Mohon tunggu...
Arif Aprihatno
Arif Aprihatno Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi Bermain basket

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Biografi Singkat A.H Nasution

15 Juli 2024   20:21 Diperbarui: 15 Juli 2024   20:31 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Biografi A.H. Nasution

Nama Lengkap: Abdul Haris Nasution  
Tempat, Tanggal Lahir: Kotanopan, Sumatera Utara, 3 Desember 1918  
Tempat, Tanggal Wafat: Jakarta, 6 September 2000  
Jabatan Terakhir: Ketua MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara)

Awal Kehidupan dan Pendidikan

Abdul Haris Nasution, yang lebih dikenal dengan A.H. Nasution, lahir di Kotanopan, Sumatera Utara, pada 3 Desember 1918. Ia menempuh pendidikan dasar di HIS (Hollandsch-Inlandsche School) dan melanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di Bukittinggi. Setelah menyelesaikan pendidikannya di AMS (Algemene Middelbare School) di Jakarta, Nasution melanjutkan pendidikan militernya di Akademi Militer Yogyakarta pada masa pendudukan Jepang.

Karier Militer

Nasution mulai dikenal luas setelah kemerdekaan Indonesia, terutama karena perannya dalam mempertahankan kemerdekaan. Pada masa Revolusi Nasional Indonesia (1945-1949), ia memegang berbagai posisi penting dalam militer. Salah satu kontribusi terbesarnya adalah saat ia merumuskan "Perintah Siasat No. 1," yang menjadi dasar strategi militer gerilya Indonesia dalam menghadapi agresi Belanda.

Peran Penting dalam Sejarah Indonesia

Pada tahun 1948, Nasution ditunjuk sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad). Namun, ia sempat dicopot dari jabatannya pada masa Kabinet Hatta akibat perselisihan mengenai strategi militer. Setelah itu, ia kembali menjabat sebagai Kasad pada tahun 1955.

Nasution memainkan peran penting dalam menghadapi pemberontakan PRRI/Permesta dan gerakan DI/TII. Ia juga terkenal dengan konsep "Dwi Fungsi ABRI," yang menggarisbawahi peran ganda militer sebagai kekuatan pertahanan dan sosial-politik. Pada tahun 1965, perannya sebagai Ketua MPRS sangat penting dalam transisi kekuasaan dari Presiden Soekarno ke Soeharto setelah peristiwa G30S/PKI.

Peristiwa G30S/PKI

Nasution menjadi salah satu target utama dalam peristiwa G30S/PKI. Pada malam 30 September 1965, sekelompok pasukan mencoba menculiknya, namun ia berhasil melarikan diri meski putrinya, Ade Irma Suryani Nasution, tewas dalam insiden tersebut. Setelah peristiwa ini, Nasution mendukung penuh tindakan militer yang dipimpin oleh Soeharto untuk menumpas G30S/PKI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun