi sebagai guru setiap ucapan, nasihat, dan tutur katanya harus bisa dipercaya dan dipatuhi oleh para murid. Dan murid harus memercayai dan menganggap benar serta mematuhi apa yang dikatakan oleh guru tetapi hanya dalam hal kebaikan saja.

Sekarang ini banyak guru yang tidak benar-benar menjadi guru bagi para murid. Karena mereka tidak bisa dipercaya dan dipatuhi oleh murid-muridnya. Guru mengajarkan atau memerintahkan sesuatu yang tidak benar kepada murid-muridnya.

Seperti guru memerintahkan sesuatu yang tidak seharusnya atau tidak sepantasnya dilakukan oleh murid. Sangat disayangkan memang jika ada guru yang seperti itu. Karena dengan seperti itu bisa membuat murid menjadi tidak suka pada guru dan meremehkan seorang guru.

Kata ditiru artinya diikuti, dicontoh, diteladani. Sebagai guru harus bisa dicontoh dan diteladani oleh para murid. Guru harus memberikan contoh yang baik kepada murid-muridnya. Karena setiap murid pasti akan meniru atau mencontoh sikap, perilaku, dan tingkah laku gurunya. Apabila tingkah laku guru kurang baik, maka akan menghasilkan siswa yang tingkah lakunya kurang baik juga.

Namun sekarang semua seolah sudah terbalik dan filosofi tersebut juga seperti sudah tidak dianggap lagi. Banyak orang yang sudah melupakan filosofi tersebut. Sekarang banyak kita lihat seorang guru berlaku kasar dan keras yang melampaui batas kepada murid.

Meskipun seorang murid memiliki tingkah laku yang nakal atau bandel, tetapi tidak seharusnya seorang guru melakukan kekerasan kepada muridnya. Akan lebih baik jika guru tersebut memberikan nasihat, pengertian, dan contoh yang baik kepada murid.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun